Liputan6.com, Gaza - Militer Israel memerintahkan evakuasi pada hari Senin (22/7/2024) di sebagian daerah ramai di Jalur Gaza yang telah ditetapkan sebagai zona kemanusiaan. Mereka merencanakan operasi melawan Hamas di sana.
Ribuan warga Palestina, banyak yang membawa ransel dan ditemani anak-anak, berjalan menyusuri jalan berdebu di bawah terik matahari. Mobil-mobil bobrok dengan barang-barang terikat di atasnya bermanuver melewati gedung-gedung yang rata dengan serangan sebelumnya.
Advertisement
Warga Palestina terpaksa harus mengungsi beberapa kali untuk mencari keselamatan selama serangan udara dan darat Israel.
"Kami tidak tahu kemana kami berjalan," kata Kholoud Al Dadas sambil menggendong anak-anaknya, seperti dilansir kantor berita AP, Selasa (23/7).
"Ini ketujuh atau kedelapan kalinya kami mengungsi. Ketika kami sedang tidur, mereka mulai menembaki kami, mengebom dari mana-mana."
Beberapa saat kemudian, Kholoud pingsan karena kelelahan.
Mencerminkan menyusutnya ruang bagi warga Palestina, perintah evakuasi baru ini mengurangi sekitar 10 kilometer persegi zona kemanusiaan seluas 60 kilometer persegi, yang mana Israel telah memerintahkan warga Palestina untuk melarikan diri ke sana guna menghindari serangannya.
Sebagian besar wilayah yang dicakup oleh orde baru terdiri dari bagian selatan Kota Khan Younis, yang telah dipenuhi pengungsi sejak awal Mei ketika mereka melarikan diri dari pasukan Israel yang menyerang Rafah. Jumlah orang yang berada di zona evakuasi, kata para pejabat PBB, belum diketahui.
Pada hari Senin, beberapa serangan udara Israel melanda sekitar Khan Younis, menewaskan sedikitnya 70 orang, menurut otoritas kesehatan Jalur Gaza, mengutip angka dari Rumah Sakit Nasser. Serangan lain terjadi di luar Rumah Sakit Al-Aqsa di pusat Kota Deir-Al-Balah, di mana banyak orang tinggal di tenda-tenda di jalan, menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya.
Militer Israel mengklaim pihaknya merencanakan operasi terhadap militan Hamas yang telah menempatkan diri di zona kemanusiaan dan menggunakannya untuk meluncurkan roket ke arah Israel.
Israel pertama kali mendeklarasikan zona kemanusiaan pada awal perang, yang berpusat di Muwasi, sebuah daerah pedesaan yang terdiri dari bukit-bukit pasir di pantai Mediterania. Pada bulan November, militer Israel menuturkan hanya akan melancarkan serangan yang tepat terhadap para pemimpin Hamas di sana dengan menggarisbawahi bahwa itu bukanlah zona aman, namun tempat yang lebih aman daripada tempat lain mana pun di Jalur Gaza. Mereka memperluas zona tersebut pada bulan Mei untuk menampung orang-orang yang meninggalkan Rafah, tempat lebih dari separuh penduduk Jalur Gaza pada saat itu berkumpul.
Awal bulan ini, Israel memperkirakan setidaknya 1,8 juta warga Palestina berada di zona yang diperluas. Sebelum perang, populasi Jalur Gaza berjumlah 2,3 juta orang.
Terlepas dari namanya, wilayah tersebut hanya memiliki sedikit bantuan kemanusiaan. Kamp-kamp tenda yang memenuhi pantai, lahan kosong dan jalan-jalan tidak memiliki fasilitas sanitasi dan medis serta memiliki akses terbatas terhadap bantuan, kata PBB dan kelompok kemanusiaan. Banyak keluarga tinggal di tengah tumpukan sampah dan aliran yang terkontaminasi limbah.
Netanyahu Bertolak ke AS
Otoritas kesehatan Jalur Gaza menyatakan lebih dari 39.000 warga Palestina tewas dan 89.800 lainnya terluka selama perang sembilan bulan di wilayah kantong itu.
Perang dimulai pada 7 Oktober 2023 dengan serangan Hamas ke Israel selatan, yang diklaim menewaskan 1.200 orang dan sekitar 250 orang disandera. Menurut pihak berwenang Israel, sekitar 120 orang masih ditahan, dengan sekitar sepertiga dari mereka diyakini tewas.
Negosiasi yang rumit berlanjut untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera, dengan para pejabat AS dan Israel menyatakan harapan bahwa kesepakatan akan semakin dekat dibandingkan sebelumnya. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa sebuah tim perunding akan dikirim untuk melanjutkan pembicaraan pada hari Kamis (25/7).
Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS) mendorong Israel dan Hamas menuju kesepakatan gencatan senjata bertahap yang akan menghentikan pertempuran dan membebaskan para sandera.
Netanyahu sendiri pada hari Senin berangkat ke Amerika Serikat untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden, di mana dia dijadwalkan berpidato di depan Kongres. Netanyahu menekankan, "Siapa pun yang menjadi presiden AS berikutnya, musuh-musuh kita harus tahu bahwa Israel dan AS akan selalu bersatu besok dan selamanya."
Dia pun memastikan akan berterima kasih kepada Biden, yang mengumumkan mundur dari bursa pencapresan AS, atas persahabatan selama lebih dari 40 tahun, sambil mendorongnya untuk memberikan lebih banyak dukungan pada isu-isu tertentu.
Advertisement
Serangan Penikaman
Netanyahu telah berjanji untuk memusnahkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas serta menjamin kembalinya para sandera yang tersisa. Keluarga para sandera dan ribuan warga Israel lainnya telah mengadakan demonstrasi mingguan untuk mendesaknya mencapai kesepakatan gencatan senjata yang akan memulangkan orang-orang yang mereka cintai.
Juga pada hari Senin, polisi Israel menyebutkan seorang warga negara Kanada terbunuh setelah mengancam pasukan keamanan Israel dengan pisau di dekat perbatasan Jalur Gaza. Militer Israel mengatakan pria itu berkendara ke pintu masuk Kota Netiv HaAsara dekat perbatasan, meninggalkan kendaraannya dan mendekati pasukan keamanan dengan pisau. Pasukan melepaskan tembakan dan membunuh pria tersebut. Tidak ada cedera lainnya.
Israel telah mengalami gelombang serangan penikaman di seluruh negeri selama perang di Jalur Gaza.
Sementara itu, PBB menuduh Israel menargetkan konvoi kemanusiaan PBB di Gaza tengah. Philippe Lazzarini, ketua UNRWA, kelompok utama PBB yang mendukung warga Palestina di Jalur Gaza, mengatakan bahwa pada hari Minggu (21/7) Israel menembaki konvoi tersebut di dekat pos pemeriksaan militer Israel dan lima peluru menembus kendaraan lapis baja PBB yang ditandai dengan jelas.
Lazzarini menjelaskan bahwa pergerakan konvoi telah dikoordinasikan dengan pasukan Israel. Tidak ada yang terluka, namun Lazzarini mengutuk militer Israel karena menargetkan pekerja kemanusiaan. Militer Israel belum berkomentar.