Menanti Kebijakan Suku Bunga, Bagaimana Prospek Emiten Properti pada Semester II 2024?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berada pada tren penguatan dalam sepekan lalu sebesar 1,02% atau 74 poin ke level 7.327. Net buy asing sebesar 1,3 triliun pada akhir perdagangan Jumat, 12 Juli 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Jul 2024, 11:18 WIB
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan bursa saham 2017 ditutup pada level 6.355,65 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berada pada tren penguatan dalam sepekan lalu sebesar 1,02% atau 74 poin ke level 7.327. Net buy asing sebesar 1,3 triliun pada akhir perdagangan Jumat, 12 Juli 2024.

IHSG pekan lalu tertopang 2 top gainers yakni IDX PROPERTY yang menguat 7,25% dan IDX INDUST yang menguat 3,32%. Sementara itu, 2 top losers yang menyandera IHSG yakni IDX BASIC yang melemah 0,53% dan IDX ENERGY yang melemah 1,49%.

Secara umum, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan sektor properti merupakan salah satu sektor yang cukup terdampak karena tingginya tingkat suku bunga. Oleh sebab itu, meskipun beberapa emiten properti masih mencatatkan kinerja yang positif, tingginya tingkat suku bunga akan membuat penjualan melambat.

"Namun yang menarik adalah penjualan properti residensial naik 31,16% YoY dibandingkan triwulan sebelumnya, dan terjadi di seluruh tipe rumah," kata Nico kepada Liputan6.com, Rabu (17/7/2024).

Nico merincikan, peningkatan penjualan rumah tipe kecil sebesar 37,84 persen (YoY), tipe menengah 13,57 persen (YoY), dan tipe besar 48,51 persen (YoY). Terjaganya daya beli dan konsumsi serta kuatnya masyarakat menengah hingga atas, membuat penjualan rumah mampu bertahan.

Namun diakui, kenaikkan bahan baku juga merupakan salah satu yang harus diperhitungkan seperti kenaikan harga bangunan (37,55 persen), masalah perizinan (23,70 persen), suku bunga KPR (21,43 persen), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (17,31 persen).

"Kami masih belum merekomendasikan sektor ini setidaknya hingga akhir tahun. Namun mungkin apabila tingkat suku bunga Bank Indonesia diturunkan, sektor properti akan mengalami kenaikkan," ujar Nico.

 


Sektor Properti

Layar grafik pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat sektor properti pada tahun ini kami lihat memiliki peluang pertumbuhan yang lebih baik ketimbang dengan periode sebelumnya. Keyakinan itu seiring sentimen pemangkasan suku bunga acuan bank sentral yang diperkirakan mulai mendapat kelonggaran pada paruh kedua tahun ini.

"Selain itu perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang bisa kembali menggairahkan minat masyarakat beli rumah. Selain itu dengan adanya rencana program tapera setidaknya juga membawa sentimen positif serta optimisme bagi sektor properti dalam negeri," jelas Khaer.

Pada kondisi ini, Khaer merekomendasikan dua saham properti yang menarik dicermati. Pertama BSDE dengan rekomendasi Hold Tp 1.075 dan CTRA Hold Tp 1.310.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya