Jerman Berencana Pangkas Bantuan Militer untuk Ukraina

Jerman adalah donor militer terbesar kedua bagi Ukraina, setelah AS. Pada tahun 2024, anggaran Berlin untuk Kyiv ditetapkan hampir sebesar 7,5 miliar Euro.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Jul 2024, 18:35 WIB
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat menerima pengarahan Oleksandr Syrskyi (mengenakan helm militer). (Dok. Efrem Lukatsky)

Liputan6.com, Berlin - Jerman berencana memangkas hampir separuh bantuan militer untuk Ukraina tahun depan, dari sekitar 8 miliar Euro menjadi sekitar 4 miliar Euro, menurut rancangan anggaran yang disetujui oleh pemerintah.

Menteri Keuangan Christian Lindner mengatakan, pembiayaan Ukraina aman untuk masa mendatang karena kelompok negara-negara kaya G7 berencana untuk mengumpulkan US$ 50 miliar dari bunga atas aset Rusia yang dibekukan.

Jerman adalah donor militer terbesar kedua bagi Ukraina, setelah AS. Pada tahun 2024, anggaran Berlin untuk Kyiv ditetapkan hampir sebesar 7,5 miliar Euro, dikutip dari BBC, Kamis (18/7/2024).

Pemotongan bantuan yang direncanakan itu terjadi di tengah kekhawatiran di Ukraina dan di antara sekutu-sekutunya di Eropa bahwa dana AS dapat dipotong atau bahkan dihentikan jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden pada November.

Rancangan anggaran tersebut disetujui oleh pemerintah Jerman pada Rabu (17/7).

Meskipun bantuan militer ke Ukraina akan dikurangi, anggaran pertahanan untuk tahun 2025 akan dinaikkan sebesar 1,3 miliar Euro menjadi 53,25 miliar Euro.

Jumlah ini masih kurang dari 6 miliar Euro yang didorong oleh Menteri Pertahanan Boris Pistorius. Secara keseluruhan, Jerman berencana untuk memenuhi target pengeluaran pertahanan sebesar 2% dari PDB sebagaimana yang disyaratkan oleh aliansi NATO.

 


Anggaran Masih Perlu Persetujuan Parlemen Jerman

Ilustrasi Bendera Jerman yang beri bantuan dana hibah untuk ASEAN terkait kesehatan imbas Covid-19. (Pixabay/tvjoern)

Anggaran pertahanan masih perlu disetujui oleh anggota parlemen.

Dalam perkembangan lainnya: Rusia dan Ukraina pada hari Rabu melakukan pertukaran tawanan perang terbaru, dengan masing-masing pihak menerima kembali 95 personel militer. Uni Emirat Arab memfasilitasi pertukaran tersebut.

Seorang sumber di militer Ukraina mengonfirmasi kepada BBC bahwa pasukan Ukraina telah ditarik dari desa Krynky - pijakan penting di tepi timur sungai Dnipro yang diduduki Rusia di wilayah selatan Kherson. Namun sumber tersebut menambahkan bahwa operasi Ukraina di wilayah tersebut terus berlanjut.

Perdana Menteri Inggris yang baru, Sir Keir Starmer, akan menjamu sekitar 45 pemimpin Eropa pada Kamis (18/7) dalam sebuah pertemuan puncak yang ia harapkan akan mulai memulihkan hubungan London dengan benua tersebut. Pertemuan Komunitas Politik Eropa (EPC) juga akan memberi para pemimpin kesempatan untuk menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Ukraina.


Rusia Klaim Rebut Satu Desa di Wilayah Tenggara Ukraina

Petugas darurat dan penyelamatan bersama dengan petugas medis lainnya membersihkan puing-puing bangunan Rumah Sakit Anak Ohmatdyt yang hancur setelah serangan rudal Rusia di ibu kota Ukraina, Kyiv, pada tanggal 8 Juli 2024. (Roman PILIPEY/AFP)

Sementara itu, belum lama ini pasukan Rusia telah merebut sebuah desa kecil di tenggara Ukraina, kata Kementerian Pertahanan Rusia. Ini adalah kemajuan bertahap yang semakin menyoroti kemajuan besar yang terus dicapai pasukan Rusia atas Ukraina.

Pejabat Ukraina pada Minggu (14/7) tidak segera menanggapi klaim Rusia bahwa pihaknya telah mengambil alih Urozhayne, satu dari beberapa pemukiman yang terletak di sepanjang Sungai Mokriy Yaly di sisi barat Kota Donetsk.

Dikutip VOA Indonesia, Selasa (16/7), pengambilalihan wilayah itu menimpa satu dari beberapa tempat di garis depan sepanjang 1.200 kilometer, di mana pasukan Ukraina kesulitan menahan pasukan Rusia.

Pertempuran tersengit saat ini berlangsung di dekat bekas kota tambang Toretsk, di utara Donetsk, serta Chasiv Yar, semakin ke utara.

Setelah Rusia melancarkan serangan terbatas ke wilayah Kharkiv pada awal Mei, Ukraina terpaksa menerjunkan banyak unitnya yang lebih berpengalaman untuk menstabilisasi pertahanan mereka.

Baik pasukan Rusia maupun Ukraina sama-sama berjuang menghadapi suhu udara musim panas yang membara, yang membuat kehidupan di banyak kota di Ukraina semakin menderita akibat pemadam listrik yang kerap terjadi.

Sebagian besar jaringan listrik Ukraina telah rusak akibat rudal Rusia. Selain itu, ada kekhawatiran jaringan listrik tersebut akan padam sepenuhnya pada musim dingin.


AS Ikut Campur

Puluhan sukarelawan bersama petugas penyelamat terus berupaya mencari korban yang selamat (Anatolii STEPANOV/AFP)

Sementara itu, Kremlin geram akan berita bahwa AS berencana mengirimkan senjata jarak jauh, termasuk rudal jelajah Tomahawk, ke Jerman mulai 2026. Keputusan itu menandai kembalinya rudal jelajah AS ke Jerman setelah absen selama 20 tahun terakhir.

Gedung Putih mengumumkan hal itu di sela-sela konferensi tingkat tinggi (KTT) Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO di Washington DC pekan lalu.

“Kami mempunyai kapasitas yang cukup untuk membendung rudal-rudal ini, tetapi ibu kota negara-negara ini akan berpotensi menjadi korban,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada televisi pemerintah Rusia.

“Eropa terpecah belah. Eropa tidak sedang menjalani saat-saat terbaiknya. Dalam konfigurasi yang berbeda, terulangnya sejarah tidak akan terhindarkan,” ungkapnya.

Kepala pertahanan Rusia dan AS berbicara melalui sambungan telepon pada Jumat (12/7), dalam apa yang digambarkan sebagai upaya untuk mengurangi risiko “kemungkinan eskalasi.”

Infografis Perang Ukraina Vs Rusia Masuki Tahun Ke-3 dan Klaim Tentara Tewas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya