Mengenal 4 Jenis Parenting Serta Pengaruhnya pada Anak, Mana Paling Ideal?

Dengan menggali gaya pengasuhan Anda, Anda akan menemukan kunci keberhasilan dalam membesarkan anak-anak dengan baik.

oleh Miranti diperbarui 19 Jul 2024, 19:51 WIB
Gambar menggambarkan kehangatan hubungan antara anak-anak dan orang tua dalam keluarga. (Gambar oleh Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Di dunia ini, menjadi orang tua tidaklah mudah. Perannya juga begitu krusial. Apalagi Anda dan pasangan harus mempersiapkan anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang mandiri dan mampu mengatasi tantangan dalam hidup. Selain itu, Anda juga harus menetapkan batasan yang tepat, mengawasi ketika anak-anak melakukan kesalahan, dan membiarkan mereka merasakan konsekuensi dari tindakan mereka.

Hannah L. Mulholland, seorang pekerja sosial anak di Mayo Clinic, mengatakan bahwa sebagai orang tua, tidak masalah jika anak Anda marah atau tidak menyukai Anda karena batasan yang Anda berikan. Anda adalah orang yang tidak akan pernah meninggalkan mereka dan akan tetap mencintai mereka, meskipun mereka marah kepada Anda.

Namun, banyak orang tua tidak menetapkan batasan karena mereka ingin disukai oleh anak-anak mereka. Mendidik anak adalah tentang memberikan dukungan saat mereka melakukan kesalahan, memberi mereka tanggung jawab sesuai dengan usia mereka, dan membantu mereka memecahkan masalah mereka sendiri. Sayangnya, anak-anak yang tidak belajar akan memasuki dunia dewasa tanpa kesiapan atau bahkan takut karena mereka tidak tahu bagaimana menjalin hubungan, mencuci pakaian, atau mengelola uang.

Mengetahui gaya pengasuhan yang tepat sangat penting jika Anda merasa bingung tentang apa yang harus dilakukan. Ada empat gaya pengasuhan yang perlu diketahui, yaitu otoriter, otoritatif, permisif, dan acuh tak acuh. Dalam artikel ini, Anda dapat menemukan informasi lebih lanjut tentang 4 gaya pengasuhan tersebut.


1. Authoritative Parenting Style

Jenis Kelebihan Pola Asuh Demokratis (foto: Pexels/Vlada Karpovich)

Gaya pengasuhan yang otoritatif sering dianggap sebagai pilihan terbaik karena mencampurkan kehangatan dan fleksibilitas. Namun, hal ini tidak mengurangi tanggung jawab orang tua sebagai pengambil keputusan utama. Anak-anak yang memiliki orang tua otoritatif tahu apa yang diharapkan dari mereka. Orang tua mereka menjelaskan aturan dan konsekuensi jika melanggarnya.

Mereka juga mendengarkan pendapat anak-anak mereka, tetapi tetaplah menjadi pengambil keputusan utama. Orang tua yang otoritatif membangun hubungan yang erat dan saling mendukung dengan anak-anak mereka. Anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini cenderung tumbuh menjadi individu yang percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu mengelola emosi mereka.

Mereka juga memiliki sikap yang ramah, ingin tahu, dan berorientasi pada pencapaian. Salah satu contoh nyata dari gaya pengasuhan otoritatif terlihat saat waktu makan. Orang tua yang otoritatif lebih sering makan bersama keluarga, di mana mereka mencontohkan perilaku makan yang sehat, daripada memaksakan batasan yang ketat. Mereka melibatkan anak-anak dalam persiapan makanan, bahkan memberi mereka kesempatan untuk memilih menu makan malam atau lauk dalam seminggu.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh ibu dengan gaya pengasuhan otoritatif memiliki pola makan yang baik dan makan lebih banyak buah daripada anak-anak dengan gaya pengasuhan yang berbeda. Dengan demikian, gaya pengasuhan otoritatif tidak hanya menciptakan hubungan yang positif antara orang tua dan anak, tetapi juga berdampak pada kebiasaan makan yang sehat.


2. Permissive Parenting Style

Gambaran tentang sebuah keluarga yang penuh kebahagiaan, dengan kehadiran orang tua dan anak, dapat ditemukan di gambar ini yang dibuat oleh tim kami di Freepik.

Orang tua yang menganut gaya pengasuhan permisif mungkin merasa bangga menjadi sahabat terbaik bagi anak-anak mereka. Mereka adalah sosok yang hangat dan selalu berkomunikasi dengan terbuka. Mereka aktif terlibat dalam kesejahteraan emosional anak-anak mereka. Namun, mereka juga memiliki harapan yang rendah dan menerapkan disiplin dengan cara yang tidak terlalu ketat.

Orang tua yang permisif membiarkan anak-anak mereka menentukan pilihan mereka sendiri, tetapi tetap memberikan panduan jika hal itu tidak berjalan dengan baik. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang permisif memiliki kebebasan untuk memilih apa yang mereka makan, kapan mereka tidur, dan apakah mereka ingin mengerjakan pekerjaan rumah atau tidak. Mereka cenderung memiliki harga diri yang tinggi dan keterampilan sosial yang baik.

Namun, mereka juga bisa menjadi impulsif, sering menuntut, dan kurang memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Orang tua yang permisif sering kali berusaha menjaga agar anak-anak mereka tidak mengalami penolakan atau kegagalan. Akibatnya, anak-anak ini mungkin tumbuh menjadi dewasa tanpa persiapan yang cukup. Sebagai contoh, dalam hal makanan, orang tua yang permisif mungkin memiliki aturan yang longgar.

Mereka membiarkan anak-anak mereka memilih makanan apa pun yang mereka inginkan, bahkan jika itu berarti orang tua harus memasak makanan khusus untuk mereka. Hal ini dapat menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat dan pola makan yang tidak teratur. Gaya pengasuhan permisif juga sering dikaitkan dengan rendahnya konsumsi buah dan sayur. Selain itu, anak-anak yang dibesarkan dengan gaya pengasuhan ini mungkin memiliki kesulitan dalam mencoba hal-hal baru atau beradaptasi dalam situasi sosial yang melibatkan makanan.


3. Authoritarian Parenting Style

Gambaran Menakjubkan Mengenai Hubungan Orang Tua dan Anak Remaja (Sumber: unsplash)

Pola asuh otoriter adalah pendekatan yang menggunakan aturan ketat, standar tinggi, dan hukuman untuk mengendalikan perilaku anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini memiliki harapan yang sangat tinggi dan tidak mau berkompromi. Bahkan, anak-anak mungkin tidak menyadari adanya peraturan tersebut sampai mereka melanggarnya dan dikenai hukuman. Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua otoriter cenderung patuh terhadap instruksi dan berperilaku baik.

Namun, mereka mungkin tumbuh dengan rasa takut terhadap hukuman dan kurangnya pengalaman dalam mengambil keputusan sendiri. Dampaknya, beberapa orang mungkin menjadi sangat memberontak, kurang memiliki keterampilan sosial, dan mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang tepat. Contoh pola asuh otoriter dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat waktu makan.

Orang tua yang menerapkan pola asuh ini mungkin memaksakan aturan, seperti anak harus makan makanan yang sama dengan orang lain atau harus menghabiskan semua makanan yang ada di piringnya. Namun, dalam keluarga tersebut, kemungkinan besar tidak ada pembahasan mengenai alasan mengapa mereka mengonsumsi makanan tertentu atau bagaimana hal tersebut berkaitan dengan budaya mereka atau dampaknya terhadap kesehatan anak.

Dalam pola asuh otoriter, penting untuk diingat bahwa aturan dan disiplin yang konsisten penting bagi perkembangan anak. Namun, juga penting untuk memberikan kebebasan dan kesempatan bagi anak untuk belajar mengambil keputusan sendiri dan mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.


4. Neglectful Parenting Style

Ilustrasi Orang Tua dan Anak. Unsplash/Alexander Dummer

Orang tua yang lalai dalam pola pengasuhan sering kali mengabaikan kebutuhan dasar anak mereka. Meskipun awalnya mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan pakaian, namun perhatian yang kurang pada anak membuat mereka merasa terabaikan. Orang tua seperti ini cenderung memberikan pengasuhan yang minim dan tidak memiliki harapan atau batasan yang jelas terhadap anak mereka.

Situasi ini tidak selalu dipilih secara sadar oleh orang tua, melainkan bisa dipengaruhi oleh keadaan yang memaksa seperti pekerjaan yang memaksa mereka bekerja hingga larut malam, menjadi orang tua tunggal, masalah kesehatan mental, atau masalah keluarga secara keseluruhan. Anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang lalai sering kali menjadi kuat dan mandiri karena mereka harus memenuhi kebutuhan sendiri.

Namun, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosi, tidak memiliki strategi penanganan yang efektif, dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki harga diri yang rendah dan mungkin mencari contoh yang tidak pantas. Salah satu contoh pola pengasuhan lalai adalah ketika orang tua tidak terlibat dalam membeli bahan makanan atau merencanakan makanan secara konsisten.

Hal ini dapat membuat anak merasa khawatir tentang kapan mereka akan makan berikutnya. Tidak hanya itu, ketika diabaikan, anak-anak ini mungkin menjadi terobsesi dengan makanan. Mereka sering kali makan berlebihan meskipun makanan tersedia, yang pada akhirnya dapat menyebabkan mereka mengalami kelebihan berat badan. Namun, ketika anak-anak ini dewasa, mereka sering kali lebih mampu meninggalkan rumah mereka dengan lebih mudah.


5. Bagaimana Cara Mengubah Parenting Style?

Gambar anak-anak dan orang tua yang begitu menggemaskan (foto: Pexels/Arina Krasnikova)

Apabila Anda menemukan bahwa anak Anda mengalami beberapa masalah dalam perilakunya, mungkin saatnya untuk mempertimbangkan untuk menyesuaikan gaya pengasuhan Anda. Mengubah perilaku bisa menjadi tantangan bagi orang tua dan juga bagi anak-anak. Oleh karena itu, Mulholland merekomendasikan untuk merefleksikan masa kecil Anda dan mencari tahu apa yang berhasil dan tidak berhasil untuk Anda.

Beberapa orang mungkin tumbuh dengan orang tua yang sangat ketat, di mana anak-anak tidak diizinkan berbicara di meja makan dan sering mendapatkan hukuman berat. Akibatnya, ketika mereka menjadi orang tua, mereka justru memilih untuk bersikap permisif. Namun, mungkin pendekatan tengah akan lebih baik. Ketika Anda merenungkan tentang pola pengasuhan Anda sendiri, cobalah untuk memahami alasan di balik reaksi Anda tersebut.

Jika Anda ingin mengubah gaya pengasuhan anak, ikutilah workshop pengasuhan. Banyak sekolah atau pusat anak usia dini yang menawarkan kelas-kelas tersebut atau dapat memberikan referensi yang sesuai. Jika perlu, terapis kesehatan mental juga dapat membantu Anda mengatasi masalah masa kecil Anda dan menemukan pendekatan pengasuhan yang cocok untuk keluarga Anda.


6. Parenting Style yang Paling Dianjurkan

Ilustrasi keluarga bahagia, orang tua, anak

Gaya pengasuhan yang berwibawa adalah pilihan terbaik dalam mendidik anak. Dengan menggabungkan komunikasi yang jelas dan standar yang sesuai dengan usia, orang tua dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang stabil secara emosional dan mampu mengatasi situasi sosial serta menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri.

Untuk mengadopsi pendekatan berwibawa ini, orang tua dapat melakukan hal-hal berikut:

1. Tetapkan batasan yang jelas dan komunikasikan kepada anak. Berikan pemahaman kepada mereka tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

2. Berikan pilihan kepada anak-anak dan diskusikan tentang apa yang pantas. Misalnya, Anda dapat memberi mereka pilihan dalam hal pakaian yang mereka kenakan saat tidur, tetapi tetap menjelaskan mengapa memakai mantel musim dingin saat tidur bukanlah pilihan yang tepat.

3. Dengarkan dan eksplorasi masalah kesehatan emosional anak-anak. Berikan perhatian pada perasaan mereka dan bantu mereka mengatasi masalah yang mereka hadapi.

4. Sering mengungkapkan cinta dan kasih sayang kepada anak. Berikan dukungan emosional yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang.

5. Gunakan pujian dan penguatan positif untuk mendorong perilaku yang diinginkan. Abaikan perilaku yang mengganggu namun tidak berbahaya, seperti membenturkan dinding atau merengek, tetapi berikan perhatian saat mereka berhenti merengek.

6. Berikan hadiah kepada anak sebagai bentuk penghargaan. Misalnya, Anda dapat memberikan hadiah kepada mereka setelah mereka menyelesaikan pekerjaan rumah, seperti menggunakan tablet setelah mereka selesai.

Dengan mengadopsi gaya pengasuhan berwibawa ini, orang tua dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya