Liputan6.com, Mamuju - Kualitas kopi yang dimiliki Sulbar cukup tinggi, sehingga dibutuhkan industri untuk melakukan pengelolaan. Dua kabupaten, yakni Mamasa dan Polman merupakan daerah penghasil kopi terbesar di Sulbar.
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Unsulbar, Dr Nurfitriayu saat Focus Group Discussion (FGD) Peta Potensi Investasi Komoditas Kopi yang digelar DPMPTSP Sulbar bekerjasama dengan Fekon Unsulbar mengungkapkan, dengan kondisi geografis yang mendukung, seperti tanah yang subur dan iklim yang ideal, daerah ini mampu menghasilkan kopi berkualitas tinggi.
"Hasil kajian kami berdasarkan mandatori, artinya mengikuti SK Menteri Investasi, kalau tidak salah dengan nomor 50 tahun 2023, jadi memang ada analisa di situ untuk menentukan ujungnya itu komoditas apa. Salah satu dari empat komoditas unggulan di Sulbar yaitu kopi," kata Nurfitriayu, Jumat (19/07/24).
Baca Juga
Advertisement
"Kalau kita analisis lagi dari sumber, bahan baku, luas lahan dan produksinya dominan di Kabupaten Mamasa. Ini sangat potensial karena hasil kajian kami juga menemukan bahwa dari 100 persen produksi kopi itu ternyata yang diolah oleh UMKM eksisting itu hanya 5 persen," tambahnya.
Namun, Nurfitriayu menyayangkan, lantaran sebesar 90 persen hasil produksi kopi di Sulbar dikelola di luar daerah. Sehingga, kopi yang nyatanya berasal dari Sulbar tidak dikenal.
"Yang mana maknanya itu, 90 persen itu tidak dikelola di Sulbar ini, tidak dikelola oleh industri yang ada di Sulbar, lari keluar, ke Sulsel atau daerah lain di perbatasan," ungkap Nurfitriayu.
Sedangkan, Kepala DPMPTSP Sulbar, Habibi Azis mengatakan Mamasa terkenal dengan kopi Arabika yang memiliki cita rasa khas dan kualitas yang tinggi.
"Kopi Arabika ditanam di daerah pegunungan dengan ketinggian yang mendukung. Selain itu, ada pula Kopi Robusta yang tumbuh di dataran rendah dan lebih tahan terhadap penyakit," tutur Habibi.
Habibi mengungkapkan, Sulbar sangat membutuhkan kehadiran industri kopi untuk mengelola potensi yang dimiliki provinsi ke 33 itu. Hal itu menjadi atensi bagi pemerintah daerah untuk berupaya menghadirkan industri yang dibutuhkan.
"Nah, itu sebenarnya hanya satu saja indikator yang menunjukkan bahwa sangat urgen ada industri. Sehingga, memang sangat potensial keberadaan industri dengan besarnya produksi dan luas lahan yang kita miliki di Sulbar ini," tutup Habibi.