Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi buka suara terkait helikopter jatuh di Bali pada Jumat, 19 Juli 2024. Budi menekankan insiden tersebut merupakan pembelajaran terkait pengutamaan keselamatan.
"Helikopter di Bali, saya pikir menjadi pelajaran kita untuk mengutamakan keselamatan, jadi pelajaran yang mahal," kata Budi kepada wartawan di Kota Tua, Minggu (21/7/2024).
Budi menambahkan selain pelayanan terbaik kepada penumpang, hal yang paling utama untuk diperhatikan adalah bagaimana menciptakan keselamatan. Adapun Menhub mengatakan tata kelola memainkan peran penting dalam menciptakan keselamatan transportasi termasuk helikopter.
Advertisement
"Satu sisi mereka baik melayani customer, tapi ada hal-hal yang kurang governance, jadi saya pikir pelajaran yang mahal," jelas Menhub.
Langkah Proaktif
Budi mengharapkan ke depannya pihak perusahaan helikopter dapat mengambil langkah-langkah proaktif dalam memitigasi risiko serupa terkait jatuhnya pengoperasian helikopter di Bali.
"Jadi yang akan datang itu menjadi kewajiban kita untuk mempersiapkan," pungkas Menhub.
Helikopter Jatuh Terlilit Tali Layangan di Bali Ternyata Angkut Turis Australia yang Rayakan Ulang Tahun
Insiden helikopter jatuh akibat terlilit tali layangan pada Jumat, 19 Juli 2024, tak pernah dibayangkan akan dialami Russell Harris. Turis Australia itu menjadi salah satu penumpang saat helikopter Bell Jet model 5055 menabrak tebing di Pecatu.
Tepat saat itu, ia sedang merayakan ulang tahunnya ke-46 bersama pasangannya dan seorang teman dari Perth, Australia. "Mungkin tiga atau empat menit sebelum kejadian, kami melihat sebuah layang-layang, sedikit terlambat," ucapnya kepada Nine News saat ditemui di luar rumah sakit di Bali, dikutip dari laman news.com.au, Minggu (21/7/2024).
Setelah tali layangan melilit rotor utama, helikopter yang mengangkut lima orang, termasuk Harris, terjatuh di kawasan pemukiman di dekat laut. Kelimanya langsung diselamatkan, tiga orang di antaranya dilarikan ke Rumah Sakit Siloam karena mengalami luka serius.
"Hal itu (lilitan tali layangan) membuat kami turun 30--50 meter dengan cukup cepat," ucap Harris.
Ia mengingat helikopter yang ditumpanginya sempat tersangkut pohon. "Kemudian kami menabrak tebing, membuat kami terbalik," sambungnya.
Harris mengaku bersyukur pilot bisa kembali mengendalikan helikopternya setelah terlilit tali layangan. Ia mengaku jika helikopter itu masih berada di ketinggian 200-300 meter di atas permukaan, ia tak yakin bakal selamat.
"Sangat menakutkan jelas. Itu pertama kalinya saya naik helikopter," ujarnya. "Hari ini adalah hari ulang tahunku, itu merayakannya," ucapnya.
Badan SAR Nasioal (Basarnas) melaporkan helikopter tersebut lepas landas dari Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali untuk tur wisata mengelilingi pulau pada pukul 14.33 Wita. Helikopter kemudian dilaporkan jatuh sekitar pukul 14.37 Wita, hanya empat menit setelah lepas landas.
Advertisement
Nama Korban Kecelakaan Helikopter Jatuh di Bali
Basarnas menyatakan seluruh korban dievakuasi dalam kondisi selamat. Mereka adalah Dedi Kurnia yang bertugas sebagai pilot, Oki (kru helikopter), tiga penumpang atas nama Russel James Harris (WN Australia), Eloira Decti Paskilah (WNI), dan Chriestope Pierre Marrot Castellat (WN Australia). Tiga penumpang dilarikan ke RS Siloam.
Dalam pernyataannya, Kementerian Perhubungan mengatakan, "Ditjen Perhubungan Udara Ditjen Hubud telah menerima laporan mengenai kecelakaan helikopter tipe PK-WSP Bell 505 milik PT. Penerbangan Whitesky. Informasi awal seluruh penumpang dipastikan selamat dalam kecelakaan tersebut."
Pihak Kemenhub menyatakan telah mengirim inspektur penerbangan dari Kantor Otoritas Bandara Wilayah IV ke lokasi jatuhnya pesawat. PT. Whitesky Aviation juga telah mengirimkan tim investigasi ke lokasi kejadian.
"Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan akan melakukan sosialisasi dan pemantauan lebih intensif terhadap bahaya layang-layang."
Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, pengamat penerbangan Alvin Lie mengomentari kasus kecelakaan helikopter yang kembali terjadi di Bali. Ia mempertanyakan proses pengawasan dan kesadaran publik terhadap aturan soal bermain layangan di sekitar kawasan lapangan udara.