Liputan6.com, Jakarta - Analis Politik yang juga Ketua Umum ormas Jaringan Insan Madani, Aidi Amin menilai, Malaysia membutuhkan pemimpin yang tegas dan berani, demi kemaslahatan rakyat. Ketegasan dan keberanian tersebut menurut Aidin, dibutuhkan untuk menolak kepentingan segelintir golongan.
"Bukan hanya Malaysia, pemimpin yang tegas dan berani juga dibutuhkan di semua negara dan kerajaan. Pemimpin yang tegas dimaksud tidak hanya melihat data statistik yang disajikan, melainkan juga kondisi riil masyarakat," ujar Aidin mellaui keterangan tertulis, Senin (22/7/2024).
Advertisement
Menurut dia, ketika hidup dalam komunitas, pepatah Afrika yang mengatakan, jika ingin pergi jauh, pergilah bersama.
Pepatah tersebut, kata Aidi, membawa makna lebih dari sekadar mendorong kebersamaan dalam pertumbuhan, tetapi juga kebutuhan untuk memiliki sistem dukungan yang saling menguntungkan untuk membantu bertahan dan tetap tangguh dalam hidup.
"Berbagi tujuan meningkatkan dasar yang pada akhirnya membuat kepercayaan menjadi aspek penting dalam masyarakat. Prinsip Darwinian 'survival of the fittest' lebih dapat diterima untuk ditolak dalam dunia yang lebih adil saat ini, karena ekonomi dan konsumsi dunia telah melewati uji stres dalam pandemi baru-baru ini," ucap Aidi.
Dia mengatakan, kerajaan dan pemerintah di seluruh dunia perlu mendefinisikan ulang komitmen dalam hubungan mereka dengan rakyat dalam keseimbangan tanggung jawab fiskal dan risiko akuntabilitas politik.
"Kebebasan dan mobilitas sosial ekonomi tetap menjadi studi kasus yang berkelanjutan tentang buku panduan yang tepat untuk memerintah suatu bangsa," papar Aidi.
Butuh Pemimpin yang Tak Gentar Pulihkan Bangsanya
Aidi menyebut, dalam menghormati tantangan sosial ekonomi saat ini, ada kebutuhan mendesak akan pemimpin yang tidak gentar untuk memulihkan bangsanya dengan menavigasi melalui ketidakpastian dengan tindakan yang tegas.
"Tindakan ini harus berasal dari musyawarah oleh para profesional di setiap bidang terkait, dan birokrat untuk menyeimbangkan pandangan progresif dan kekhawatiran tradisional. Penerimaan politik Anda akan diukur dari kebijakan yang dibuat yang tidak merugikan kebutuhan dasar masyarakat," ucap dia.
Aidi menilai, penting untuk membedakan signifikansi statistik dari signifikansi ekonomi. Menurut dia, pada dasarnya, yang dimaksud oleh ekonom Aaron Levenstein adalah bahwa statistik dapat digunakan untuk membingungkan pembaca.
Aidin menegaskan, jangan melihat rata-rata pendapatan rumah tangga Malaysia sebagai patokan, melainkan jangkau orang lain di luar zona nyaman.
"Di Malaysia, distribusi etnis sekitar tiga tahun lalu menunjukkan Bumiputera 62,5% (Melayu dan penduduk asli, termasuk Orang Asli, Dayak, Anak Negeri), Tionghoa 20,6%, India 6,2%, lainnya 0,9%, bukan warga negara 9,8%," kata dia.
Advertisement
Pentingnya Jaga Nasionalisme
Aidi mengatakan, nasionalisme tidak eksklusif untuk satu etnis saja, di mana keyakinan bersama yang dipulihkan akan membantu meningkatkan dasar dalam masyarakat yang akan bertepatan dengan manfaat sosial ekonomi bagi negara secara keseluruhan.
"Kita dapat memulai dengan memiliki pemimpin komunitas lokal dari asosiasi penduduk, klub terdaftar, dan organisasi non-pemerintah, mengambil tindakan afirmatif berdasarkan kedalaman empati kolektif mereka," ucap dia.
Menurut Aidi, Teori Efek Maharishi memprediksi bahwa satu persen dari populasi yang berlatih meditasi akan menghasilkan perbaikan yang terukur dalam kualitas hidup bagi seluruh populasi melalui keyakinan yang koheren.
"Mendekati bangsa melalui pendekatan bottom to top dengan mindset pemecahan masalah dalam komunitas akan mengajarkan para pemimpin politik satu atau dua hal sebelum membentuk koalisi yang buruk rasa dan niatnya," jelas Aidi.