Liputan6.com, Jakarta - Rusia membuka kedutaan besar baru di Indonesia, berlokasi di Pulau Dewata Bali. Sebelumnya kantor perwakilan Moskow pertama berada di ibu kota Jakarta.
Kabar pembukaan kedutaan baru Rusia di Bali tertuang dalam unggahan di akun Instagram @rusemb_indonesia tertanggal 20 Juli 2024.
Advertisement
"Perdana Menteri Federasi Rusia Mikhail Mishustin menandatangani Peraturan Pemerintah tentang pembukaan kantor Konsulat Jenderal Federasi Rusia di Denpasar," demikian tulisan yang menyertai unggahan dokumen berbahasa Rusia yang dikutip Minggu (21/7/2024).
Adapun dokumen tersebut berisi tiga poin yang jika diterjemahkan berisi perihal pembukaan kedutaan Rusia di Bali, jumlah pegawai serta biaya pembukaan dan pemeliharaan.
Pembukaan ini terjadi setelah sebelumnya sempat heboh tentang New Moscow di Pulau Dewata Bali.
Pada Mei lalu, Bali menjadi sorotan setelah ramai di media sosial mengenai kabar adanya nama tempat baru yang muncul di sebuah peta di wilayah Canggu, Badung bernama New Moscow. Penamaan daerah tersebut tertulis dalam bahasa Rusia "New Москва" yang merujuk ke wilayah Kuta Utara, Canggu.
Hal itu terungkap dalam unggahan akun Instagram @canggubalinews pada Rabu, 8 Mei 2024. Meski hal tersebut belum tentu benar dan bisa jadi hanya candaan, namun ini berhasil memancing emosi warganet.
"WTF. Kok ampe parah begini sih? Mana ini Pemkab? Ya Tuhan, gak lucu samsek ini please! @infobadung @pemkabbadung," tulis akun @rrrhnps_05.95 kala itu.
"Bendesa Adat tutup mata, tutup mulut, tutup telinga, yang penting cuan cuan cuan," tulis yang lainnya.
"Tolong jangan normalisasi lelucon seperti ini. Ini tidak lucu bagi kami penduduk setempat. Kamu mempermalukan pulaumu sendiri," ujar yang lain turut kesal.
Respons Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Soal New Moscow
Tim Lifestyle Liputan6.com meminta tanggapan dari Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun. Ia mengatakan bahwa tidak masalah jika mereka menamakan istilah "New Moscow". Alasannya, di daerah lain pun selalu ada nama tempat berdasarkan siapa mayoritas orang yang ada di sana seperti Little India, Pecinan di Singapura, dan Bandung ada Paris Van Java.
"Kalau di Bali ada New Moscow sebagai istilah, nggak masalah asalkan penduduk yang ada di tempat tersebut masih menaati segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta tidak menimbulkan permasalahan dengan masyarakat lokal yang ada di sekitarnya," jelasnya saat dihubungi, Jumat, 10 Mei 2024.
Advertisement
Jumlah WNA Rusia di Bali Melonjak Saat Perang Rusia-Ukraina Dimulai
Sementara itu, warganet lain banyak yang khawatir bahwa Bali akan dijajah dan diambil alih oleh orang Rusia. "Ini sebenarnya tidak lucu. Jika bali tidak hati-hati, orang-orang Rusia akan mengambil alih sama seperti mereka mengambil alih negara lain," tulis akun @liana_ukraina dalam kolom komentar unggahan tersebut.
"Bali telah dijajah Rusia," yang lain menimpali.
"Ini sudah terjadi sejak COVID. jika pemerintah tidak turun tangan kita semua akan mengucapkan selamat tinggal pada bali," ujar yang lainnya.
Kekhawatiran mereka juga sejalan dengan keberadaan warga negara asing (WNA) Rusia di Bali yang semakin banyak semenjak adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Kebanyakan bule Rusia di Bali adalah kalangan muda atau usia produktif.
Mengutip The New York Post, Jumat, 10 Mei 2024, bahkan sebelum perang, Bali adalah tujuan wisata bagi banyak orang Rusia dan Ukraina. Pulau ini telah mempromosikan dirinya sebagai lokasi kerja bagi mereka yang disebut sebagai digital nomad. Pada September 2022, lebih dari 14.500 orang Rusia dan lebih dari 3.000 orang Ukraina telah memasuki Bali, menurut data imigrasi Indonesia.
90 Persen yang Tinggal di Parq Ubud Adalah Warga Rusia dan Ukraina
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengatakan pemerintahnya akan membantu memperbarui visa turis bagi mereka yang terjebak perang. Banyak orang Rusia dan Ukraina mengatakan bahwa Bali mungkin merupakan tempat persinggahan mereka sebelum memutuskan ke mana mereka akan pergi selanjutnya.
Rata-rata, warga Rusia kini tinggal lebih dari 90 hari, dibandingkan satu hingga dua minggu sebelumnya pada awal Januari 2023, menurut Sandi. Salah satu pendiri Parq asal Amerika, William Wiebe, mengatakan bahwa dia dan investor lainnya tidak pernah bermaksud untuk sepenuhnya melayani wisatawan Rusia dan Ukraina, karena mengira Parq akan lebih banyak digunakan oleh wisatawan Tiongkok dan Australia.
Wiebe mengatakan ada dua lonjakan pendatang pasca-perang: "segera setelah perang dimulai, dan kemudian setelah rancangan mobilisasi Rusia. Mereka harus berebut menyiapkan lebih banyak apartemen, dan sekarang, mereka memiliki daftar tunggu sekitar 300 orang," katanya.
"Dalam beberapa hari setelah perang, kami kebanjiran," kata Wiebe.
Advertisement