Liputan6.com, Jakarta - Beradaptasi dengan perubahan alam jadi salah satu kunci resor-resor ski di wilayah Alpen, Austria, bisa bertahan. Seiring mencairnya salju, mereka mengalihkan fokus target kunjungan dari para pemain ski ke pengendara sepeda gunung.
Leogang-Saalbach adalah salah satu dari banyak resor Alpen yang mengandalkan aktivitas cuaca hangat karena meningkatnya suhu dan berkurangnya salju. Pengendara sepeda gunung dari seluruh Eropa berbondong-bondong ke wilayah Salzburg di Austria barat untuk berlomba menuruni lereng curam.
Advertisement
"Sungguh luar biasa. Gunung dan lereng seperti itu, kami tidak memilikinya di Estonia," kata Jonas Ritson, pengendara sepeda gunung berusia 51 tahun tentang negara asalnya sebelum memulai jalur menurun, dikutip dari AFP, Minggu (21/7/2024).
Sejak pandemi, signifikansi musim panas bagi perekonomian 'sedikit melebihi' musim dingin di negara tersebut, kata Oliver Fritz, ekonom senior di Institut Penelitian Ekonomi Austria (WIFO). Biasanya, musim panas dan musim dingin menyumbang sekitar setengah pendapatan tahunan industri pariwisata.
Namun setelah pandemi, Fritz menilai persentasenya didominasi mengarah pada musim panas, dengan musim hangat pada 2023 menghasilkan lebih dari setengah dari 29,5 miliar euro (sekitar Rp521 triliun) yang dihasilkan sektor pariwisata. Pasalnya, durasi musim dingin makin pendek.
Laporan gabungan dari badan cuaca Austria, Jerman, dan Swiss menyebutkan bahwa musim dingin tahun lalu di Pegunungan Alpen 'ditandai dengan suhu yang sangat sejuk', menjadi musim dingin terpanas kedua di Austria sejak pencatatan suhu dimulai pada 1851. Musim dingin yang tidak terlalu bersalju telah mengancam keberadaan resor ski terkenal di Austria.
Austria Siasati Izin Pemilik Lahan
"Perubahan iklim telah menyebabkan destinasi wisata memikirkan kembali dan mengikuti tren, seperti bersepeda gunung," kata Martin Schnitzer, ekonom olahraga di Universitas Innsbruck.
Untuk itu, pemerintah Austria sedang mencari akal agar bisa menandatangani lebih banyak kontrak dengan pemilik lahan dan hutan yang saat ini membatasi akses untuk para pesepeda gunung. "Mengembangkan strategi nasional sudah lama tertunda," kata ekonom Schnitzer.
Pemerintah akan mencari resor seperti Leogang-Saalbach yang berhasil menjadi destinasi wisata sepanjang tahun. Jalur sepedanya yang terkenal -- yang secara rutin menyelenggarakan perlombaan piala dunia bersepeda gunung -- adalah yang pertama di Austria ketika didirikan pada 2001.
Hampir 50 tahun lalu, Austria melarang bersepeda melintasi wilayah tersebut kecuali pemiliknya memberikan persetujuan eksplisit. Pengendara sepeda bisa didenda hingga 730 euro (hampir Rp13 juta) karena melanggar, bahkan tuntutannya bisa membengkak hingga "beberapa ribu euro", kata Rene Sendlhofer-Schag dari Alpine Club Austria, yang terlibat dalam strategi tersebut.
"Tidak ada negara lain di Pegunungan Alpen, jika bukan di Eropa, yang olahraganya dikecualikan dengan cara seperti itu," keluhnya. Austria memiliki lebih dari dua lusin tempat parkir sepeda dan pusat jalan setapak.
Advertisement
Antisipasi Konflik dengan Pesepeda Gunung
Mencapai kesepakatan dengan beberapa pemilik tanah lokal diperlukan untuk mewujudkan jalur sepeda gunung tersebut, Kornel Grundner, direktur pelaksana jaringan kereta gantung pegunungan di resor tersebut, mengatakan kepada AFP. Pandangan ke depan tampaknya telah membuahkan hasil.
Selama 10 tahun terakhir, tempat parkir sepeda telah mengalami peningkatan hampir "70 persen dalam hal pengunjung pertama kali" menjadi 260.000 pada tahun lalu, kata Grundner yang berusia 53 tahun. Ekonom Fritz berharap strategi pemerintah ini akan memberikan kerangka kerja yang sangat dibutuhkan "untuk menjamin hidup berdampingan secara baik" semua pihak.
"Bersepeda gunung membawa banyak potensi konflik, karena pemilik tanah, petugas kehutanan, pemburu, dan pendaki tidak selalu senang dengan pengendara sepeda gunung," katanya.
Konflik itu disadari oleh pengendara sepeda asal Swiss Isabella Hummel, yang sedang mengunjungi Leogang. Seperti Austria, 'ada masalah yang sama di beberapa wilayah' di Swiss di mana pengendara sepeda gunung tidak disukai, kata pria berusia 33 tahun itu kepada AFP.
Kejuaraan Sepeda Gunung Internasional di Kalimatan
Sementara, Indonesia melalui Provinsi Kalimantan Tengah dipercaya sebagai tuan rumah Kejuaraan Dunia Balap Sepeda Gunung bertajuk UCI MTB Eliminator World Cup 2022. Ajang itu berlangsung di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 28 Agustus 2022.
Untuk menghelat kejuaraan dunia balap sepeda yang baru pertama kali diadakan di Indonesia itu, Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran beserta jajarannya terus mematangkan persiapan. Agar ajang bergengsi ini bisa berjalan lancar, ia dan jajarannya langsung meninjau area Sirkuit UCI MTB Eliminator World Cup 2022 yang dibangun di Area Stadion Tuah Pahoe.
"Pemerintah provinsi ditunjuk dan kebetulan juga saya sebagai Ketua ISSI Kalimantan Tengah. Alhamdulillah kami mendapatkan kepercayaan dari Ketua Umum PB ISSI pusat, Bapak Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, kepercayaan itu kami jawab dengan kerja," kata Sugianto.
"Tadi saya tanya dengan orang teknis di Lapangan yang mengerjakan arena pertandingan ini. Dua minggu sudah siap, mulai dari sekarang termasuk Tribun. Pertama kali saya minta 5 ribu (kursi), tapi karena keadaan yang tidak memungkinkan jadi disiapkan 3 ribuan," jelasnya.
Advertisement