Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan 6,25 persen usai menggelar rapat pada 16-17 Juli 2024. Lalu apa dampaknya ke kredit perumahan?
Ekonom BCA, David Sumual menuturkan, BI mempertahankan suku bunga acuan 6,25 persen tidak berdampak terhadap suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Hal ini seiring BI sudah menaikkan suku bunga sebesar 275 basis poin (bps) sejak Agustus 2022, tetapi suku bunga KPR nasional rata-rata turun sekitar 50 basis poin. “Tidak ada pengaruhnya sejauh ini,” ujar David saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Kamis (18/7/2024).
Advertisement
David menilai, keputusan BI tersebut tidak terpengaruh ke suku bunga KPR seiring tingkat persaingan di pasar KPR yang cukup ketat. Ia mengatakan, bank dan multifinance masuk ke bisnis KPR. Dengan demikian, David menuturkan, suku bunga KPR akan tetap.
Hal tersebut juga disampaikan pengamat ekonomi dan perbankan Doddy Ariefianto. Ia menuturkan, suku bunga acuan BI tetap 6,25 persen tidak berdampak terhadap KPR. Doddy menuturkan,dampak suku bunga acuan terhadap bunga kredit termasuk KPR cenderung lebih lambat ketimbang tabungan, deposito dan giro.
"Simpanan, deposito, dan giro itu paling cepat mengikuti suku bunga acuan, sekitar satu bulan hingga tiga bulan. Kalau kredit agak lambat karena kredit punya kontrak termasuk KPR. Misalkan bank tawarkan bunga fixed lima tahun untuk menarik nasabahnya. Kalau ada penyesuaian suku bunga acuan BI, bunga kredit tidak langsung mengikuti,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Apalagi suku bunga acuan BI tetap 6,25 persen, Doddy menuturkan, hal itu tidak berdampak terhadap bunga KPR.
Terkait prediksi suku bunga acuan hingga akhir 2024, Doddy mengatakan, hal itu akan melihat kondisi inflasi dan nilai tukar rupiah. Ia prediksi, inflasi akan relatif stabil hingga akhir 2024. Inflasi yang relatif stabil menurut Doddy didukung upaya pemerintah membangun infrastruktur dan ada tim pengendalian inflasi daerah (TPID). “Inflasi selama 10 tahun dipertahankan single digit. Inflasi akan berada di kisaran 2,7 persen-3 persen,” kata dia.
Suku Bunga Acuan BI Berpotensi Turun?
Namun, yang menjadi perhatian Doddy yakni nilai tukar rupiah. Rupiah sempat alami depresiasi hingga 16.500 pada Juni 2024. Doddy menuturkan, hal itu didorong isu ada rencana kenaikan rasio utang. “Investor khawatir jika diberikan pinjaman apakah pinjaman tersebut dapat diputar dan dikembalikan. Hal itu menekan rupiah,” kata dia.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta mengatakan, ada potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut tergantung kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
"Salah satu target the Fed akan melakukan kebijakan pelonggaran moneter, maka dari itu Bank Indonesia akan memangkas suku bunga awal kuartal IV tahun ini,” ujar dia.
Advertisement
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 6,25%
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di angka 6,25 persen.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16 dan 17 Juli 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility juga tetap sebesar 5,5 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 7 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam pengumuman Hasil RDG Juli 2024, disiarkan pada Rabu (17/7/2024).
Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025.
Fokus kebijakan moneter dalam jangka pendek diarahkan untuk memperkuat efektivitas, stabilisasi nilai tukar rupiah, termasuk menjaga aliran masuk portofolio asing dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, lanjut Perry.
"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga, kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," imbuhnya.
Gubernur BI juga memastikan, bahwa pihaknya terus memperkuat kebijakan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Bank Dunia Ramal Suku Bunga BI Turun di 2025, Jadi Berapa?
Bank Dunia memproyeksi Bank Indonesia (BI) akan mulai menurunkan suku bunganya pada tahun 2025 mendatang.
Seperti diketahui, BI pada April 2024 menaikkan suku bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25%, menandai level tertinggi sejak tahun 2016.
Kemudian untuk bulan Juni 2024, BI mempertahankan suku bunga acuan atau Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di angka 6,25 persen.
"Bank Indonesia diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunganya pada tahun depan," ungkap Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk dalam peluncuran laporan Economic Prospects Report Edisi Juni 2024 di Jakarta, Senin (24/5/2026).
Bank Dunia, penurunan akan terjadi meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat, juga dengan normalisasi kebijakan moneter cadangan devisa yang diperkirakan masih mencukupi untuk memenuhi impor 6 bulan ke depan.
Bank Dunia, penurunan akan terjadi meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat, juga dengan normalisasi kebijakan moneter cadangan devisa yang diperkirakan masih mencukupi untuk memenuhi impor 6 bulan ke depan.
Advertisement