Liputan6.com, Paris - Seorang petugas polisi terluka dalam serangan pisau di lingkungan Champs-Élysées di Paris pada hari Kamis (18/7/2024), dan penyerangnya segera 'dinetralkan', menurut pihak berwenang.
Serangan itu terjadi ketika ibu kota Prancis sudah dalam keadaan siaga keamanan tinggi hanya beberapa hari sebelum upacara pembukaan Olimpiade Musim Panas pada tanggal 26 Juli.
Advertisement
Melansir AFP, Jumat (18/7/2024), Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan serangan itu terjadi di arondisemen ke-8 ketika polisi "menanggapi panggilan dari petugas yang mengamankan sebuah toko".
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin mengatakan serangan itu terjadi di arondisemen ke-8 ketika polisi "menanggapi panggilan dari petugas yang mengamankan sebuah toko".
Pelaku langsung dinetralisir oleh petugas polisi, ujarnya dalam keterangan yang diposting di X.
Seorang pejabat yang mengetahui kasus tersebut mengatakan penyerang masih hidup dan petugas mencegahnya mengambil tindakan lebih lanjut.
Serangan penikaman pada hari Kamis (18/7) terjadi hanya beberapa hari setelah seorang pria menikam dan melukai seorang tentara Prancis yang sedang berpatroli di Paris pada hari Senin di luar stasiun kereta Gare de l'Est di timur Paris. Jaksa mengatakan penyerang dibawa ke rumah sakit jiwa.
Darmanin akan tetap menjabat sebagai pejabat sementara di Kementerian Dalam Negeri sampai pemerintahan baru terbentuk menyusul pemilu legislatif yang tidak meyakinkan pada awal bulan ini.
Insisden Penikaman Sebelumnya
Insiden penikaman sebelumnya dilaporkan terjadi di Paris jelang Olimpiade.
Melansir AFP, Jumat (19/7/2024), seorang pria ditangkap pada hari Senin (18/7) atas penikaman seorang tentara yang sedang bertugas di Paris, dan tersangka diketahui polisi atas pembunuhan tahun 2018 yang membuatnya dikirim ke unit psikiatris.
Serangan penusukan di Stasiun Gare de l'Est di utara Paris terjadi kurang dari dua minggu sebelum dimulainya Olimpiade di ibu kota Prancis.
Nyawa tentara itu tidak dalam bahaya, kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin di platform media sosial X, sementara sumber polisi mengatakan kepada AFP bahwa dia menderita luka tusuk "di antara tulang belikat".
Tersangka berusia 40 tahun ditangkap oleh tentara lain yang sedang berpatroli, sementara pria yang terluka dibawa ke rumah sakit dalam keadaan sadar, kata sumber itu.
Sebuah perimeter keamanan didirikan di satu sisi stasiun setelah penikaman tersebut, kata seorang jurnalis AFP, dan polisi masih berada di sana sekitar tengah malam (22.00 GMT) sekitar dua jam setelah kejadian tersebut.
Jaksa penuntut umum di Paris telah membuka penyelidikan atas percobaan pembunuhan, yang dikatakan akan berupaya untuk mengetahui “keadaan dan motivasinya”.
Tersangka adalah pria berusia 40 tahun kelahiran Republik Demokratik Kongo yang memperoleh kewarganegaraan Perancis pada tahun 2006, kata sumber polisi.
Dia "mengatakan bahwa dia beragama Kristen dan berteriak 'Tuhan Maha Besar' dalam bahasa Prancis" pada saat serangan terjadi, sumber polisi lainnya menambahkan.
Advertisement
Pelaku Penikaman Pernah Terlibat Pembunuhan 2018
Tersangka penikaman Stasiun Gare de l'Est di utara Paris mengatakan dia menyerang tentara tersebut "karena militer membunuh orang-orang di negaranya", kata sumber kedua.
Pria itu diketahui pihak berwenang di Prancis atas pembunuhan tahun 2018 yang membuatnya ditahan di fasilitas psikiatris, kata dua sumber polisi kepada AFP.
Dia menikam hingga tewas seorang pria berusia 22 tahun di stasiun metro Chatelet-les-Halles di pusat kota Paris.
Dia dinyatakan tidak bertanggung jawab secara hukum atas pembunuhan tersebut karena berkurangnya tanggung jawab dan tidak pernah diadili, menurut keputusan pengadilan yang diverifikasi oleh AFP.
“Pikiran untuk tentara yang terluka malam ini di Gare de l’Est,” tulis Menteri Angkatan Bersenjata Sebastien Lecornu di X, memberikan penghormatan kepada pasukan Prancis yang melindungi warga.
Dia mengatakan tentara itu adalah bagian dari operasi militer khusus untuk melindungi situs-situs sensitif di Paris yang dikerahkan setelah serangan Islam tahun 2015 terhadap surat kabar satir Charlie Hebdo.
Sejak itu telah terjadi beberapa serangan terhadap angkatan bersenjata di ibu kota Prancis, termasuk setidaknya empat serangan pada tahun 2017.