Liputan6.com, Cilacap - Ulama ahli tafsir yakni KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha membeberkan salah satu ayat Al-Qur’an yang membuatnya sering menangis ketika membacanya.
Santri kinasih Mbah Moen menyampaikan hal ini dalam sebuah kesempatan ceramahnya. Beliau mengaku pernah mendapatkan pertanyaan dari salah seorang ulama ahli Tafsir tanah air yakniKH Prof Quraish Shihab.
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan penuturannya, Prof Quraish yang merupakan mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII ini menanyakan kepadanya perihal ayat yang membuat dirinya sering menangis.
“Saya pernah ditanya sama Pak Quraish, ayat apa yang bikin anda sering menangis?” beber ulama kharismatik yang berasal dari Rembang, Jawa Tengah ini, sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @Sudarnopranoto, Selasa (16/07/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Ayat Ini yang Bikin Gus Baha Sering Menangis
Atas pertanyaan tersebut, Pengasuh Ponpes LP3IA, Rembang, Jawa Tengah ini menjawab dengan melafalkan salah satu ayat dari sekian banyak ayat-ayat Al-Qur’an.
“Di antara dari sekian itu ayat yang berbunyi: nahnu khalaqnaakum falaula tushaddiqun,” terangnya.
Menurutnya, yang membuatnya sering menangis tatkala mengetahui kandungan ayat tersebut perihal sikap yang sangat keterlaluan dari manusia yang acapkali melupakan-Nya.
Ketika menjelaskan maksud ayat di atas, Gus Baha menganalogikan seorang anak yang lebih menghormati orang lain ketimbang ayahnya sendiri. Padahal sang ayah lah yang senantiasa mengurus dan mencukupi kebutuhan-kebutuhannya.
“Coba Allah SWT sampai berfirman seperti itu, sama saja dengan orang tua berkata kepada anaknya: aku ini bapakmu, orang lain kamu hormati, aku bapakmu kok tidak kamu hormati,” paparnya.
Demikian halnya dengan Allah SWT yang acapkali kita lupa bahwa Dia adalah Sang Pencipta yang senantiasa mencukupi kebutuhan-kebutuhan semua manusia.
Menurut Gus Baha, sifat lupa kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dan segala kebutuhan manusia, sampai-sampai Allah berfirman seperti itu membuat dirinya sering menangis.
“Allah juga begitu: yang Tuhan itu Aku (Allah), yang kamu bahas kok selain Aku, yang kamu tempati itu bumi-Ku, yang kamu bahas kok selain aku,” terangnya
Bagaimana aku tidak menangis, Allah sampai berfirman, nahnu khalaqnaakum falaula tushaddiqun,” imbuhnya.
Advertisement
Surah Al-Waqi’ah ayat 57
Perihal ayat yang dibaca Gus Baha di atas yakni Surah Al-Waqi’ah ayat 57 yang lafal arabnya tertulis demikian,
نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ
“Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?”
Adapun kandungan Surah Al-Waqi’ah ayat 57 dapat dilacak melalui penjelasan para ulama dalam kitab Tafsirnya. Berikut ini pendapat beberapa ulama perihal tafsirnya sebagaimana dinukil dari laman tafsirweb.com.
Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wajiz menerangkan bahwa maksud ayat di atas bahwa Allah SWT Yang telah berkuasa menciptakan kalian wahai manusia, lalu kenapa kalian tidak mempercayai dan mengimani hari kebangkitan dan hari dimana kalian akan dikembalikan seperti sedia kala?
Hal senada diterangkan dalam Tafsir Al-Mukhtashar/Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram menerangkan bahwa Allah SWT menciptakan kalian -wahai orang-orang yang mendustakan- yang sebelumnya kalian tidak ada, maka kenapa kalian tidak membenarkan bahwa Kami akan membangkitkan kalian dalam keadaan hidup setelah kematian.
Kemudian Tafsir as-Sa'di karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, yang merupakan pakar tafsir abad 14 H menerangkan maksud ayat di atas dengan uraian yang cukup panjang sebagai berikut:
"Kemudian Allah menyebutkan dalil secara akal yang menunjukkan (kebenaran) Hari Kebangkitan seraya berfirman, “Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?” maksudnya, Kamilah yang telah menciptakan kalian setelah sebelumnya kalian bukanlah sesuatu yang dapat disebut, (Kami telah menciptakan kalian) tanpa kelelahan maupun kecapaian, bukankah Allah Yang Mahamampu melakukan itu semua juga mampu untuk menghidupkan kembali orang yang telah mati? Tentu, sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Oleh sebab itu Allah mencela mereka karena tidak mempercayai adanya Hari Kebangkitan sedangkan mereka menyaksikan (tanda-tanda) yang lebih besar dan lebih kuat."
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul