Menghilang 5 Bulan, Bursa Kripto Hong Kong Izinkan Nasabah Tarik Dana

BitForex menyatakan, tim BitForex ditahan dan diinvestigasi oleh polisi. Kejadian itu menyebabkan platform tak dapat diakses sehingga nasabah tak bisa tarik aset.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Jul 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi Kripto. Foto: Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kripto, mulai dari membelinya hingga menambang. Tapi ada cara lain yaitu melalui Faucet Kripto.Freepik/Rawf8.com

Liputan6.com, Jakarta - Platform perdagangan kripto Hong Kong, BitForex akan membuka proses penarikan dana setelah menghilang selama 5 bulan, setelah dilakukan investigasi oleh polisi Provinsi Jiangsu di China. 

Mengutip laman CoinDesk, bursa kripto ini mengabarkan melalui sebuah postingan X perdagangan dan penyetoran dana akan tetap ditangguhkan. Namun, proses penarikan akan dibuka untuk nasabah yang telah menyeleaikan verifikasi KYC.

Untuk diketahui, BitForex menghentikan seluruh operasinya per 23 Februari 2024 setelah mengalami outflow USD 57 juta. Kalau itu, oroses penarikan dana nasabah dan akses menuju platform diblok, memicu peringatan dari Komisi Sekuritas dan Kontrak Berjangka Hong Kong (SFC).

"Pada 23 Februari 2024, tim BitForex ditahan dan diinvestigasi oleh polisi Provinsi Jiangsu di China. Kejadian tak terduga ini menyebabkan platform jadi tak dapat diakses, dan nasabah tidak bisa melakukan penarikan aset pada saat itu," tulis keterangan BitForex.

Tim BitForex mengatakan, setelah mengembalikan aset kepada nasabah, bursa kripto ini akan menghentikan semua operasinya dan menjalani perbaikan komprshensif.

Sebelumnya, BitForex yang tiba-tiba menutup platform perdagangannya membuat nasabah ketar-ketir. Bursa kripto ini menghentikan semua operasinya pada 23 Februari, tanpa ada peringatan dan penjelasan apapun. 

Penutupan mendadak tersebut telah memicu kekhawatiran akan adanya potensi exit scam, karena arus keluar mata uang digital yang signifikan terdeteksi dari wallet BitForex sebelum penutupannya. 

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Polisi Singapura Ingatkan Investor Soal Modus Kejahatan Kuras Kripto

Ilustrasi Kripto atau Penambangan kripto. Foto: Freepik

Sebelumnya, Kepolisian Singapura dan Badan Keamanan Siber (CSA) Singapura mengeluarkan pemberitahuan bersama yang menyarankan investor untuk melindungi diri mereka dari kejahatan penguras kripto.

Menurut CSA penjahat dunia maya semakin memanfaatkan penguras kripto untuk menargetkan pemilik dompet mata uang kripto karena penggunaan mata uang kripto menjadi semakin populer dan nilai dolarnya juga meningkat.

Pihak berwenang menjelaskan penguras kripto adalah jenis malware yang menargetkan dompet kripto.

“Penguras ini sering kali digunakan sebagai bagian dari serangan phishing, di mana korban ditipu untuk mengeklik tautan berbahaya atau membuka lampiran berbahaya,” jelas CSA, dikutip dari Bitcoin.com, Sabtu (20/7/2024).

CSA menambahkan, dengan melakukan hal itu, para korban tertipu untuk menyetujui transaksi jahat yang memungkinkan penguras mencuri mata uang kripto yang disimpan di dompet mereka,

Pemberitahuan ini juga mencakup daftar tindakan yang dapat diambil oleh pemilik kripto untuk melindungi diri mereka dari penipuan penguras kripto.

Langkah-langkah lain termasuk mewaspadai tawaran yang terlalu bagus atau mustahil untuk menjadi kenyataan, memverifikasi legitimasi dan fungsi kontrak pintar sebelum interaksi, dan membatasi tunjangan tinggi menggunakan penjelajah blockchain atau antarmuka dompet.

Selain itu, pihak berwenang menyarankan investor untuk meneliti proyek dan mata uang kripto secara menyeluruh sebelum menghubungkan dompet mereka dan hanya membuat koneksi setelah memverifikasi validitas situs proyek.

 

 


Bandar Kripto XRP Timbun 47 Juta Token Senilai USD 25,86 Juta, Buat Apa?

Ilustrasi Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer

Sebelumnya, XRP, aset digital yang terkait dengan Ripple, mencatatkan aktivitas bandar yang signifikan di tengah fluktuasi harga. Data blockchain terbaru telah mengungkapkan pergerakan token yang signifikan, dengan bandar (whale) Kripto XRP mengumpulkan token senilai lebih dari USD 20 juta di tengah penurunan harga.

Hal ini kemudian memunculkan spekulasi adanya potensi pembalikan. Bandar baru-baru ini memperoleh sekitar 47 juta token XRP senilai USD 25,86 juta. Akumulasi ini terjadi pada saat harga mengalami penurunan dan kenaikan, sehingga memicu spekulasi mengenai potensi pembalikan pasar.

Melansir Coingape, Sabtu (19/7/2024), pelacak transaksi on-chain Whale Alert melaporkan dua transfer besar ke alamat dompet yang tidak diketahui. Transaksi pertama menghasilkan 22 juta token (USD 12,08 juta) dipindahkan dari Upbit ke dompet “r418…pVGH“.

Pada transfer kedua, 24,8 juta token (USD 13,7 juta) dikirim dari Binance ke dompet “rfQ9…k8Cvi“. Akumulasi besar yang dilakukan oleh XRP whale selama penurunan harga menunjukkan bahwa beberapa investor besar melihat harga saat ini sebagai titik masuk yang menarik.

Namun, sentimen pasar masih beragam. Bersamaan dengan akumulasi ini, bandar lain telah menjual sekitar 75 juta token ke bursa termasuk Bitstamp, Bitget, dan Bitso. Aktivitas penjualan ini dipandang oleh beberapa analis sebagai aksi ambil untung, sebuah strategi umum di kalangan trader.

Pada data terbaru, harga XRP diperdagangkan pada kisaran USD 0,5494. Token tersebut telah mengalami penurunan harga sebesar 4,90% selama sehari terakhir, tetapi mempertahankan kenaikan sebesar 17,94% selama seminggu. Dengan pasokan yang beredar sebesar 56 miliar XRP, kapitalisasi pasar mata uang kripto ini mencapai USD 30,7 miliar.

 


FBI Sita Kripto Senilai Rp 41 Miliar dari Penipu di Thailand

Ilustrasi Kripto atau Penambangan kripto. Foto: Freepik

Sebelumnya, Kantor Kejaksaan AS telah meluncurkan tindakan penyitaan perdata untuk mendapatkan kembali mata uang kripto yang disita oleh FBI dari penipu internasional yang terlibat dalam skema “penyembelihan babi”. 

Inisiatif ini bertujuan untuk mengembalikan dana yang dicuri kepada korban dan meminta pertanggungjawaban pelaku kejahatan.  Agen Khusus FBI yang bertanggung jawab, Moy mengatakan tingkat pelaku kejahatan yang menggunakan penipuan pemotongan babi untuk menipu orang yang tidak bersalah sungguh tercela.

“Dalam skema pemotongan babi, penipu mendapatkan dana dari korban dengan menggunakan taktik curang dan manipulatif. Penipu membangun tingkat kepercayaan korban dalam komunikasi online dan kemudian membujuk korban untuk berinvestasi dalam skema mata uang kripto palsu,” kata Moy dikutip dari Bitcoin.com, Jumat (19/7/2024).

Secara khusus, pemerintah AS berupaya untuk kehilangan 2.546.415 koin USDT (USDT) yang disita dari dua rekening yang dikendalikan oleh pelaku di Thailand. Cryptocurrency ini memiliki perkiraan nilai saat ini sekitar USD 2,54 juta atau setara Rp 41 miliar (asumsi kurs Rp 16.179 per dolar AS).

Dalam skema penipuan penyembelihan babi atau pig butchering seringkali korban dibujuk untuk melakukan pembayaran tambahan sebelum menyadari bahwa mereka adalah korban penipuan. 

Pembantaian korban terjadi ketika aset atau dana korban dicuri oleh penjahat, atau penjahat, yang pada akhirnya menyebabkan kerugian finansial dan emosional bagi korban.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya