Liputan6.com, Jakarta - Kondisi cuaca pagi di Jakarta pada hari ini, Selasa (23/7/2024) diprakirakan hampir keseluruhannya cerah, tanpa ada potensi awan hujan. Demikianlah prediksi cuaca hari ini.
Kemudian pada siang nanti, cuaca Jakarta diprakirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) cenderung berawan. Sementara pada malam hari diprediksi berawan tebal.
Advertisement
Wilayah penyangga Jakarta yaitu Bekasi, Jawa Barat cuaca pagi ini diprediksi cerah. Sedangkan pada siang dan malam nanti diperkirakan berawan tebal.
Untuk Depok, cuaca pagi ini cerah. Kemudian siang nanti berawan, dan malam harinya diperkirakan turun hujan ringan. Sedangkan Kota Bogor, Jawa Barat diprakirakan pagi ini cerah berawan, dan siang hingga malam berawan tebal.
Wilayah Kota Tangerang, Banten pada pagi hari ini diprediksi cerah berawan. Sedangkan siang nanti cerah. Namun pada malam nanti diperkirakan berawan.
Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
Kota | Pagi | Siang | Malam |
Jakarta Barat | Cerah | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Pusat | Cerah | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Selatan | Cerah | Berawan Tebal | Berawan Tebal |
Jakarta Timur | Cerah | Berawan | Berawan Tebal |
Jakarta Utara | Cerah | Berawan | Berawan Tebal |
Kepulauan Seribu | Cerah Berawan | Berawan | Berawan Tebal |
Bekasi | Cerah | Berawan Tebal | Berawan Tebal |
Depok | Cerah | Berawan | Hujan Ringan |
Kota Bogor | Cerah Berawan | Berawan Tebal | Berawan Tebal |
Tangerang | Cerah Berawan | Cerah | Berawan |
Apa Itu Fenomena Cuaca Bediding yang Sedang Melanda Pulau Jawa?
Fenomena bediding tengah dilaporkan dari Pulau Jawa. Ini merupakan istilah yang merujuk pada fenomena suhu udara dingin di tengah musim kemarau, menurut situs web Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dikutip Kamis, 18 Juli 2024.
Dalam konteks klimatologi, bediding merupakan fenomena yang normal terjadi. Kondisi ini ditandai dengan suhu udara yang turun drastis pada malam hingga dini hari, dan biasa terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, yakni Juli sampai September.
Jadi, apa penyebab fenomena bediding? Pada musim kemarau, tutupan awan sangat minim, sehingga matahari akan terasa sangat terik diiringi peningkatan suhu udara di siang hari.
Sama halnya dengan siang hari, radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan Bumi pada malam hari jadi optimal karena langit bebas dari tutupan awan.
Pancaran radiasi gelombang panjang dari Bumi diiringi penurunan suhu yang signifikan pada malam hari, dan mencapai puncaknya pada sebelum matahari terbit.
Prakirawan Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi I Gede Agus Purbawa mengatakan, bediding juga disebabkan adanya pergerakan tiupan udara dari Australia.
Angin membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati sebagian selatan wilayah Indonesia, yang dikenal dengan angin muson Australia.
Terlebih pada bulan ini, Australia memasuki musim dingin. Suhu terdingin umumnya terjadi pada Agustus seiring puncak musim kemarau di Indonesia.
Advertisement
Imbauan pada Masyarakat
Menurut data BMKG, 18,2 derajat celcius pada Senin, 15 Juli 2024 tercatat jadi suhu terendah di Banyuwangi selama fenomenabediding. Sedangkan suhu tertinggi terjadi pada 2 Juli 2024, yakni 25,9 derajat celcius.
Demi mengatasi dan mengurangi dampak suhu dingin selama fenomena cuaca ini, BMKG meminta publik memakai pakaian tebal dan hangat yang dapat menjaga suhu tubuh, terutama saat beraktivitas di luar rumah pada malam dan pagi hari. Lalu, minum air yang cukup.
Ini penting dilakukan untuk tetap terhidrasi dengan baik meski suhu terasa dingin. Kemudian, mengonsumsi makanan bergizi untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap perubahan suhu ekstrem.
Selain, tidur yang cukup dan berkualitas juga sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Dengan memahami dan menerapkan langkah-langkah tersebut, masyarakat diharapkan dapat menghadapi fenomena bediding.
"BMKG terus memantau perkembangan cuaca dan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, serta mengikuti informasi terbaru terkait kondisi cuaca dari sumber resmi," tegas Gede.
Embun Upas di Bromo
Akibat cuaca ekstrem, embun es, yang juga dikenal sebagai embun upas, dilaporkan terlihat di wilayah Bromo, Jawa Timur dan Dieng, Jawa Tengah.
Kepala Bagian Tata Usaha Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Septi Eka Wardhani menjelaskan, embun upas terjadi karena udara dingin akibat angin munson timur yang berembus dari benua Australia, Senin, 15 Juli 2024.
Fenomena ini terjadi ketika suhu udara berkisar antara lima sampai sembilan derajat celsius dan hanya dijumpai pada pagi hari, atau sebelum matahari terbit dengan sempurna.
Embun upas akan menghilang saat matahari mulai meninggi. Pada musim kemarau, cuaca cenderung lebih dingin karena adanya penurunan suhu yang cukup ekstrem jelang fajar.
"Kemunculan embun upas yang membeku menyerupai salju membuat kawasan wisata Gunung Bromo dan sekitarnya tampak semakin eksotis. Pemandangan kawasan Lautan Pasir Gunung Bromo tampak memutih dan lebih menarik," sebut Eka.
Ia mengimbau pengunjung yang akan mengunjungi kawasan wisata Bromo diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan menggunakan pakaian dan jaket tebal, sarung tangan, serta kupluk. Juga, bagi yang memiliki riwayat penyakit asma, harap berhati-hati dan menjaga kondisinya sebaik mungkin.
Embun es juga kembali dipotret di Dieng, Jawa Tengah. Sementara fenomena itu terus mengundang komentar takjub warganet, ada juga yang menyoroti sampah berserakan di lokasi berselimut embun upas tersebut.
Advertisement