Liputan6.com, Jakarta Ketua UKK Tumbuh Kembang Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. dr. Rini Sekartini, SpA(K), mengatakan orangtua harus jadi role model dalam penggunaan internet untuk anak.
"Orangtua harus jadi role model untuk anak, misalnya jangan terus menerus main gadget dan menggunakan internet dengan bijak, supaya anak tidak mencontoh hal yang tidak baik," kata Rini.
Advertisement
Hal ini disampaikannya dalam peringatan Hari Anak Nasional 2024 oleh IDAI dengan mengangkat tema 'Lingkungan Sekolah, Internet Sehat Serta Vaksinasi Lengkap untuk Anak Cerdas menuju Indonesia Emas' pada Selasa, 23 Juli 2024 di Jakarta.
Rini mengingatkan penggunaan internet oleh anak-anak perlu didampingi oleh orangtua, terutama di masa-masa awal anak dikenalkan dengan internet.
"Kalau di awal ingin memperkenalkan internet kepada anak, maka harus didampingi dulu oleh orangtua, atau di sekolah bisa didampingi guru, ini untuk memberikan contoh penggunaan internet yang sehat," jelasnya.
Penggunaan internet sehat adalah hal yang penting untuk anak, Rini menyebutkan hal ini karena penggunaan internet yang tidak sehat pada anak bisa timbul masalah seperti cyber bullying.
"Kalau internet tidak sehat itu seperti cyber bullying, jadi anak membuat kata-kata yang kurang tepat, kemudian mengupload konten tidak baik sehingga bisa memberikan dampak buruk bagi anak lain," ujarnya.
Selain cyber bullying, anak-anak yang terlalu sering menggunakan gadget juga bisa mengalami adiksi internet.
"Hati hati juga kalau anak terlalu lama bermain gadget, ada yang disebut adiksi internet. Jadi tidak hanya obat-obatan, internet juga bisa menjadi adiksi, jadi suatu penyakit."
Fenomena Cyber Bullying di Kalangan Anak
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PP IDAI, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), mengatakan bahwa kasus cyber bullying semakin meningkat seiring dengan banyaknya anak yang terpapar gadget.
"Cyber bullying ini terus naik, kita bisa lihat fenomenanya di masyarakat, terutama dengan makin menjmaurnya anak-anak yang tertpapar gadget di usia dini," kata Piprim.
Piprim menambahkan adiksi gadget ini terlihat bahkan pada anak di usia yang seharusnya belum terpapar gadget.
"Sekarang kita lihat adiksi gadget itu bahkan pada anak-anak yang harusnya belum terpapar gadget sama sekali, karenanya anak dibawah dua tahun banyak yang bicaranya terlambat karena adiksi gadget ini," tambahnya.
Ini adalah fenomena yang tidak sehat, Piprim mengingatkan perlu adanya edukasi untuk para orangtua dalam penggunaan gadget yang benar.
"Butuh edukasi untuk para orangtua bagaimana memanfaatkan gadget ini dengan benar, kapan anak ada screentime nya, kapan anak harus diawasi dalam gadgetnya," ujar Piprim.
Advertisement
Kapan Mengenalkan Gadget pada Anak?
Saat ini banyak orangtua yang sudah memberikan gadget untuk anaknya bahkan di usia SD. Padahal, Rini menyebutkan penggunaan gadget pada anak SD sebenarnya tidak terlalu penting dan harus ada batasan usia untuk anak diberikan gadget.
"Ada juga beberapa orangtua yang sudah nemberikan gadget ke anak sejak SD atau SMP yang sebenarnya tidak terlalu penting ya. Batasan usia ini penting, mungkin remaja awal usia 15 tahun atau yang lebih besar baru bisa diberikan, jadi jangan anak SD sudah diberikan gadget sendiri," kata Rini.
Apa yang Terjadi Jika Anak Kecanduan Gadget?
Rini memperingatkan anak-anak yang terlalu lama bermain gadget bisa mengalami kecanduan atau adiksi internet.
"Hati hati juga itu kalau terlalu lama bermain gadget, ada yang disebut adiksi internet, Jadi tidak hanya obat-obatan, internet juga bisa menjadi adiksi, jadi suatu penyakit," katanya.
Lebih lanjut, Rini mengatakan bahwa adiksi internet bisa membuat perubahan pada perkembangan otak anak.
"Salah satu murid saya meneliti adiksi internet pada anak remaja itu anak remaja yang adiksi internet, di otaknya fungsinya ada yang berbeda dengan anak normal, dengan membandingkan dengan pemeriksaan khusus, itu memang berbeda dengan anak yang adiksi internet, dan ini sudah masuk kategori penyakit."
Jadi adiksi internet itu salah satu dampak kalau anak kecanduan gadget. Jadi untuk anak-anak, Rini menyarankan mereka harus di dampingi, dan diberikan contoh oleh orangtua.
Advertisement