Liputan6.com, Jakarta - Harga emas anjlok lebih dari dua persen pada perdagangan Jumat, 19 Juli 2024. Koreksi harga emas tersebut dipicu dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat dan aksi ambil untung setelah sentuh rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai awal pekan ini.
Adapun harga emas sempat sentuh rekor didorong meningkatnya harapan penurunan suku bunga AS pada September. Harga emas di pasar spot turun 1,9 persen menjadi USD 2.399,27 per ounce pada pukul 17.58 GMT.
Advertisement
Emas batangan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada posisi USD 2.483,60 pada Rabu pekan ini. Sedangkan harga emas berjangka AS terpangkas 2,3 persen menjadi USD 2.399,10. Demikian mengutip dari CNBC, Sabtu (20/7/2024).
Di sisi lain, harga perak di pasar spot turun sekitar 3,2 persen menjadi USD 29,11 per ounce dan platinum susut 0,3 persen menjadi USD 964,75. Harga palladium melemah 2,7 persen menjadi USD 905,09. Tiga logam tersebut menuju koreksi mingguan.
Adapun dolar AS menguat sekitar 0,2 persen terhadap mata uang lainnya. Sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga naik sehingga memberikan tekanan pada emas batangan.
“Selain aksi ambil untung, pasar juga kecewa karena narasi soft landing ini. Hal ini dapat memberikan tekanan pada harga emas, karena investor akan mengalihkan uangnya dari investasi yang aman ke investasi yang lebih berisiko,” ujar Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian, seperti dikutip dari CNBC.
Ia menambahkan, pihaknya melihat semakin banyak keputusan yang didorong oleh investasi sehingga permintaan emas meningkat.
Pasar kini mengantisipasi peluang 98 persen penurunan suku bunga oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pada September, menurut CME FedWatch. Daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil hasil cenderung menonjol di lingkungan suku bunga rendah.
Permintaan Emas di Asia Lesu
Pada awal pekan ini, ketua the Fed Jerome Powell menuturkan, pembacaan inflasi baru-baru ini “menambah keyakinan” laju kenaikan harga kembali ke target bank sentral secara berkelanjutan.
"Jika ETFmenambahkan emas seiring penurunan suku bunga, emas akan naik signifikan,” ujar Manajer Portfolio Gabelli Gold Fund, Chris Mancini.
Ia menuturkan, jika ekonomi yang melemah menyebabkan pemerintah beri stimulus terutama di infrastruktur baik emas dan logam industri akan naik pada saat yang bersamaan.
Dari sisi fisik, permintaan emas di Asia lesu pada pekan ini mencerminkan keengganan konsumen untuk membeli meski ada diskon besar yang justru terlihat memanfaatkan harga emas batangan yang mencapai rekor tertinggi.
Advertisement
Prediksi Harga Emas Pekan Ini
Sebelumnya, survei emas mingguan Kitco menunjukkan analis optimistis terhadap harga emas pada pekan ini, demikian juga pelaku pasar ritel.
Mengutip Kitco, ditulis Senin (15/7/2024), 13 analis berpartisipasi dalam survei emas mingguan Kitco. 12 analis atau 92 persen prediksi harga akan melanjutkan kenaikan pekan ini. Sedangkan satu analis atau 8 persen perkirakan harga emas akan melemah. Tidak ada yang melihat tren sideways untuk harga emas pada pekan ini.
Sementara itu, 178 suara diberikan dalam jajak pendapat online Kitco. Investor main street mempertahankan sikap bullish sejak pekan lalu. 119 pelaku pasar ritel atau 67 persen prediksi harga emas menguat pekan ini. Selain itu, 32 responden atau 18 persen prediksi harga emas dunia bakal tertekan. Sedangkan 27 responden mewakili 15 persen prediksi harga emas sideways.
Pada pekan ini, pasar akan mengalihkan fokusnya dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) ke bank sentral Eropa yang akan mengumumkan suku bunga pada Kamis pagi. Pasar prediksi bank sentral Eropa akan menahan suku bunga setelah bank sentral itu memangkas suku bunga acuan pada Juni. Akan tetapi, bank sentral Eropa juga akan memperhatikan sinyal potensi penurunan suku bunga ke depan.
Selain itu, rilis data ekonomi Amerika Serikat juga akan menjadi perhatian. Pada Selasa pekan ini, ada rilis data penjualan ritel AS pada Juni 2024, dan ekonom prediksi konsumsi masih melemah. Hal itu dapat menambah momentum terhadap harapan pasar terhadap penurunan suku bunga the Fed pada September 2024.
Pasar juga akan memperhatikan survei manufaktur Empire State dan komentar dari ketua the Fed Jerome Powell pada Senin pekan ini. Selain itu, ada rilis data perumahan dan izin bangunan AS, serta survei the Fed Philly dan klaim pengangguran mingguan pada Kamis pekan ini.
Apa Kata Analis?
Analis Senior FxPro Alex Kuptsikevich menuturkan, kenaikan harga emas di atas USD 2.400 menjadi pertanda baik untuk harga emas. Ia melihat potensi harga emas tertinggi terbaru sepanjang masa.
Kuptsikevich menuturkan, laporan inflasi AS yang lemah mendorong harga emas ke posisi USD 2.400. Harga emas hanya menguat selama beberapa jam pada April dan hanya bertahan dalam tiga hari di atas level ini pada Mei. “Dalam kedua kasus itu, kenaikan ini menggeser keseimbangan ke penjual, diikuti dengan penurunan di bawah USD 2.300,” ujar dia.
Kuptsikevich mengatakan, harga emas mendekati batas atas dalam tiga bulan terakhir yang mungkin menjadi akhir dari konsolidasi setelah naik dari posisi terendah pada Oktober. Reli harga emas dimulai karena ada sinyal pembalikan kebijakan. “Beberapa bulan terakhir diselimuti ketidakpastian karena angka inflasi yang beragam. Sekarang kami menunjukkan tingkat kesediaan yang cukup tinggi dari pejabat the Fed untuk segera memulai pelonggaran,” kata Kputsikevich.
Ia menuturkan, potensi target kenaikan harga emas terjadi jika tembus level resistance USD 2.850.
Sementara itu, Head of Currency Strategy Forexlive.com, Adam Button menuturkan, testimoni ketua the Fed Jerome Powell selama dua hari menjadi hal signifikan. Akan tetapi, ia perkirakan harga emas akan turun seiring berita dari China pada pekan ini.
“China menuturkan mereka tidak membeli apapun selama dua bulan berturut-turut, itu akan terjadi selama seminggu penuh. Pelaku pasar berharap China hanya selama satu bulan tidak membeli, tetapi tampaknya malah dua bulan,” ujar Button.
Advertisement