Populasi Kian Bertambah, China Akan Naikkan Usia Pensiun Warganya

Rencana untuk menaikkan usia pensiun merupakan bagian dari serangkaian resolusi yang diadopsi pada pertemuan tingkat tinggi partai Komunis

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 25 Jul 2024, 11:10 WIB
China telah memiliki penduduk terbanyak di dunia sejak setidaknya 1950, tahun ketika pencatatan data populasi PBB dimulai. (Photo by Satish BABU / AFP)

Liputan6.com, Beijing - China akan menaikkan usia pensiun wajib secara bertahap dalam lima tahun ke depan untuk mengatasi populasi yang menua dan sistem pensiun yang masih terbilang lemah.

Rencana untuk menaikkan usia pensiun merupakan bagian dari serangkaian resolusi yang diadopsi minggu lalu pada pertemuan tingkat tinggi partai Komunis yang dikenal sebagai Sidang Pleno, dikutip dari Channel News Asia, Kamis (25/7/2024).

"Sejalan dengan prinsip partisipasi sukarela dengan fleksibilitas, kami akan mengajukan reformasi untuk menaikkan usia pensiun secara bertahap dengan cara yang baik," kata komite pusat partai.

Tidak disebutkan berapa usia pensiun akan dinaikkan dan kapan itu berlaku. Tetapi laporan dari Badan Pensiun China yang dirilis pada akhir tahun 2023 menulis bahwa usia 65 tahun mungkin merupakan hasil akhir setelah penyesuaian kebijakan ini.

Rencana tersebut sebelumnya telah direncanakan selama beberapa tahun, mengingat laporan dari anggaran pensiun untuk warga Tiongkok yang kian menyusut.

Akademi Ilmu Sosial China yang dikelola negara mengatakan, pada tahun 2019 dana pensiun negara utama akan kehabisan uang pada tahun 2035.

Pada saat yang sama, populasi besar negara itu telah turun untuk tahun kedua berturut-turut pada tahun 2023 karena angka kelahiran terus menurun.


Pertama Kali dalam 19 Tahun, China Alami Krisis Demografis: Populasi Terus Menurun

Warga terdampak gempa bumi di Provinsi Gansu, Barat Laut China pada 22 Juli 2013. (AP)

Salah satu kota terbesar dan terluas yang juga terkenal dengan kepadatan populasinya, Beijing, ibu kota China, akhirnya mengalami krisis demografis. 

Sejak tahun lalu untuk pertama kalinya dalam 19 tahun, populasi masyarakat di Beijing mengalami penurunan.

Melansir dari CNN, Kamis (23/3/2023), saat ini diketahui ibu kota China tersebut sedang bergulat dengan krisis demografis yang sedang berlangsung selama beberapa dekade ke belakang.

Populasi penduduk tetap Beijing diketahui menurun dari sebesar 21,88 juta pada tahun 2021 menjadi sebesar 21,84 juta pada tahun 2022, ini berarti penurunan populasi mencapai 84.000.

Sebelumnya, Beijing merupakan kota yang ramai oleh migran, masyarakat pedesaan banyak yang datang ke kota untuk bekerja.

Namun, jumlah migran di Beijing yang datang dari pedesaan ternyata juga menurun pada tahun 2022. 

 


Angka Kematian di China

Warga yang memakai masker melintasi persimpangan di Beijing, China, Jumat (2/12/2022). Lebih banyak kota melonggarkan pembatasan, memungkinkan pusat perbelanjaan, supermarket, dan bisnis lainnya dibuka kembali menyusul protes akhir pekan lalu di Shanghai dan daerah lain di mana beberapa orang menyerukan Presiden Xi Jinping untuk mengundurkan diri. (AP Photo/Ng Han Guan)

Terakhir kali Beijing memperlihatkan lebih banyak angka kematian daripada angka kelahiran adalah pada tahun 2003, ketika wabah sindrom pernafasan parah (SARS) yang fatal muncul di Cina selatan dan akhirnya menginfeksi lebih dari 8.000 orang di seluruh dunia.

Data resmi menunjukkan bahwa penurunan populasi tahun lalu justru relatif kecil dengan tingkat pertumbuhan alami populasi turun menjadi minus 0,05 per seribu penduduk.

Namun, ini menunjukkan terdapatnya masalah yang lebih besar pada negara tersebut.

Populasi China secara menyeluruh menurun tahun lalu untuk pertama kalinya sejak masalah kelaparan melanda negara tersebut pada tahun 1961.

Infografis Klaim China Vs Indonesia Terkait Laut China Selatan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya