Impor Indonesia dari Israel Merosot 54%, Ini Daftar Barangnya

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai impor komoditas Israel ke Indonesia mengalami penurunan 54 persen pada Juni 2024 jika dibandingkan dengan Mei 2024.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jul 2024, 17:45 WIB
Kegiatan angkut kontainer ekspor dan impor oleh Samudera Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai impor komoditas Israel ke Indonesia mengalami penurunan 54 persen pada Juni 2024 jika dibandingkan dengan Mei 2024. (dok: SI)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, total nilai impor komoditas Israel ke Indonesia mengalami penurunan 54 persen pada Juni 2024 jika dibandingkan dengan Mei 2024.

"Impor asal Israel kecil sekali dibandingkan dengan total impor, bahkan turun sekitar 54 persen dibanding bulan lalu," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).

Menurut Amalia, total impor dari Israel sangat kecil. Maka kecilnya angka impor dari Israel tersebut dinilai tidak mempengaruhi total impor secara keseluruhan.

"Saking kecilnya ini menjadi tidak berarti jika kita bandingkan dengan total impor," ujarnya.

Adapun berdasarkan data BPS, total impor barang dari Israel hanya mencapai USD2,76 juta pada Juni 2024. Angka tersebut turun jika dibandingkan Mei 2024 yang sebesar USD5,97 juta.

Berikut daftar komoditas yang paling banyak diimpor dari Israel pada Juni 2024:

1. Mesin dan Alat Listrik (HS 85)

Total impor pada Mei mencapai USD 3.886.393, dan pada Juni 2024 sebesar USD 889.213

2. Mesin atau Pesawat Mekanik (HS 84)

Total impor Mei USD 1.304.268 dan Juni USD 374.527

3. Optik, Fotografi, sinematografi, dan medis (HS 90)

Total impor pada Mei 2024 mencapai USD 226.908, sedangkan pada Juni 2024 sebesar USD 616.468

4. Perkakas dan Peralatan dari Logam (HS 82)

Total impor Mei sebesar USD 333.103, sedangkan pada Juni 2024 mencapai USD 352.258

5. Bahan Kimia (HS 29)

Total impor Mei sebesar USD 150.546, dan pada Juni hanya sebesarUSD 114.690


Neraca Perdagangan Indonesia Juni 2024, BPS: 50 Bulan Berturut-turut Surplus

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 mengalami surplus sebesar USD2,39 miliar. Capaian tersebut memperpanjang catatan surplus selama 50 bulan beruntun sejak Mei 2020.

"Pada Juni 2024 neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar USD2,39 miliar, atau turun sebesar USD 0,54 miliar secara bulanan, dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers BPS, Senin (15/7/2024).

Kata Amalia surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan bulan yang sama pada tahun lalu.

Surplus neraca perdagangan Juni 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD4,43 miliar, di mana komoditas yang menyumbangkan surplus adalah bahan bakar mineral (HS27), lemak dan minyak hewan anbati (HS 15), besi dan baja (HS72), dan beberapa komoditas lainnya.

Adapun surplus neraca perdagangan nonmigas Juni 2024 ini lebih tinggi jika dibandingkan surplus bulan lalu maupun bulan yang sama tahun lalu. Pada saat yang sama neraca perdagagan migas tercatat defisit sebesar USD2,04 miliar, dengan komoditas penyumbang defisit berasal dari hasil minyak dan minyak mentah.

"Defisit neraca perdagangan migas pada Juni 2024 ini lebih dalam dari bulan sebelumnya, maupun dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu," ujarnya.

 


Neraca Perdagangan Nonmigas

Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Adapun neraca perdagangan nonmigas Indonesia menurut negara. Tiga terbesar diantaranya adalah India USD1,47 miliar, Amerika Serikat USD 1,22 miliar, dan Filipina USD 0,69 miliar.

"Surplus terbesar dengan India ini karena didorong oleh beberapa komoditas, antara lain lemak dan minyak hewan nabati terutama CPO, bahan bakar mineral dan juga besi dan baja," ujar dia.

Selain itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, diantaranya Tiongkok sebesar USD0,69 miliar, Australia USD0,33 miliar, dan Thailand USD 0,32 miliar.

"Defisit terdalam yang dialami dengan Tiongkok ini didorong oleh komodtas mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya