Liputan6.com, Washington D.C - Seorang profesor ilmu pemerintahan di Northeastern Martha Johnson mengatakan, jika tiket presiden Demokrat diberikan kepada Kamala Harris maka ini akan menjadi sejarah.
"Ini adalah waktu yang luar biasa bagi Partai Demokrat dan negara ini, dan masih banyak pertanyaan tentang proses yang akan berjalan ke depannya," kata Johnson.
Advertisement
"Jika Harris akhirnya mendapatkan nominasi tersebut itu akan menjadi yang pertama dan luar biasa bagi negara ini."
Namun Johnson memperingatkan bahwa jalannya ke depan tidak akan mudah.
"Penelitian berulang kali menunjukkan bukti seksisme dan rasisme dalam politik Amerika Serikat, baik yang eksplisit maupun yang disengaja dan lebih halus, misalnya, dalam liputan media," kata Johnson, dikutip dari northeastern.edu, Senin (22/7/2024).
"Wanita kulit berwarna sering kali menjadi sasaran utama stereotip dan serangan seksis dan rasis."
Sementara itu, Jeremy R. Paul, seorang profesor hukum dan mantan dekan Sekolah Hukum Universitas Northeastern, mengatakan, seharusnya tidak sulit bagi Kamala Harris mendapatkan dukungan dan suara menjelang pemilihan November.
Jika Harris menjadi calon presiden, dana kampanye Joe Biden-Harris tidak akan mengalami gangguan, kata Paul.
"Jika Demokrat memilih orang lain, mentransfer uang akan jauh lebih sulit," katanya.
Menurutnya, Harris sekarang perlu fokus untuk menyatukan Demokrat kongres. Tak lama setelah Biden dan Clinton mendukung Harris, sebuah surat mulai beredar di antara delegasi konvensi yang menyatakan dukungan mereka untuk Kamala Harris.
"Kami percaya kandidat terkuat untuk presiden yang paling dapat menawarkan visi yang jelas dan menyatukan untuk masa depan Amerika Serikat adalah Wakil Presiden Kamala Harris," bunyi surat itu.
Nama Calon Wakil Presiden dari Partai Demokrat Bermunculan
Jika dicalonkan, Harris harus memilih calon wakil presiden. Nama-nama yang diajukan termasuk Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro, Gubernur Kentucky Andy Beshear dan Gubernur Carolina Utara Roy Cooper.
Apa Kata Jajak Pendapat tentang Kamala Harris vs. Trump?
Jajak pendapat yang dilakukan setelah debat Biden-Trump menunjukkan Harris tampil hampir sama dengan Biden melawan Trump.
Pakar jajak pendapat Northeastern David Lazer, seorang profesor ilmu politik dan ilmu komputer terkemuka di universitas, tidak yakin itu akan terjadi. Setidaknya tidak dalam waktu dekat.
"Saya kira kita tidak akan melihat pergerakan besar dalam jajak pendapat," kata Lazer.
Lazer mengatakan, persaingan stabil selama sekitar satu tahun terakhir dengan sedikit keunggulan atas Donald Trump di sebagian besar jajak pendapat nasional.
Advertisement
Donald Trump: Kamala Harris Lebih Mudah Dikalahkan
Kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump mengatakan pada Minggu (21/7/2024) bahwa menurutnya, Wakil Presiden Kamala Harris akan lebih mudah dikalahkan dalam pemilu AS 2024 dibandingkan Presiden Joe Biden, yang pada hari sebelumnya mengundurkan diri sebagai kandidat dari partainya.
"Harris akan lebih mudah dikalahkan dibandingkan Joe Biden," kata Trump kepada CNN, seperti dilansir CNA, Senin (22/7/2024).
Trump dan tim kampanyenya kemudian juga menyerang Biden dan Harris di media sosial dengan mengatakan Biden tidak layak untuk terus menjabat sebagai presiden.
Trump, dalam sebuah postingan di platform Truth Social-nya, mengatakan: "Kami akan sangat menderita karena kepresidenannya (Biden), namun kami akan memperbaiki kerusakan yang telah dia lakukan dengan sangat cepat."
Selain Trump, sejumlah tokoh dari Partai Republik juga mengatakan Biden tidak layak menjabat.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Mike Johnson, juga mengatakan Biden tidak layak menjabat sebagai presiden dan menyelesaikan masa jabatannya jika ia mengundurkan diri sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. Johnson secara eksplisit meminta Biden untuk mengundurkan diri.
Joe Biden Mundur dari Pilpres AS 2024
Biden mengakhiri pencalonannya dalam pilpres AS setelah rekan-rekan dari Partai Demokratnya kehilangan kepercayaan pada ketajaman mental dan kemampuannya untuk mengalahkan Trump. Biden pun mendukung Harris untuk menggantikannya sebagai kandidat dari partainya.
Biden menghadapi keraguan yang semakin besar mengenai peluangnya untuk terpilih kembali setelah kinerjanya yang lemah dan goyah dalam debat televisi melawan Trump akhir bulan lalu.
Trump dan Biden sebagian besar memiliki hasil yang sama dalam jajak pendapat, namun setelah perdebatan tersebut, beberapa jajak pendapat menunjukkan Trump unggul tipis dari presiden tersebut dalam pertarungan pemilu bulan November.
Advertisement