Hore, Kini Ada Perpustakaan Keren di Titik Nol Kabupaten Malaka NTT

Perpustakaan merupakan rumah terbuka bagi siapa saja dan ruang publik bagi siapa pun dalam beraktivitas dan memanfaatkan pengetahuan.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 17 Jul 2024, 17:30 WIB
Perpustakaan keren resmi berdiri di Betun, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Liputan6.com/ Dok Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Utama (Sestama) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Joko Santoso meresmikan Gedung Layanan Perpustakaan Daerah Kabupaten Malaka NTT.

Peresmian dilakukan bersama Bupati Malaka Simon Nahak di Betun, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Rabu (17/7/2024). Pembangunan gedung perpustakaan di titik nol Kabupaten Malaka yang berbatasan dengan Timor Leste ini, menggunakan dana alokasi fisik (DAK) subbidang perpustakaan daerah tahun anggaran 2023.

Sestama Joko menyatakan perpustakaan memiliki esensi, terkait dengan masa lalu dan masa depan. Menurutnya, perpustakaan sama halnya dengan tokoh mitologi Romawi, Janus. Dewa ini memiliki dua wajah yang masing-masing menghadap masa lalu dan menghadap masa depan. Perpustakaan terkait dengan masa lalu dan masa depan melalui koleksi yang dimilikinya.

"Ketika kita bicara perpustakaan, kita bicara tentang koleksi yang menggambarkan kekayaan kita, keragaman kita, berbagai macam budaya di masa lalu dan nilai kearifan lokal yang terus kita pelihara. Kita merawat ingatan bersama dalam berbagai macam rekaman, bahan perpustakaan, surat kabar, majalah. Itu adalah upaya kita merawat nilai-nilai itu jadi bagian dari peradaban dan ingatan masa lalu kita," kata Joko.

Selain itu, perpustakaan juga berbicara mengenai masa depan. Di perpustakaan tersedia kajian, proyeksi, dan perkiraan mengenai masa depan.

“Itu semua bisa kita lakukan dengan mengkaji buku-buku. Dan Janus juga berbicara tentang masa depan itu, di mana salah satu muka menghadap ke masa depan,” tuturnya.

Dia mengapresiasi pemikiran Bupati Simon yang menilai gerakan literasi sebagai gerakan sosial. Perpustakaan, tegasnya, merupakan rumah terbuka bagi siapa saja dan ruang publik bagi siapa pun dalam beraktivitas dan memanfaatkan pengetahuan.

"Siapa pun boleh melakukan berbagai macam kegiatan terkait dengan budaya, kesejahteraan dan ekonomi, pembelajaran sepanjang hayat. Karena kebutuhan untuk memutakhirkan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan, tidak akan pernah berhenti," ungkapnya.

Sestama Joko terkesan dengan tema gedung perpustakaan yakni merah putih. Menurutnya, hal ini melambangkan nasionalisme, patriotisme, dan semangat untuk merawat kebangsaan.

Terkait fasilitas layanan perpustakaan, dia mengapresiasi kehadiran ruang audiovisual. Hal ini baik untuk memfasilitasi generasi milenial dan generasi Z, yang secara demografi mendominasi masyarakat.

"Generasi Z itu menyukai pengetahuan dalam bentuk multimedia. Jadi ruang multimedia ini sungguh tepat untuk kita mentransformasikan pengetahuan untuk generasi milenial itu," jelasnya.

Meski begitu, dia menegaskan, koleksi tercetak juga masih dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, dia berharap berbagai program kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dilangsungkan di perpustakaan.

"Karena layanan perpustakaan adalah layanan yang inklusif, bukan eksklusif. Inklusif artinya siapa pun boleh datang ke perpustakaan, yang bersepatu, yang sandal jepit, boleh. Kenapa? Karena semua memiliki kebutuhan yang sama akan pengetahuan. Ibu, kaum perempuan, pemuda, berbagai macam komunitas," urainya.

Joko menambahkan, tahun ini, Perpusnas mengusung program bantuan buku bacaan bermutu. Program ini menyalurkan bantuan untuk 10 ribu perpustakaan desa dan taman bacaan masyarakat yang masing-masing menerima seribu buku. Dijelaskan bahwa di Kabupaten Malaka, ada delapan desa yang menerima bantuan ini.

"Kami berikan masing-masing seribu buku dan satu rak. Dan kami juga melatih tenaga pengelola agar ada upaya untuk terus memanfaatkan bacaan bermutu yang kami sasar untuk anak SD dan PAUD agar mereka mencintai membaca buku sejak dini, agar mereka menemukan cinta pertamanya kepada buku," sebutnya.

Dia berharap agar masyarakat menjadikan perpustakaan sebagai ruang publik yang terbuka bagi masyarakat.

"Untuk bisa melatih keterampilan dan kecakapan, belajar kontekstual, mengatasi berbagai persoalan yang ada di lingkungan kita dan wahana pembelajaran sepanjang hayat," lanjutnya. 

 


Jadi Monumen Titik Nol di Kabupaten Malaka NTT

Sementara itu, Bupati Simon menjelaskan lokasi gedung perpustakaan merupakan titik nol Kabupaten Malaka. Sebelumnya, lokasi gedung perpustakaan merupakan kantor kecamatan.

“Sekilas gambaran kenapa perpustakaan harus di sini. Karena berbicara tentang pendidikan, jantungnya ada pada perpustakaan,” tuturnya.

Dia menegaskan, kehadiran gedung perpustakaan dibutuhkan untuk menunjang peningkatan sumber daya manusia di kabupatennya. Dia berharap masyarakat menjaga kebersihan perpustakaan dengan tiga lantai tersebut. “Salah satu program unggulan kami adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka butuh fasilitas seperti ini. Sampai dengan ruang disabilitas juga kita sediakan. Jadi perpustakaan ini menerima semua orang untuk baca,” ujarnya.

Dia mengapresiasi perhatian pemerintah pusat terhadap Kabupaten Malaka. Terlebih, Malaka merupakan kabupaten termuda di NTT. “Kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama begini baik dengan kabupaten kami yang masih muda. Kabupaten ini baru dibentuk 2013, kabupaten bungsu di provinsi NTT. Tapi perhatian pemerintah pusat ini ternyata tidak membedakan,” pungkasnya.

Selain pembangunan gedung perpustakaan, Kabupaten Malaka juga menerima DAK fisik subbidang perpustakaan daerah berupa bantuan sarana prasarana meliputi TIK, perabot, dan bahan pustaka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya