Liputan6.com, Jakarta Kebijakan hilirisasi di sektor pertambangan saat ini didukung oleh berbagai Smelter yang mulai beroperasi, diantaranya Smelter PT Freeport Indonesia yang sebentar lagi akan beroperasi di Gresik, Jawa Timur.
Namun menurut Pimpinan Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno, hilirisasi dan upaya meningkatkan nilai tambah tidak hanya selesai pada beroperasinya Smelter di seluruh Indonesia. Eddy menegaskan, harus ada akselerasi pembangunan industri-industri turunan agar lebih optimal dalam menghasilkan nilai tambah.
Advertisement
"Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk mengoptimalkan nilai tambah bagi hasil Sumber Daya Alam kita. Ketika kita sudah memiliki hilirisasi tahap pertama antara lain bentuknya smelter, kita perlu bergegas membangun industri turunannya," kata dia dikutip Selasa (23/7/2024).
Hal ini disampaikan Eddy di sela-sela menjadi narasumber dalam School of Politics kerja sama Rumah Perubahan dan Deep Indonesia.
Sekjen PAN ini menyampaikan, tumbuhnya industri-industri turunan akan memastikan nilai tambah yang terkandung dalam sumber daya alam di Indonesia bisa diproses dan dirasakan manfaat ekonominya di dalam negeri.
"Tujuan hilirisasi bukanlah berdirinya Smelter semata tapi optimalisasi nilai tambah bagi hasil tambang dan sumber daya alam dari bumi Indonesia," tegasnya.
“Saat ini, negara tujuan ekspor menikmati nilai tambah dari produk turunan yang dihasilkan sektor pertambangan dan mineral kita. Absennya industri turunan di Indonesia mengakibatkan hilangnya peluang pendapatan dari produk turunan bernilai miliaran dolar, ditambah potensi penyerapan tenaga kerja.,” lanjut Eddy.
Oleh karena itu Eddy berharap, Kementerian Perindustrian melakukan akselerasi hilirisasi dan industrialisasi di Indonesia untuk membangun industri-industri turunan seperti, peralatan medis, batere, kawat tembaga dan lain-lain
"Hilirisasi dan industrialisasi adalah tolak ukur bagi negara maju. Ketika kita menyerukan cita-cita Indonesia maju, tetapi sektor industri kita masih berjalan tersendat-sendat, niscaya target menuju Indonesia Emas akan semakin sulit dijangkau. ," tutup Anggota DPR RI Dapil Kota Bogor dan Cianjur ini.
Komoditas Pertanian Masuk Industrialisasi hingga Hilirisasi
Semua komoditas perkebunan dan pertanian didorong harus masuk dalam industrialisasi serta hilirisasi untuk meningkatkan nilai jual komoditas.
Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Lampung Barat, seperti dikutip dari Antara, Jumat (12/7/2024). "Semua komoditas pertanian kita harus masuk kepada industrialisasi dan masuk ke hilirisasi. Saya melihat di depan banyak produk kopi yang kemasannya sudah bagus dan siap untuk di ekspor," tutur Jokowi di Lampung Barat, Jumat.
Seiring ada industrialisasi dan hilirisasi komoditas perkebunan ataupun pertanian diharapkan bisa dongkrak nilai jual komoditas sehingga menunjang kesejahteraan petani.
"Semua harusnya bisa dilakukan pengemasan yang siap ekspor seperti yang ada di sini," ujar dia.
Jokowi menuturkan, seharusnya perdagangan komoditas perkebunan dan pertanian di berbagai daerah saat ini tidak dilakukan dalam bentuk bahan mentah melainkan menjadi beragam produk turunan.
"Sebaiknya perdagangan komoditas ekspor ini bukan dalam bentuk mentah yang berpuluh-puluh atau sejak ratusan tahun kita lakukan. Komoditas dalam bentuk mentah ini harus di hilirisasi menjadi produk turunan," kata Jokowi.
Jokowi melanjutkan hilirisasi itu dapat dilakukan di Lampung untuk beberapa komoditas unggulan daerah seperti kopi.
"Ini harus di hilirisasi tidak hanya kopi, cokelat, sawit semuanya bisa, baik komoditas perkebunan tapi juga komoditas pertanian," ia menambahkan.
Salah satu petani kopi asal Desa Kambahang, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat berharap adanya dukungan penerapan hilirisasi produk kopi melalui pembangunan gudang sekaligus pabrik kopi.
"Harapannya memang ada gudang penyimpanan kopi dan pabrik kopi langsung di sini," ujar seorang petani kopi Syafrudin.
Advertisement