Dampak Rencana Kedubes Rusia Buka Konjen di Bali Menyusul Ramainya Polemik New Moscow di Peta Canggu

Menanggapi rencana Kedubes Rusia membuka Konjen di Bali, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyambut baik dan meyakini bisa menjadi hal yang positif.

oleh Henry diperbarui 23 Jul 2024, 03:01 WIB
Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya dalam Weekly Press Briefing, Senin, 22 Juli 2024..  foto: Tangkapan Layar Youtube Kemenparekraf

Liputan6.com, Jakarta - Pada Mei 2024, Bali jadi sorotan setelah ramai di media sosial mengenai kabar adanya nama tempat baru yang muncul di sebuah peta di wilayah Canggu, Badung bernama New Moscow. Penamaan daerah tersebut tertulis dalam bahasa Rusia "New Москва" yang merujuk ke wilayah Kuta Utara, Canggu. Wilayah itu kabarnya banyak ditinggali turis Rusia.

Hal itu terungkap dalam unggahan akun Instagram @canggubalinews pada Rabu, 8 Mei 2024. Meski hal tersebut belum tentu benar dan bisa jadi hanya candaan, namun ini berhasil memancing emosi warganet.

Dua bulan setelah unggahan tersebut beredar, Kedutaan Besar atau Kedubes Rusia di Indonesia mengumumkan bahwa mereka akan membuka kantor Konjen di Bali. Dalam akun instagramnya, @rusemb_indonesia, Kedutaan Besar Rusia di Indonesia mengatakan mereka akan membuka kantor Konsulat Jenderal Federasi Rusia di Denpasar, Bali.

"Perdana Menteri Federasi Rusia Mikhail Mishustin menandatangani Peraturan Pemerintah tentang pembukaan kantor Konsulat Jenderal Federasi Rusia di Denpasar,” tulis unggahan pada Sabtu, 20 Juli 2024.

Menanggapi kabar tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyambut baik dan meyakini bisa menjadi hal yang positif. Menurut Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar secara hybrid, Senin, 22 Juli 2024, Konsulat Jenderal biasanya mengurusi soal people to people dan bisnis atau perekonomian.

"Keberadaan Konjen justru akan membuat komunikasi dengan pihak kedutaan semakin mudah, karena mereka lebih fokus mengurusi warganya dan usahanya di negara lain,” terang Nia.

 


Komunikasi dengan Kedubes Rusia Bisa Lebih Cepat

Peta di wilayah Canggu Bali. (dok. @canggubalinews/Instagram/https://www.instagram.com/reel/C6qFtq-vpyr/?igsh=dWR3MHJuem1vYXRq/Putri Astrian Surahman)

"Kalau ada masalah atau kejadian yang melibatkan warga Rusia di Bali misalnya, kita bisa berkomunikasi dengan lebih cepat dan ringkas dan tanggapan dari Kedubes Rusia karena melalui Konjen juga bisa lebih cepat. Jadi mudah-mudahan ini bisa segera terlaksana," sambungnya.

Nia juga berharap permasalahan peta New Moscow di Canggu bisa diselesaikan dengan baik. "Bukan tidak mungkin pembukaan Konjen ini juga bisa menertibkan hal-hal yang memang tidak sesuai. Tetapi, di satu sisi bisa meningkatkan perekonomian karena ini rumahnya jelas," ujarnya.

Saat heboh pemberitaan New Moscow di peta Canggu, Tim Lifestyle Liputan6.com meminta tanggapan dari Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun. Ia mengatakan bahwa tidak masalah jika mereka menamakan istilah "New Moscow". Alasannya, di daerah lain pun selalu ada nama tempat berdasarkan siapa mayoritas orang yang ada di sana seperti Little India, Pecinan di Singapura, dan Bandung ada Paris Van Java.

"Kalau di Bali ada New Moscow sebagai istilah, nggak masalah asalkan penduduk yang ada di tempat tersebut masih menaati segala peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta tidak menimbulkan permasalahan dengan masyarakat lokal yang ada di sekitarnya," jelasnya saat dihubungi, Jumat, 10 Mei 2024.

 


Khawatir Bali Diambil Alih Orang Rusia

Parq Ubud Bali. (dok. @parqspace/Instagram/https://www.instagram.com/p/CujjXECxoyZ/?igsh=MXdxYnkxNnF1YmJwNw==/Putri Astrian Surahman)

Sementara itu, warganet lain banyak yang khawatir bahwa Bali akan dijajah dan diambil alih oleh orang Rusia. "Ini sebenarnya tidak lucu. Jika bali tidak hati-hati, orang-orang Rusia akan mengambil alih sama seperti mereka mengambil alih negara lain," tulis akun @liana_ukraina dalam kolom komentar unggahan tersebut.

"Bali telah dijajah Rusia," komentar seorang warganet.

"Ini sudah terjadi sejak Covid. jika pemerintah tidak turun tangan kita semua akan mengucapkan selamat tinggal pada bali," ujar yang lainnya.

Kekhawatiran mereka juga sejalan dengan keberadaan warga negara asing (WNA) Rusia di Bali yang semakin banyak semenjak adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Kebanyakan turis atau warga Rusia di Bali adalah kalangan muda atau usia produktif.

Mengutip The New York Post, Jumat, 10 Mei 2024, bahkan sebelum perang, Bali adalah tujuan wisata bagi banyak orang Rusia dan Ukraina. Pulau ini telah mempromosikan dirinya sebagai lokasi kerja bagi mereka yang disebut sebagai digital nomad. Pada September 2022, lebih dari 14.500 orang Rusia dan lebih dari 3.000 orang Ukraina telah memasuki Bali, menurut data imigrasi Indonesia.


Jumlah Orang Rusia ke Bali

Seorang turis Rusia tiba di Bandara Internasional Bali, Jumat (4/2/2022). Bali kembali dibuka untuk pelancong asing dari semua negara setelah penerbangan internasional dilanjutkan untuk pertama kalinya dalam dua tahun, tapi pengunjung tetap wajib karantina. (AP Photo/Firdia Lisnawati)

Pada September 2022, lebih dari 14.500 orang Rusia dan lebih dari 3.000 orang Ukraina telah memasuki Bali, menurut data imigrasi Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, pernah mengatakan ,pemerintah akan membantu memperbarui visa turis bagi mereka yang terjebak perang.

Banyak orang Rusia dan Ukraina mengatakan bahwa Bali mungkin merupakan tempat persinggahan mereka sebelum memutuskan ke mana mereka akan pergi selanjutnya. Rata-rata, warga Rusia kini tinggal lebih dari 90 hari, dibandingkan satu hingga dua minggu sebelumnya pada awal Januari 2023, menurut Sandi.

Salah satu pendiri Parq asal Amerika, William Wiebe, mengatakan bahwa dia dan investor lainnya tidak pernah bermaksud untuk sepenuhnya melayani wisatawan Rusia dan Ukraina, karena mengira Parq akan lebih banyak digunakan oleh wisatawan Tiongkok dan Australia.

Wiebe mengatakan ada dua lonjakan pendatang pasca-perang: "segera setelah perang dimulai, dan kemudian setelah rancangan mobilisasi Rusia. Mereka harus berebut menyiapkan lebih banyak apartemen, dan sekarang, mereka memiliki daftar tunggu sekitar 300 orang," katanya.

 

Infografis Ragam Ulah Turis Asing Sewa Sepeda Motor di Bali. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya