Kumpulan Hoaks Pesan Berantai Terbaru, dari Isu Penodongan hingga Kesehatan

Hoaks ini muncul dalam berbagai tema dan tersebar melalui media sosial maupun aplikasi percakapan.

oleh Adyaksa Vidi diperbarui 22 Jul 2024, 15:00 WIB
Ilustrasi hoaks. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Liputan6.com, Jakarta - Hoaks bisa muncul dalam beragam konten, salah satunya pesan berantai. Hoaks ini muncul dalam berbagai tema dan tersebar melalui media sosial maupun aplikasi percakapan.

Lalu apa saja hoaks dalam bentuk pesan berantai? Berikut beberapa di antaranya:

1. Waspada, Pesan Berantai Tawarkan Kemudahan Masuk Kampus UNESA

Universitas Negeri Surabaya (UNESA) membantah adanya pesan berantai melalui Whatsapp yang menawarkan kemudahan masuk kampus tersebut bagi warga sekitar. Pesan berantai tersebut marak beredar sejak pekan lalu.

Dalam pesan berantai yang beredar terdapat narasi yang mengklaim tawaran kemudahan bagi anak-anak yang belum lolos ujian di UNESA. Mereka menyebut sudah ada audiensi dengan pihak kampus untuk menawarkan program ini.

Lalu benarkah pesan berantai tersebut? Simak dalam artikel berikut ini...

2. Cek Fakta: Tidak Benar Pesan Berantai Klaim Bahaya Terkait WHO Pandemic Treaty

Beredar melalui media sosial dan aplikasi percakapan pesan berantai yang mengklaim bahaya terkait WHO Pandemic Treaty. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.

Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mengunggahnya pada 21 Mei 2024.

Berikut isi postingannya:

"Masalahnya jika Tanggal 27 Mei 2024 WHO Pandemy Treaty di tandatangani oleh Pejabat Indonesia Herbal, bekam, pijat, pengobatan alami, di larang.

Di anggap melanggar hukumBisa di penjara atau denda Rp 500 juta

Tidak bisa menolak vaksinasi, kalau menolak masuk penjara atau denda Rp 500 juta

Berlaku 30 hari setelah penandatanganan WHO Pandemy TreatyJadi kedaulatan kesehatan Rakyat Indonesia sudah tidak ada lagi

Semua hanya atas instruksi WHO, jika sakit di rawat di rumah , ketahuan oleh aparat, maka akan di ambil paksa di bawa ke RS, dan dilakukan pengobatan cara WHO

Ini yg jadi masalah besar, rakyat Indonesia dalam pembunuhan secara sistematis.

Sudah ada beberapa Negara yg menolak WPT ini

Jepang, Rusia, Selandia Baru, Inggris sudah menolak

Tinggal sebentar lagi tgl 27 MeiHarusnya kita bersama menolak, kalau tidak banyak yg menolak , Bakal di tandatangani pejabat pro WHO.

*BAHAYA WHO PANDEMI TREATY"

Lalu benarkah pesan berantai yang mengklaim bahaya terkait WHO Pandemic Treaty? Simak dalam artikel berikut ini...

3. Cek Fakta: Hoaks Pesan Berantai Sebut Ada Penodongan di Stasiun Tegalluar

Beredar di media sosial postingan pesan berantai yang menyebut ada penodongan di Stasiun Kereta Cepat Tegalluar. Postingan itu beredar sejak awal pekan ini.

Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 19 Februari 2024.

Berikut isi postingannya:

"Ini ada wa grup lain yg anaknya naik KA Whossh .. hati2 ya

Assalamualaikum ibu² mau berbagi crt u keselamatan kita dan anak² kita. Mau share dikit kejadian yg menimpa raka semalam ya.Semalam raka naik whoosh dari Halim jam 19.15 dan sampai di stasiun Tegaluar jam 19.50. Kondisinya penumpang yg turun hanya 6 orang termasuk raka dan yg 5 dijemput kendaraan pribadi.

Hanya raka yg mencari gocar, mencari terus ga dpt² sampai 5x aplikasi muter² aja. Kondisinya di sana sangat sepi ya, walopun blm begitu malam. Krn nunggu di lobby ga datang², akhirnya raka bergeser ke parkiran ujung (keluar dari area stasiun) dng harapan agak keluar akan lebih mudah mendapatkan gocar. Ternyata ada gocar yg ambil order tapi ga lama di cancel driver nya. Begitu raka mau order gocar lagi, tiba² ada mobil yg datangi raka dan tanya, atas nama Raka ya? Raka yg batre hp sudah lowbat dan badan sudah lelah, tidak lagi berpikir panjang utk cross check no polisi dan nama driver gocar tsb (padahal jelas ga bisa cross check karena kan sdh di cancel driver nya). Raka langsung masuk mobil itu.

Awalnya semua biasa aja, nggak ada yg mencurigakan. Setelah jalan agak jauh, driver minggir kiri, pasang masker, dan kemudian menodongkan pisau di perut raka, lalu minta uang 20juta. Raka pun wa saya, minta tolong sambil cerita kalo dia chat saya sambil dipantau driver tsb yg sambil menodongkan pisau di perutnya. Saya lgs deg²an lemas dan bingung..chat diambil alih sama papa raka. Sampai akhirnya terpaksa papa raka transfer 20juta yg diminta. Kondisi jalan tempat raka ditodong itu sangat sepi, dekat sawah, ga ada orang 😓 ga kebayang gimana anak saya bingung dan takut dlm kondisi tersebut. Ditambah lagi, datang 2 teman driver itu naik motor yg jagain sekitar mobil memastikan tidak ada orang.

Alhamdulillah raka masih bisa mikir, dia mau transfer setelah semua barangnya diturunkan dari mobil dan raka transfer di luar mobil. Setelah transfer dia telp saya dan menangis dng nada sangat ketakutan. Alhamdulillah raka selamat, dan dia jalan menuju jalan raya dan bertemu taxi blue bird yg membawa dia ke jatinangor. Ya Allah, nggak kebayang ini terjadi sama raka.

Alhamdulillah semalam Zaqa, Dani, Rafif semua nemani raka di kamar apt nya. Semalam jam 2 dia chat saya, ga bisa tidur, asal pejam mata teringat kejadian tadi. Mual dan badannya panas. Baru bisa tidur habis subuh. Dia trauma berat, tapi saya bilang ke dia utk stay strong dan lebih berhati² agar kejadian ini tidak terjadi lagi. Untuk yg di jatinangor, kayaknya turun whoosh di Tegaluar bukan pilihan yg baik krn potensi kriminalitas nya cukup tinggi akibat daerah yg sepi dan gelap."

Lalu benarkah postingan pesan berantai yang menyebut ada penodongan di Stasiun Kereta Cepat Tegalluar? Simak dalam artikel berikut ini...


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya