5 Strategi Perusahaan China Bakal Terus Tumbuh di Tengah Perlambatan Ekonomi, Indonesia Dapat Belajar

Pusat riset IMD menyatakan sebagian besar Perusahaan China baru mengalami perubahan besar-besaran.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Jul 2024, 18:00 WIB
Sejumlah perusahaan di China mesti mengatur ulang strategi imbas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara itu. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan di China mesti mengatur ulang strategi imbas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara itu. Pemerintah China baru saja mengumumkan pertumbuhan ekonomi tahunan year-on-year (yoy) kuartal II (Q2) 2024 yang hanya tumbuh 4,7%, merosot dari pertumbuhan ekonomi era sebelumnya.

Menanggapi perubahan situasi ekonomi ini, pusat riset IMD (The Internasional Institute of Management and Development) di Shenzen, China, merilis hasil riset Indikator Transformasi Perusahaan China 2024 (China Company Transformation Indicator/ CCTI) guna mengetahui seberapa baik perusahaan di China menghadapi gelombang perlambatan ekonomi ini.

Sebab, saat ini perusahaan China tak lagi bisa sekadar memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi dua digit seperti pada era 1990-an. Perusahaan mesti berpikir lebih keras untuk menemukan sumber pertumbuhan bisnis baru dengan memperbaiki fundamental dan ketahanan bisnis, pintar mencari dan memanfaatkan peluang, serta berinovasi untuk mendapat mesin pertumbuhan selanjutnya.

"Berbeda dengan perusahaan multinasional asing yang biasanya telah mengalami beberapa kali transformasi signifikan. Sebagian besar perusahaan China baru mengalami perubahan besar-besaran seperti saat ini untuk pertama kalinya,” jelas Direktur Riset CCTI IMD, Mark Greeven, Selasa (16/7/2024).

Riset IMD CCTI kedua tahun 2024 melakukan analisis komprehensif terhadap sejumlah perusahaan China di sektor Kendaraan dengan Energi Terbarukan, Material Baru, dan Makanan dan Minuman yang berhasil melakukan transformasi dan menjaga pertumbuhan bisnis, sehingga siap menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi China.

Sebelumnya pada awal tahun, IMD telah merilis laporan CCTI pertama pada awal tahun untuk sektor Teknologi, Otomotif, Farmasi, dan Pakaian.


5 Kunci Keberhasilan

Komuter memesan makanan dari toko takeaway pada jam sibuk pagi hari di Beijing, China, Senin (6/3/2023). Pejabat ekonomi China menyatakan keyakinannya bahwa mereka dapat memenuhi target pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen dengan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong pengeluaran konsumen setelah berakhirnya kontrol antivirus yang membuat jutaan orang tetap di rumah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Berdasarkan analisis terhadap sejumlah perusahaan di China, IMD mengidentifikasi lima kunci keberhasilan sejumlah perusahaan yang berhasil tetap unggul menghadapi gelombang perubahan ekonomi negara itu:

1. Inovasi, riset, dan pengembangan. Berdasarkan riset CCTI, perusahaan yang selalu berinovasi berhasil menjadi pemimpin pasar di berbagai industri.

Perusahaan yang inovatif sangat fleksibel merespons perubahan situasi pasar yang menjadi kunci keberhasilan bisnis mereka saat ini dan di masa depan.

2. Interaksi Pelanggan. Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan menjadi faktor kunci agar perusahaan bisa mempertahankan keunggulan kompetitif menghadapi perubahan pasar.

Pemanfaatan platform media sosial dan e-commerce membantu interaksi dengan pelanggan, promosi produk, dan mengumpulkan wawasan untuk memahami kebutuhan konsumen.

3. Diversifikasi Bisnis. Perusahaan yang melakukan diversifikasi produk dan ekspansi pasar menunjukkan ketahanan dan bisa lebih beradaptasi menghadapi fluktuasi.

4. Kebijakan Pemerintah China. Perusahaan yang berhasil selaras dan memanfaatkan peluang dari kebijakan dan inisiatif pemerintah China, terbukti berhasil meraup keuntungan, terutama di sektor kendaraan dengan energi terbarukan.

5. Fokus pada ESG. Memperhatikan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola menjadi kunci kesuksesan jangka panjang dan daya tarik bagi para investor. Meski saat ini, MNC asing masih lebih unggul soal ESG ketimbang perusahaan lokal China.

 


Ekspor Mobil Listrik China Turun Gara-Gara Aturan Baru Eropa

Pasar kendaraan listrik China sendiri berkembang pesat setelah Partai Komunis yang berkuasa menggelontorkan miliaran dolar untuk mempromosikan teknologi. (AP Photo/Ng Han Guan)

Sebelumnya, tarif impor baru yang dikenakan Eropa memangkas 20-30 poin persentase pertumbuhan ekspor mobil listrik China dalam beberapa bulan terakhir. Hal itu diungkapkan oleh sekretaris jenderal Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok (CPCA), Cui Dongshu.

Seperti diketahui, Uni Eropa beberapa waktu lalu memberlakukan tarif sementara hingga 37,6% pada impor kendaraan listrik (EV) buatan China untuk melindungi terhadap potensi banjir kendaraan listrik yang disubsidi secara tidak adil. Langkah Uni Eropa ini sebenarnya sangat ditentang oleh China

“Ekspor kendaraan energi baru saat ini menghadapi tekanan sementara,” kata Cui Dongshu, dikutip dari Investing.com, Selasa (9/7/2024). 

Perlambatan juga terjadi pada kendaraan energi baru (NEV) yang mencakup mobil listrik dan hibrida plug-in.

“Pertumbuhan (ekspor NEV) kami dulunya setidaknya 30-40%, dan sekarang melambat menjadi hanya lebih dari 10%, yang berarti (tarif) berdampak 20-30 poin persentase terhadap (pertumbuhan ekspor NEV), sebuah dampak yang mencolok dampak jangka pendek,” beber Cui Dongshu.

Sebelumnya, CPCA melaporkan bahwa penjualan mobil domestik China turun selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Juni 2024.

Ekspor NEV tumbuh 12,3% secara tahunan di bulan Juni, namun turun 15,2% dari bulan Mei, dengan ekspor NEV menyumbang 21% dari total ekspor mobil, turun 3 poin persentase dari bulan Juni 2023.

Adapun nilai total ekspor mobil China pada Juni yang tumbuh 28% YoY menyusul kenaikan 23% pada Mei, didukung oleh kuatnya ekspor mobil berbahan bakar bensin, menurut CPCA.


Penjualan Mobil Listrik di China juga Turun

Sebuah mobil listrik Tesla Model 3 terlihat di area pameran Automobile selama gelaran Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) ketiga di Shanghai, China timur, pada 6 November 2020. (Xinhua/Ding Ting)

Tak hanya ekspor, penjualan mobil China juga turun 6,9% pada bulan Juni dibandingkan tahun sebelumnya, menandai penurunan selama tiga bulan berturut-turut karena insentif pemerintah belum memacu permintaan.

Penjualan kendaraan penumpang berjumlah 1,78 juta, dengan laju penurunan meningkat dari penurunan 2,2% pada Mei dan penurunan 5,8% di bulan April.

Perang harga sejak 2023 membantu meningkatkan penjualan kendaraan di China pada awal tahun ini, tetapi dampaknya berkurang dalam beberapa bulan terakhir meskipun ada subsidi baru dari pemerintah untuk perdagangan yang diumumkan pada bulan April.

Pada semester pertama tahun ini, penjualan mobil domestik China naik 2,9% menjadi 9,93 juta kendaraan.

Penjualan NEV pada bulan Juni menyumbang rekor 48,1% dari penjualan mobil domestik.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya