Olimpiade Paris 2024 Bagikan 200 Ribu Lebih Kondom untuk Atlet, Ternyata Begini Sejarahnya

Penyelenggara Olimpiade menyediakan ratusan ribu kondom bagi para atlet yang berpartisipasi setiap tahunnya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 17 Jul 2024, 20:47 WIB
Ilustrasi kondom (Foto: Pixabay/Wounds_and_Cracks)

Liputan6.com, Paris - Panitia Olimpiade Paris 2024 membagikan 200 ribu lebih kondom untuk para atlet yang berpartisipasi. Kondom tersebut akan disediakan di Olympic Village.

Ini merupakan bagian dari kampanye kesehatan seksual, yang mengutamakan keamanan dan kenikmatan.

Dilansir CNN, Rabu (17/7/2024), kampanye tersebut merupakan bagian dari sejarah panjang Olimpiade, di mana penyelenggara Olimpiade Seoul tahun 1988 pertama kali membagikan kondom kepada para peserta untuk meningkatkan kesadaran akan HIV dan AIDS.

Sejak itu, Komite Olimpiade Internasional mendorong kota-kota yang menjadi tuan rumah untuk meluncurkan inisiatif penggunaan kondom di semua pertandingan.

Pada tahun 2000, penyelenggara Olimpiade Sydney harus memesan 20.000 kondom tambahan ketika mereka menyadari bahwa jumlah awal sebesar 70.000 tidak akan cukup.

Rekor pun dipecahkan dalam Olimpiade Rio 2016 dengan membagikan 450 ribu kondom atau 42 buah per atlet, dan tradisi ini dipertahankan hingga Olimpiade 2022. Sementara itu, tradisi ini sempat berhenti dalam Olimpiade Beijing karena adanya pandemi COVID-19.

Tahun ini, panitia Olimpiade Paris akan menyediakan 200 ribu kondom pria, 20 ribu kondom wanita dan 10 ribu dental dam (pelindung seks oral). Mereka juga akan menyediakan banyak pusat tes kesehatan seksual untuk para atlet.


Dorong Seks yang Aman dan Nikmat

Ilustrasi kondom. (dok. Reproductive Health Supplies Coalition/Unsplash.com)

Anne Philpott, pendiri The Pleasure Project, sebuah organisasi internasional yang mengadvokasi Pendidikan seks inklusif, memuji keputusan Paris untuk memadukan inisiatif pendidikan seks sekaligus kenikmatan.

"Sejauh ini dunia kesehatan masyarakat belum melakukan tugasnya dengan baik dalam mempromosikan seks yang aman," kata Philpott, menjelaskan bahwa mempromosikan kondom "semata-mata untuk menghindari konsekuensi negatif" tidaklah efektif.

Sebaliknya, ia mengatakan cara paling produktif untuk mendorong seks yang aman adalah dengan berfokus pada alasan orang melakukan hubungan seks.

"Orang-orang menganggap kesenangan itu remeh atau hanya sekedar pelengkap. Namun kini kita tahu bahwa jika kita mengintegrasikan pertimbangan kesenangan ke dalam intervensi kesehatan seksual sejak awal epidemi AIDS, kita akan menyelamatkan lebih banyak nyawa," jelas Philpott.


Bakal Beri Fasilitas untuk Kesehatan Mental

Dalam 4 edisi Olimpiade sebelumnya, Beijing 2008, London 2012, Rio 2016 dan Tokyo 2020 Eko Yuli Irawan selalu berhasil membawa pulang medali. (AFP/Vincenzo Pinto)

Sementara itu, untuk pertama kalinya selama Olimpiade, penyelenggara Olimpiade Paris mengatakan akan ada ruang yang didedikasikan untuk kesehatan mental.

"Kami memiliki peserta yang terkadang sangat muda, yang dilahirkan dengan jejaring sosial, dengan layar, dan yang tidak selalu memiliki praktik yang benar […] tidak semua atlet cukup beruntung memiliki manajer komunitas," kata Koordinator Pertolongan Pertama Laurent Dalard.

Dalard menambahkan bahwa kampanye kesadaran mengenai cyberbullying akan menyasar para atlet karena media sosial dapat menjadi sumber tekanan bagi para atlet, "dengan komentar-komentar yang seksis dan rasis, terkait dengan ukuran, berat, dll.," terutama setelah kalah dalam perlombaan.

Infografis Rekor dalam Olimpiade (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya