Liputan6.com, Jakarta - Ahli bedah onkologi Siloam Hospitals Lippo Village, Banten, dr Alif R. Soeratman, SpB.Subsp.Onk. (K) menjelaskan bahwa kanker tiroid tergolong langka dibandingkan jenis kanker lain. Meski begitu tetap memerlukan perhatian khusus karena dapat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya secara signifikan.
“Kanker tiroid merupakan jenis kanker yang berkembang di kelenjar tiroid, secara umum terletak di bagian depan leher. Kelenjar ini berperan penting dalam mengatur metabolisme tubuh melalui produksi hormon tiroid,” tutur Alif.
Advertisement
Sejak awal, benjolan di tiroid bisa dikenali sejak dini. Caranya dengan cara bercermin, lalu cobalah secara perlahan dan beberapa kali menelan air liur. Lalu lihat, adakah benjolan atau ada yang dirasa mengganjal di area leher bagian depan.
Jika memang dirasa ada yang aneh, pasien disarankan untuk langsung bertemu dengan dokter umum, baik itu di fasilitas kesehatan tingkat I dengan menggunakan fasilitas BPJS. Bisa juga langsung ke rumah sakit.
Sebab nanti, langkah awal yang akan dilakukan untuk melihat benar atau tidaknya ada benjolan di area tiroid adalah dengan cara USG bagian leher.
“Setelah USG bisa cek laboratorium sampai MRI, hingga operasi biopsi hingga pengangkatan benjolan tersebut di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap lagi,” ujar Alif.
Berdasarkan data terbaru, kejadian kanker tiroid di Indonesia mencapai sekitar 1,5 persen dari seluruh kasus kanker dengan prevalensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Gejala Kanker Tiroid
Alif pun menjelaskan, sebenarnya, kanker tiroid bisa dirasakan sejak awal dengan mengenali adanya benjolan di bagian depan leher. Atau benjolan di sisi kanan atau kiri leher. Lalu bila benjolan sudah menekan area saraf pita suara, akan menimbulkan suara serak, sesak napas hingga nyeri pada tulang ataupun kepala.
“Gejala kanker tiroid seringkali tidak terasa pada tahap awal, namun seiring dengan perkembangan penyakit, gejala seperti benjolan di leher, kesulitan menelan, suara serak, dan pembengkakan kelenjar getah bening dapat muncul,” katanya.
Advertisement
Wanita Lebih Rentan Kena Kanker Tiroid
Bila dibandingkan dengan pria, wanita terutama dia yang sudah berumur diatas 40 tahun, lebih rentan terhadap kanker tiroid. Pasalnya, wanita memiliki hormonal yang lebih sensitive turun dan naik dibandingkan pria.
Terlebih bila dia memiliki riwayat genetik dengan goiter atau pembesaran kelenjar tiroid. Kalau punya riwayat demikian, Alif menyarankan agar orang dengan rentan tersebut untuk rutin melakukan USG leher minimal 1 kali dalam setahun.
“Juga rentan pada mereka yang terpapar radiasi, seperti pekerja kesehatan di radiologi, lalu kerja terus menerus terpapar matahari,” katanya.
Pengobatan dengan Operasi hingga Penggunaan Nuklir
Benjolan atau kanker tiroid memiliki sifat pertumbuhan yang lebih lamban dibandingkan dengan jenis kanker lainnya. Bahkan, penderitanya bila dilihat statistiknya di Rumah Sakit Darmais Jakarta, penderita kanker tiroid menduduki ranking ketujuh, dibandingkan penderita kanker paru, payudara, hingga serviks.
“Meski begitu, bila ditemukan ada benjolan di leher, maka wajib dibiopsi lalu diangka dengan operasi. Pengangkatan jaringan kanker, termasuk Sebagian atau seluruh kelenjar tiroid,” ujar Alif.
Setelah itu, bisa dilakukan terapi. Yakni dengan terapi ablasi iodi radioktif, kemoterapi, hingga hormon tiroid pasca-operasi.
Seiring berkembangnya zaman, kanker tiroid ini juga bisa dihilangkan dengan cara pengobatan nuklir. Dimana, pasien akan melakukan serangkaian tata laksana untuk pengobatan tersebut, yakni meminum obat yang mengandung nuklir.
"Ada beberapa cara untuk menangani kanker ini, bisa dengan kemoterapi, operasi dan terakhir menggunakan nuklir. Nuklir disini berbentuk obat, pil atau tablet yang diminum pasien. Pengobatan ini juga sebagai langkah akhir dari rangkaian,”katanya.
Contoh kasus, ada pasien operasi kanker tiroid, dan ternyata setelah dilakukan MRI ulang, masih ada jaringan kanker yang tertinggal di bagian yang vital dan tidak bisa diangkat karena berisiko besar. Maka, pembasmiannya dengan menggunakan obat tersebut.
“Itupun, pasien akan masuk ke dalam ruangan khusus selama 2 sampai 3 hari. Menginsolasikan diri, karena dalam tubuhnya ada radiasi, setelah dinilai bersih dari radiasi, diperbolehkan pulang,” katanya.
Advertisement