Potensi Kinerja Saham Blue Chip di Tengah Sentimen The Fed

Pelaku pasar perhitungkan penurunan suku bunga the Fed sebanyak satu kali pada September, dan potensi penurunan suku bunga dua kali pada Desember 2024.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Jul 2024, 10:00 WIB
Pelaku pasar berharap bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dapat memangkas suku bunga pada September 2024.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaku pasar berharap bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) dapat memangkas suku bunga pada September 2024. Hal ini setelah pidato pimpinan the Fed Jerome Powell.

"Para pejabat the Fed percaya pemangkasan suku bunga adalah hal yang harus dilakukan segera tetapi tetap pada saat yang tepat,” demikian mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Selasa (23/7/2024).

Namun, berdasarkan data terbaru dari Bloomberg,  pasar kini telah sepenuhnya memperhitungkan satu kali penurunan suku bunga pada September, dan dua kali penurunan suku bunga pada Desember. Di sisi lain, hal ini mendorong tren terkini menunjukkan ada pergeseran dari saham Fabulous Four yakni Nvidia, Microsoft, Amazon dan Meta yang mencerminkan harapan makroekonomi terbaru.

Sejak akhir Juni, saham Fabulous Four turun 1,5 persen menjadi 5,6 persen sedangkan indeks S&P 500 naik 1,5 persen menunjukkan investor merotasikan ke saham lebih konvensional. "Sentimen ini juga mengindikasikan ada limpahan ke aset-aset berisiko seperti ke negara berkembang yang akan segera terlihat, mengingat dana pasar uang AS secara historis tetap tinggi USD 6,154 triliun,” demikian seperti dikutip.

Hal tersebut memberikan katalis positif untuk aset berisiko seiring potensi penurunan suku bunga dan riskreward di negara berkembang termasuk Indonesia, mengingat alokasi terbaru dari JPMorgan menegaskan kembali rekomendasi overweight untuk saham Indonesia sehingga risiko penurunan sudah diperhitungkan dengan baik.

"Oleh karena itu, sekarang lebih optimistis terhadap aset berisiko seperti saham di Indonesia seiring kami melihat katalis kuat segera muncul,” demikian seperti dikutip.

 


Volatilitas Pasar Tetap Tinggi

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG sempat turun 2,15% ke posisi 7.130,27. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ashmore mengingatkan untuk diversifikasi investasi di reksa dana saham dan pendapatan tetap sebagai strategi untuk memitigasi risiko dan memastikan portofolio investasi lebih aman.

"Melihat satu bulan terakhir ini, saham Indonesia telah menguat dan pulih mendekati level yang terlihat pada awal tahun. Volatilitas pasar tetap tinggi, meski demikian valuasi murah saat ini di saham Indonesia terutama blue chip untuk potensi pertumbuhan yang signifikan,”

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 22 Juli 2024, price earning ratio (PER) pasar saham Indonesia 12,53 kali dan price book value (PBV) 2,21 kali.

Selain itu, Ashmore tetap optimistis dengan obligasi berdurasi lebih panjang seiring perkiraan imbal hasil yang berlanjut turun.

Sebelumnya pada pekan lalu, IHSG melemah 0,45 persen pada 15-19 Juli 2024. Koreksi IHSG didorong sektor saham bahan dasar dan infrastruktur yang berkontribusi masing-masing 1,58 persen dan 1,16 persen.

Pada pekan lalu, pasar melihat ekonomi AS yang melemah ditunjukkan dari data penjualan ritel. Selain itu, inflasi Kanada tidak terduga lebih lemah. Sedangkan inflasi Inggris sedikit di atas perkiraan. Sementara itu, Bank Indonesia tetap pertahankan bunga acuan 6,25 persen.


Kinerja IHSG pada 15-19 Juli 2024

Karyawan memerhatikan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,45 persen pada 15-19 Juli 2024. Analis menilai, koreksi IHSG didorong sentimen global.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (20/7/2024), IHSG turun 0,45 persen ke posisi 7.294,49 dari pekan lalu di posisi 7.327,58 pada penutupan pekan lalu. Kapitalisasi pasar bursa anjlok 0,96 persen ke posisi Rp 12.358 triliun. Pekan lalu, kapitalisasi pasar tercatat Rp 12.478 triliun.

Rata-rata volume transaksi harian merosot 5 persen menjadi 16,48 miliar saham dari 17,41 miliar saham pada penutupan pekan lalu. Selanjutnya rata-rata nilai transaksi harian tersungkur 8,23 persen menjadi Rp 9,6 triliun dari Rp 10,46 triliun pada pekan lalu. Investor asing membukukan aksi beli saham Rp 754,87 miliar selama sepekan. Sepanjang 2024, investor asing jual saham Rp 2,78 triliun.

Kinerja sektor saham juga beragam selama sepekan. Sektor saham energi naik 1,71 persen, sektor saham konsumer nonsiklikal bertambah 0,45 persen, sektor saham konsumer siklikal menguat 1,35 persen dan sektor saham transportasi bertambah 1,42 persen.

Selanjutnya sektor saham basic materials merosot 1,58 persen, sektor saham industri turun 0,01 persen, sektor saham perawatan kesehatan terpangkas 0,22 persen. Selain itu, sektor saham keuangan susut 0,03 persen, sektor saham properti melemah 0,60 persen, sektor saham teknologi susut 0,31 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 1,16 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG melemah 0,45 persen cukup wajar setelah empat minggu berturut-turut, IHSG mencatat penguatan signifikan. Herditya mengatakan, ada sejumlah sentimen yang pengaruhi IHSG terutama sentimen global.


Apa Saja Sentimen IHSG?

Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pertama, perlambatan ekonomi di mana awal pekan lalu, tercatat produk domestik bruto (PDB) China pada kuartal II 2024 sebesar 4,7 persen YoY dari kuartal I 2024 sebesar 5,3 persen YoY.

Kedua, meningkatnya ekspektasi investor terhadap rencana pemangkasan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) pada September 2024 setelah pidato the Fed yang menunjukkan pertanda dovish.

Dari data konsensus juga menunjukkan ada peningkatan probabilitas menjadi 91,7 persen untuk memangkas suku bunga 5-5,25 persen. “Ketiga, dari domestik Bank Indonesia masih menahan suku bunga acuan 6,25 persen. Keempat, nilai tukar rupiah masih menunjukkan pelemahan,” ujar Herditya saat dihubungi Liputan6.com.

Herditya mengatakan, pekan depan, investor akan mencermati beberapa rilis dtaa antara lain suku bunga China. Di mana diperkirakan suku bunga masih akan ditahan pada level 3,45 persen. Kemudian pergerakan nilai tukar rupiah yang masih tertekan. Selanjutnya harga komoditas terutama komoditas energi antara lain minyak mentah dan batu bara. "Untuk area support IHSG berada di 7.149 dan resistance 7.354,” ujar dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya