Liputan6.com, Jakarta - Tepat sepekan sebelum peringatan Hari Anak Nasional (HAN) yang jatuh pada 23 Juli 2024, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak anak-anak untuk rajin makan ikan.
Seruan ini disampaikan oleh perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara yang mendukung upaya menggiatkan gerakan makan ikan berkelas. Ikan berkelas merujuk pada jenis ikan yang memiliki nilai gizi tinggi dan sebagian besar diekspor ke luar negeri.
Advertisement
Pentingnya makan ikan berkelas menjadi salah satu topik dalam kegiatan Pelatihan Teknis Bagi Tenaga Pelaksana dalam Percepatan Penurunan Stunting (PPS) di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kegiatan ini berlangsung di Kabupaten Kolaka pada Selasa (16/7) dan Rabu, 17 Juli 2024.
Dalam acara tersebut, Kepala Puskesmas Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Amirsyam, menjelaskan bahwa beberapa negara Asia seperti China, Vietnam, dan Jepang telah lama mendorong warganya untuk makan ikan setiap hari. Di Jepang, pemerintah bahkan 'mewajibkan' warga negaranya, terutama anak-anak dan generasi muda, untuk mengonsumsi setidaknya 2 kg ikan berkelas setiap hari per orang.
Dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 23 Juli 2024, dijelaskan bahwa ikan berkelas adalah ikan dengan kandungan protein yang tinggi seperti ikan salmon.
Menurut sejumlah penelitian, 100 gram ikan salmon mengandung omega 3 hingga 2.018 mg. Omega 3 adalah salah satu nutrisi penting bagi otak. Selain itu, ikan salmon juga mengandung protein, kalsium, vitamin B12, dan kalium.
Melalui gerakan ini, BKKBN berharap anak-anak Indonesia dapat tumbuh sehat dan cerdas dengan mengonsumsi ikan berkelas yang kaya nutrisi.
Selain Ikan Salmon, Tuna Juga Masuk Kategori Ikan Berkelas
Selain salmon, ikan tuna juga dikenal memiliki gizi tinggi. Dalam 100 gram ikan tuna, terkandung sekitar 24-30 gram protein. Kandungan protein ini sangat bermanfaat untuk menjaga fungsi jaringan tubuh anak-anak agar tetap optimal.
Ikan tuna juga mengandung selenium, yang berfungsi sebagai antioksidan dan melindungi sel darah merah dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain tuna, ada berbagai jenis ikan berkualitas lainnya yang tersedia di lautan Indonesia yang luas.
"Berkaca dari kebijakan serupa di beberapa negara tersebut, mengapa Pemerintah Kabupaten Kolaka tidak mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan serupa untuk warganya?," tanya Amirsyam kepada Ketua Tim Kerja Halakiemas Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara, Mustakim.
Advertisement
Ini yang Terjadi Apabila Anak Indonesia Konsumsi Ikan Berkelas
Menanggapi pernyataan dan pertanyaan dari Kepala Puskesmas Wolo, Amirsyam, Mustakim sangat mendukung dan setuju dengan ide tersebut.
Menurut Mustakim, gagasan seperti ini bahkan lebih baik jika diterapkan pada tingkat yang lebih tinggi, seperti di tingkat nasional atau pemerintah pusat.
Jika Presiden mengeluarkan kebijakan untuk mewajibkan setiap warga negara Indonesia makan 2 kg ikan berkelas setiap hari, Mustakim yakin dalam 10 atau 20 tahun ke depan, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) bisa bersaing di Piala Dunia dan masuk dalam 10 besar.
Tantangan Terkait Konsumsi Ikan Berkelas di Indonesia
Namun, Mustakim mengungkapkan bahwa selama ini banyak nelayan Indonesia yang menjual hasil tangkapan ikan berkelas mereka ke luar negeri. Dia pernah menyaksikan transaksi jual beli ikan antara nelayan Indonesia dan nelayan asing saat bertugas sebagai Penyuluh KB di Kepulauan Salabangka, Kabupaten Poso, yang sekarang termasuk wilayah Morowali.
Peristiwa ini terjadi sebelum era Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti yang dikenal dengan kebijakan menenggelamkan kapal asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia.
"Sayangnya, meskipun kebijakan 'tenggelamkan' dari Ibu Susi sangat terkenal, kebijakan tersebut tidak diikuti dengan langkah lain yang mewajibkan warga negara Indonesia untuk makan ikan berkelas setiap hari," kata Mustakim, yang disambut dengan antusias oleh seluruh peserta pelatihan.
Dia menambahkan,"Jika ada kebijakan semacam ini di Indonesia, terutama di daerah-daerah pantai yang sebagian besar penduduknya bergantung pada hasil laut, hal ini bisa membantu mengatasi masalah kebodohan dan stunting yang masih banyak dialami oleh anak-anak Indonesia."
Ikan berkelas umumnya hidup di kedalaman laut atau di perairan dengan arus deras, dan biasanya tidak terkontaminasi oleh limbah berbahaya yang sering mencemari perairan pantai Indonesia.
Advertisement