Bolehkah Menangisi Kucing Kesayangan Mati, Apa Hukumnya?

Ini alasan mengapa manusia bisa menangisi kematian hewan peliharaan, dalam hal ini kucing.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2024, 11:30 WIB
Ilustrasi Kucing Credit: pexels.com/Inge

Liputan6.com, Jakarta - Kucing merupakan peliharaan yang sangat disayangi manusia karena keanggunan, sifat manis, dan kemampuannya untuk memberikan kenyamanan serta kehangatan.

Kucing tidak hanya menjadi teman yang menyenangkan di rumah, tetapi juga sering kali memberikan efek menenangkan dengan kehadiran dan tingkah laku mereka yang lucu.

Kemampuan mereka untuk menunjukkan kasih sayang dan beradaptasi dengan lingkungan rumah membuat kucing menjadi salah satu pilihan favorit sebagai hewan peliharaan.

Namun, ketika kucing mati, tak jarang pemiliknya merasakan kesedihan yang mendalam dan bahkan menangisinya. Kucing sering kali menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, menawarkan kasih sayang dan kehadiran yang menyenangkan.

Kehilangan hewan peliharaan yang telah menjadi teman setia membuat banyak orang merasakan kehilangan yang mendalam, seolah kehilangan seorang sahabat dekat.

Tangisan tersebut mencerminkan betapa kuatnya ikatan emosional yang terbentuk antara manusia dan kucing, serta rasa duka yang mendalam atas kepergian makhluk yang penuh kasih tersebut.

Mengingat kembali momen-momen indah bersama kucing yang telah meninggal sering kali membawa campuran rasa syukur dan kesedihan.

Pertanyaan yang muncul, karena kesedihan yang mendalam semacam itu, bolehkah dalam Islam menangisi kematian 'empus' ini? Seistimewa apa kucing dalam Islam.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Istimewanya Kucing

Seorang wanita memotret kucing-kucing di kedai kopi La Gatoria Cat Cafe di Medellin, Kolombia. (JAIME SALDARRIAGA/AFP)

Mengutip dalamIslam.com, kucing merupakan hewan yang sangat istimewa. Dalam sebuah hadits disebutkan, dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ إِنَّهَا مِنَ الطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ وَالطَّوَّافَاتِ

“Kucing itu tidaklah najis. Sesungguhnya kucing merupakan hewan yang sering kita jumpai dan berada di sekeliling kita. ” (HR. At Tirmidzi, Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ad Darimi, Ahmad, Malik).

Kucing juga termasuk hewan yang suci dan jauh dari najis. Ini membuat hewan satu ini sangat dihormati dalam Islam.

Sebagai hewan kesayangan Rasulullah kucing bahkan masuk dalam hadis-hadis . Kucing bahkan hadir dalam berbagai perjalanan peradaban Islam.

Hingga kini kucing masih menjadi hewan yang paling di kasihi umat Islam. Keistimewaan kucing dalam Islam dapat di lihat dari hadis dan peninggalan-peninggalan Islam.

Dalam tradisi Islam kucing sangatlah dikagumi karena kebersihannya. Mereka dianggap bersih secara ritual, dan dengan demikian di izinkan masuk kerumah dan bahkan ke masjid bahkan termasuk masjid al-harram.

Bersih kucing juga telah tertuang dalam sebuah hadis. Hadis ini menjelaskan tentang kesucian sebagai hewan peliharaan.

Berikut hadis tentang kucing ini tertuang pada hadis yang berbunyi:

“Kucing itu tidaklah najis. Sesungguhnya kucing merupakan hewan yang sering kita jumpai dan berada di sekeliling kita.” (HR. Tirmidzi).

Air bekas minum kucing juga tetap suci dan bisa tetap digunakan untuk berwudu. Ini sesuai pada hadis:

“Ketika Nabi Muhammad akan berwudhu dihampiri oleh seekor kucing dan kucing tersebut minum di bejana tempat beliau wudhu. Nabi berhenti hingga kucing tersebut selesai minum lalu berwudhu”. (HR Muslim).

Kecuali jika kucing tersebut terlihat ada darah, air kencingnya, kotoran (BAB) dan sebagainya, maka jadi najis. Imam Nawawi pun menjelaskan:

“Jika kucing ini pergi kemudian datang dan meminum air, maka kita yakin bahwa air tersebut adalah suci dan kita meragukan najisnya mulut kucing, maka sisa air yang dijilat oleh kucing tersebut tidak najis. (Kecuali) bila kucing yang mulutnya masih ada darahnya tadi tidak pergi dan menjilat air maka dihukumi najis secara pasti.” (Al-Majmu’ 1/171).

 


Sejumlah Hadis tentang Kucing

kucing (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kucing juga termasuk hewan yang suci, ini tertuang dalam hadis:

“Kucing termasuk perhiasan rumah tangga, ia tidak dikotori sesuatu”. (HR Muslim).

Kucing adalah binatang yang badan, keringat, bekas sisa makanan, serta air lirnya adalah suci. Air liurnya bahkan bersifat membersihkan. Hidupnya lebih bersih dari manusia. (HR Malik).

Sebagai makhluk hidup kucing juga harus di perlakuan dengan sangat baik. Ada sebuah hadis yang menceritakan tentang seorang wanita yang masuk ke neraka karena menyiksa kucing, hadis ini berbunyi dari ibnu Umar RA Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Seorang wanita dimasukkan ke dalam neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak diperkenankan makan binatang binatang kecil yang ada di lantai’. (HR Bukhari).

Ibnu Al-Manayyar berkata hadis ini menerangkan tentang haramnya membunuh apa yang tidak diperintahkan untuk dibunuh dengan cara membuatnya kehausan. Meskipun kucing dan tidak mendapatkan pahala karena memberi minum.

Kucing juga bisa menjadi penyebab dosa yang cukup besar. Dalam sebuah hadis dari Abdullah bin Umar, diceritakan ada seorang wanita yang mengunci kucingnya dan tidak memberinya makan dan minum. Rasulullah berkata bahwa “Hukumannya pada Hari Pembalasan adalah siksaan dan Neraka.” (HR Bukhari).

Akan tetapi menyelamatkannya telah cukup sebagai suatu” kebaikan.

Dalam hadis yang lain, para sahabat bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan ganjaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Manusia berduka atas kematian hewan peliharaannya, karena kebanyakan dari mereka sudah menganggapnya sebagai anggota keluarga

Manusia berduka atas kematian kucing atau hewan peliharaannya karena kebanyakan dari mereka sudah menggapnya sebagai anggota keluarga.

Jadi tidak mengeherankan jika seorang berduka setelah kehilangan hewan peliharaannya. Itu karena hewan peliharaan sudah dianggap sebagai anggota keluarga.

Kematian binatang peliharaan jadi pengalaman yang menyakitkan karena bagi sebagian besar orang jadi pengalaman pertama. Maklum saja kebanyakan umur binatang peliharaan tidak selama umur manusia.

 Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya