Rupiah Perkasa Terhadap USD di Tengah Ketidakpastian Pemilu AS 2024

Rupiah ditutup menguat tipis 6,5 point terhadap dolar AS dalam perdagangan Selasa sore, 23 Juli 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Jul 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi Rupiah kertas pecahan Rp 100.000. (Sumber foto: Pexels.com).

Liputan6.com, Jakarta Rupiah kembali memasuki zona hijau pada Selasa, 23 Juli 2024.

Rupiah ditutup menguat tipis 6,5 point terhadap dolar AS (USD) dalam perdagangan Selasa sore (23/7), walaupun sebelumnya sempat menguat 40 point di level Rp. 16.213,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp.16.220.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp.16.200 - Rp.16.260," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam paparan tertulis dikutip Selasa (23/7/2024).

Pelemahan Rupiah terjadi di tengah ketidakpastian pemilihan presiden AS yang meningkat pekan ini, setelah Presiden Joe Biden mengundurkan diri dari pemilu, dan menyatakan dukungan pada Wakil Presiden Kamala Harris sebagai capres baru Partai Demokrat.

Harris terlihat mendapatkan cukup banyak delegasi dari Partai Demokrat untuk menjadi calon presiden dari partai tersebut, meskipun wapres AS tersebut belum dicalonkan secara resmi.

Meski begitu, Donald Trump terlihat unggul dalam jajak pendapat dibandingkan Biden dan Harris, menurut data jajak pendapat CBS dan HarrisX minggu lalu.

Di sisi lain, jajak pendapat belum mencerminkan dampak mundurnya Biden.

"Meskipun ketidakpastian politik ini memicu aliran dana safe-haven ke dalam emas, ketahanan dolar membatasi aliran ini. Namun, emas tetap memperoleh keuntungan yang kuat tahun ini, di tengah meningkatnya optimisme bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga mulai bulan September," ungkap Ibrahim.

Federal Reserve akan mengadakan pertemuan minggu depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya tetap stabil.

Sementara itu di Asia, data dari Tiongkok menunjukkan pertumbuhan ekonomi melambat pada kuartal kedua 2024. Adapun penurunan suku bunga yang tidak terduga pada hari Senin (22/7).

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan pribadi sebagai seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


BI Prediksi Rupiah Bakal Perkasa dari Dolar AS, Efek Era Suku Bunga Tinggi Tamat

Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia mengaku optimis dengan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diprediksi, dalam beberapa bulan ke depan, Rupiah bakal berada di tren penguatan.

Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, salah satu faktor yang menjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah adalah penurunan suku bunga.

"Saya melihat potensi penguatan rupiah sangat terbuka. Kita tahu bahwa sejumlah analis mengatakan bahwa suku bunga AS sudah mencapai puncaknya. Ke depan akan turun," ucapnya dalam diskusi di Sumba Timur, dikutip Selasa (23/7/2024).

Kinerja Rupiah

Dari data Bloomberg, dijelaskannya, rupiah hingga 12 Juli 2024 terdepresi 4,81 persen. Angka ini sebenarnya menjadi nilai mata uang yang pelemahannya paling minim jika dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.

Misalnya, Brazil yang pada periode yang sama tertekan hingga 12,1 persen. Sementar Lira Turki juga mengalami pelemahan 11 persen.

Untuk menjaga rupiah yang lebih stabil dan mengawal penguatan rupiah, kata Denny, Bank Indonesia konsisten menjalankan kebijakan moneter yang pro market. Salah satunya adalah adanya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Perlu diketahui, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka Waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.

"Dengan kebijakan yang Pro Market ini Bank Indonesia punya modal kuat untuk bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah," pungkasnya.


1 Dolar Jika di Rupiah kan?

Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Nilai tukar (kurs) rupiah menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa,. Rupiah naik setelah secara tiba-tiba Presiden Amerika Serikat (AS) saat ini, Joe Biden mengumumkan tidak akan melanjutkan pencalonan dirinya sebagai presiden pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Pada awal perdagangan pagi, kurs rupiah dibuka menguat 23 poin atau 0,14 persen menjadi 16.197 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.220 per dolar AS.

"Presiden Joe Biden mengumumkan bahwa tidak akan mencalonkan diri kembali dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon dari Partai Demokrat, sementara Donald Trump tetap menjadi calon terdepan dalam pemilihan presiden," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara, Selasa (23/7/2024).

Pengumuman tersebut membawa ketidakpastian yang lebih tinggi terkait hasil pemilu AS pada November 2024. Selain itu, bank sentral Tiongkok, People's Bank of China (PBoC), memutuskan untuk menurunkan suku bunga kebijakan pada sesi pertama pasar Asia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya