Prospek Bisnis Industri Angkutan Bus Cerah, Ini Alasannya

Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika menuturkan, Bus produksi karoseri Indonesia juga telah diterima di beberapa negara tujuan ekspor.

oleh Tim Bisnis diperbarui 16 Okt 2024, 10:07 WIB
Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika. (Foto: tim bisnis)

Liputan6.com, Jakarta - Prospek bisnis industri angkutan bus dinilai cerah pada 2024 seiring penjualan bus yang meningkat di Indonesia. Hal itu dinilai menjanjikan untuk produsen bus di Indonesia.

Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Putu Juli Ardika  menuturkan, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) bus nasional naik 140 persen (year on year/YoY) menjadi 6.227 unit pada Januari-Desember 2023. Pada saat yang sama, penjualan retail (dealer ke konsumen) bus nasional juga meroket 59 persen (YoY) menjadi 5.369 unit.

"Kami melihat industri bus memiliki prospek yang cerah di tahun 2024, tentunya hal ini menjadi hal yang menjanjikan para pelaku usaha bus di Indonesia, tutur Putu saat menghadiri pameran otomotif GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 dikutip Senin (22/7/2024).

Selain itu, Putu mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan oleh karoseri dan pelaku usaha bus (perusahaan otobus) di Indonesia. Kolaborasi ini akan memperkuat daya saing sekaligus untuk terus mendorong peningkatan nilai tambah di dalam negeri. 

"Kreativitas dan desain karoseri Indonesia adalah salah satu yang terbaik di dunia, bahkan diakui secara global dengan biaya yang sangat kompetitif. Bus produksi karoseri Indonesia juga telah diterima di beberapa negara tujuan ekspor," kata Putu.

Putu juga mendorong perusahaan bus tidak hanya memperhatikan fungsi dan performa dalam upaya memenuhi permintaan kebutuhan konsumen. Selain itu, perusahaan juga fokus terhadap segala ketentuan yang berlaku di Indonesia. 

"Tujuannya agar produk yang kami hasilkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia," kata Putu.


Kemenperin Ungkap Biang Kerok Bikin Industri Keramik Indonesia Menderita

Ketua Tim Kerja Pembina Industri Keramik dan Kaca Kementerian Perindustrian Syahdi Hanafi, mengungkapkan permasalahan mengenai kinerja industri keramik di tanah air sudah berlangsung lama.

Sebelumnya, Ketua Tim Kerja Pembina Industri Keramik dan Kaca Kementerian Perindustrian Ashady Hanafie, mengungkapkan permasalahan mengenai kinerja industri keramik di tanah air sudah berlangsung lama.

Permasalahan itu bermula ketika harga gas mulai naik pada tahun 2015. Kenaikan harga gas tersebut membuat kinerja industri keramik menurun, bahkan daya saingnya pun rendah.

Jadi, mulai parahnya itu kenapa industri keramik kita turun drop karena ada kenaikan harga gas. Sebelum 2015 kita jaya, daya saing kita tinggi bahkan utilisasi 90 persen, setelah itu naik mulai turun drop daya saing kita rendah kalah bersaing harga," kata Ashady dalam Diskusi INDEF terkait Menguji Rencana Kebijakan BMAD Terhadap Keramik, di Jakarta, Selasa (16/7/2024).

Apalagi ditambah dengan masuknya impor keramik yang membuat produk keramik dalam negeri semakin kalah, karena keramik impor harganya lebih murah.

"Diperparah dengan impor masuk yang murah, di Indonesia konsumennya masih concern terhadap harga," ujarnya.

Melihat hal tersebut, akhirnya pada tahun 2016 Kementerian Perindustrian mulai mendorong penerapan hambatan perdagangan internasional melalui trade remedies, seperti pemberlakuan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP), serta Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) untuk menjaga industri keramik dalam negeri.

"Dengan BMAD, terkait dengan ubin keramik ini sebenarnya sudha cukup lama memiliki permasalahan yang berat dan jadi trade remedies yang dikenakan itu mulai tahun 2016 kita mulai mengajukannya karena sudah suffer (menderita)," pungkasnya.

 


Kemenperin Ungkap Pemicu Merosotnya Penjualan Mobil Domestik

Acara diskusi bertajuk Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil di Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (10/7/2024). (Foto: Tim Bisnis)

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan penyebab tren penjualan mobil domestik yang loyo hingga memasuki semester I 2024. Di sisi lain, tren penjualan pasar ekspor justru mengalami kenaikan.

Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin, Putu Juli Ardika menuturkan, anjloknya penjualan mobil domestik disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat. Kondisi ini dipicu oleh kenaikan tren harga mobil baru yang tidak diimbangi dengan pendapatan masyarakat.

"Yang jadi masalah itu  inflasi harga kendaraan naik jauh, sedangkan gaji itu naiknya enggak begitu tinggi jadi pendapatan per kapita itu yang buat (lesu) karena daya beli," kata dia dalam acara Diskusi bertajuk Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil di Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Dalam catatannya, saat ini terdapat gap yang cukup jauh antara pendapatan masyarakat dengan kenaikan harga mobil baru. Hal ini mengakibatkan kemampuan masyarakat untuk membeli mobil baru menurun.

Juli Ardika mencontohkan, penjualan mobil baru pada tahun 2014 mencapai hingga 1,2 juta unit. Sementara penjualan mobil baru di sepanjang 2023 hanya berkisar 1 juta unit.

"Jadi salah satu penyebab yang pertama sekali daya beli masyarakat," kata dia.

Selain itu, dia menuturkan turunnya penjualan mobil domestik juga disebabkan penerapan Peraturan OJK (POJK) Nomor 22 Tahun 2023 tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan. Aturan tersebut memperketat penyaluran kredit oleh pelaku industri multifinance.

 


Aturan OJK

Acara diskusi bertajuk Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil di Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (10/7/2024). (Foto: Tim Bisnis)

Mengingat, dalam aturan POJK Nomor 22 Tahun 2023 kian memperkuat pengaturan etika serta waktu penagihan kredit. Padahal, mayoritas konsumen mobil baru melakukan pembelian secara kredit.

"Karena ada aturan yang mengganggu orang kalau mau beli nyicilnya (kredit) lebih banyak, jadi di dalam dalam bentuk kredit ada perubahan-perubahan sehingga ini mempengaruhi penjualan," ujar dia. 

Meski demikian, pihaknya tidak terlalu khawatir akan persoalan lesunya tren penjualan mobil baru di pasar domestik. Mengingat, dalam waktu dekat akan diberlakukan kegiatan pameran otomotif berskala besar yang akan mendongkrak penjualan mobil baru di pasar domestik.

"Karena sebentar lagi ada GIIAS, itu transaksi nya akan banyak terjadi," ujar dia.

Mengutip data GAIKINDO, angka penjualan mobil domestik berada di bawah target 1,05 juta unit sepanjang 2023. Rinciannya, penjualan mobil secara whole sales mencapai 1 juta (1.005.802) unit sepanjang 2023, turun 4 persen dibanding capaian sepanjang 2022 sebanyak 1,04 juta (1.048.040) unit. 

Selain itu, penjualan secara retail sepanjang 2023 mencapai 998.059 unit. Angka ini turun 1,5 persen dibanding 2022 yang mencapai 1,01 juta (1.013.582) unit.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya