Fakto Risiko Bayi Baru Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan, Salah Satunya Pernikahan dengan Saudara Dekat

Saat ini ada 40 ribu - 50 ribu bayi yang menderita penyakit jantung bawaan di Indonesia. Ketahui faktor-faktor risiko penyakit jantung bawaan.

oleh Tim Health diperbarui 18 Jul 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi bayi dengan penyakit jantung bawaan . (Image by freepik)

Liputan6.com, Jakarta Ada faktor-faktor risiko penyebab bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Diantaranya faktor genetik dan penggunaan obat-obatan seperti disampaikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Harapan Kita, Olfi Leyla.

"Jadi kalau untuk penyebabnya itu 80 persen kita tidak ketahui penyebabnya apa. Tetapi yang bisa kita lihat adalah apabila memang punya masalah genetika. Contoh ada faktor-faktor kenapa bayi bisa memiliki masalah genetika ya. Apakah mereka, orangtua menikah terlalu dekat, misalnya sesama sepupu," kata Olfi.

Olfi menjelaskan bahwa masalah genetika menjadi faktor yang paling mudah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apabila seseorang punya satu masalah genetik, kemudian menikah dan berketurunan dengan orang lain yang memiliki masalah lain serta genetiknya tidak cocok, maka anaknya dapat memiliki masalah juga.

Di luar negeri biasanya diadakan konseling pranikah, untuk mencegah penyakit-penyakit bawaan tersebut, semisal thalasemia.Faktor-faktor lainnya, kata dokter itu, yaitu merokok, karena dapat menyebabkan gangguan janin, serta radioaktif.

Lalu, penggunaan obat-obatan yang tidak seharusnya dikonsumsi oleh ibu hamil juga bisa berimbas pada janin.

"Contohnya mungkin ada diabetes, kemudian punya masalah autoimun. Nah mereka menggunakan obat-obatan yang memang rutin. Nah hati-hati nih dengan penggunaan obat-obatan yang rutin. Itu juga obat rutin yang bukan obat rutin dari obgyn ya," katanya mengutip Antara.

Lalu, usia orangtua di atas 40 tahun juga meningkatkan risiko anak lahir dengan penyakit jantung bawaan.

"Faktor usia orang tua juga memiliki peranan tersebut. Jadi kadang-kadang kalau misalnya orangtuanya terlalu, usianya sudah di atas 40. Tidak semuanya sih, tapi punya memiliki risiko untuk PJB," katanya.


Saat Ini Ada 50 Ribu Bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan

Saat ini ada 40 ribu - 50 ribu bayi yang menderita penyakit jantung bawaan di Indonesia. Dari angka itu, sekitar 25 persen yakni kisaran 10.000-12.5000 bayi memiliki penyakit jantung bawaan kritis.

Olfi menyebutkan penanganan untuk penyakit jantung bawaan tergantung dari tingkat keparahannya. Ada yang memerlukan penanganan sederhana tapi tidak sedikit yang kompleks.

Dia mencontohkan untuk penyakit jantung bawaan yang mempengaruhi fungsi jantung, katanya maka dapat diberikan obat-obatan. Sementara itu, apabila menyebabkan kecacatan seperti tidak punya jempol, maka dapat diberikan jempol palsu, atau rehabilitasi agar dapat menggunakan empat jarinya dengan baik.

 


PJB Bisa Diketahui dari Dalam Kandungan

Olfi mengatakan bahwa pemeriksaan rutin saat hamil bisa mengetahui penyakit jantung bawaan atau tidak.

"Untuk penyakit jantung bawahan ini sebenarnya kita bisa lakukan pemeriksaan bahkan dari sebelum bayinya lahir. Jadi mungkin ibu-ibu atau bapak-bapak yang punya istri yang hamil ini sudah bisa screening dari usia 20 minggu," katanya.


Menkes Jalin Kerja Sama dengan Dokter Arab Saudi untuk Tangani Kasus Anak PJB

Beberapa waktu terakhir Kementerian Kesehatan menjalin kerja sama dengan mendatangkan dokter asing dari Arab Saudi untuk menyelamatkan nyawa 12 ribu bayi per tahun yang berisiko meninggal karena penyakit jantung bawaan (PJB).

"Itu karena pada saat sekarang kita punya lebih 12 ribu bayi yang punya kelainan jantung bawaan," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri rapat internal bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa, 2 Juli 2024.

Saat ini, kata Budi, kemampuan dokter di Indonesia untuk melakukan operasi jantung baru berkisar 6 ribu pasien per tahun. Padahal, penanganan kelainan jantung bawaan memerlukan tindakan operasi yang cepat.

Angka Kelahiran Anak di ASEAN pada 2022. (Liputan6/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya