Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko mengungkap alasan adanya kasus penyelewengan atau fraud yang terjadi di BUMN. Terbaru, ada kasus di PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk.
Wamen BUMN menyoroti minimnya manajemen risiko dan tata kelola sehingga menyebabkan adanya potensi fraud. Menyoal tata kelola ini pun menyasar pada BUMN Karya.
Advertisement
"Kemudian yang 2 tahun terakhir kita dorong adalah penguatan juga di risk management dan governance. Kita tau permasalahan yang muncul di karya-karya dan sebegainya dan ada juga isu dengan Indofarma dan Kimia Farma," ungkap Tiko dalam Mandiri Investasi Market Outlook 2024, dikutip Rabu (17/7/2024).
"Dimana memang ini benar-benar karena tata kelola dan risk management yang lemah," sambungnya.
Tiko menjelaskan, dalam 2 tahun terkahir ini aspek manajemen risiko menjadi perhatian yang semakin serius. Bahkan, seluruh BUMN diarahkan untuk memiliki direktur manajemen risiko.
Pada saat yang bersamaan, dilakukan juga penerapan tata kelola sesuai dengan standar yang ada di sektor keuangan. Termasuk nantinya induk usaha BUMN atau holding BUMN turut mengawasi ketat anak usahanya.
"Ini kita lakukan penguatan tata kelola dan integrasi, meminjam konsep yang ada di OJK, bahwa BUMN induk atau BUMN holding harus menatakelolakan juga anak-anak usaha di bawahnya," ungkap Tiko.
Dia mengatakan, dahulu belum diterapkan konsep tersebut. Sehingga membuka celah adanya penyelewengan atau fraud di anak usaha.
"Ini dulu juga tidak terjadi sehingga banyak juga fraud yang ada di level anak usaha dan ini kita lakukan secara menyeluruh," tegasnya.
Bidik BUMN Makin Besar
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan rencana pengembangan perusahaan pelat merah dalam 5 tahun kedepan. Salah satunya, menggenjot kemampuan BUMN menjadi lebih besar lagi dan menggantikan yang berkinerja buruk.
Misalnya, meningkatkan kapasitas perusahaan yang ada di skala menengah menjadi turut masuk ke lini unggulan. Saat ini tercatat ada nama PT Pertamina (Persero), PT BRI (Persero) Tbk, PT BNI (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan PT Telkom Indonesia Tbk. Kelimanya masuk dalam daftar perusahaan terbaik di dunia.
"Kalau di top tier kita ada perusahaan kira seperti Mandiri, BRI, Pertamina, Telkom, ini kita harapkan dalam 5 tahun kedepan muncul size-size baru yang bisa masuk ke top company di dunia, baik di Forbes maupun Fortune seperti contohnya Pelindo Group yang sudah kita merger jadi satu Pelindo," ungkap Tiko, sapaan akrabnya, dalam Mandiri Invetasi Market Outlook 2024, dikutip Rabu (17/7/2024).
Upaya pengembangan itu dilakukan misalnya dengan menggabungkan pengelolaan bandara di Holding BUMN Industri Pariwisata dan Pendukung, InJourney. Menyusul, maskapai pelat merah, Garuda Indonesia Group yang dijadwalkan masuk dalam waktu dekat.
Advertisement
Masuk Pasar Modal
Di sisi lain, Tiko menjelaskan, nantinya ada BUMN yang juga didorong melantai di bursa saham selain yang sudah eksis saat ini. Sebut saja, BUMN dalam klaster pertambangan di Holding MIND ID
"Nanti grup MIND ID, kita muncul nanti ada size-size menengah yang akan menjadi besar yang harapannya suatu hari nanti juga akan kita bawa ke IPO juga," ungkapnya.
Dengan demikian, nantinya akan menggantikan beberapa BUMN yang sudah terdaftar di bursa namun berkinerja kurang baik. Tujuannya, hanya akan ada BUMN yang mumpuni yang bakal bersaing di pasar modal.
"Sehingga nanti pada akhirnya, kita tidak punya lagi perusahaan-perusahaan listed yang kecil-kecil yang tidak signifikan seperti Indofarma, seperti Adhi Karya, tetapi kita akan fokus kepada BUMN-BUMN yang punya significant size dan memang punya kompetensi dan future outlook yang baik untuk bisa dibawa ke capital market," bebernya.