Indonesia Masih Impor Ikan dengan Nilai Triliunan, Ini Alasannya

impor ikan salmon mencapai USD 36,55 juta atau Rp 593,4 miliar. Kemudian ada impor ikan makarel senilai USD 30,13 juta atau Rp 489,1 miliar.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 24 Jul 2024, 17:15 WIB
KKP menyebut Indonesia masih mengimpor sejumlah jenis ikan. Ikan yang diimpor ini belum tersedia di dalam negeri dan diperlukan untuk bahan baku penolong maupun substitusi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia masih mengimpor beberapa jenis ikan dari sejumlah negara. Namun di Semester I 2024 ini nilai impor ikan tersebut mengalami penurunan.

Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Hendra Yusran Siri menjelaskan, ikan yang diimpor ini belum tersedia di dalam negeri dan diperlukan untuk bahan baku penolong maupun substitusi. 

"Jadi dalam impor pertama ada yang menjadi bahan baku maupun penolong atau substitusi. Nilainya itu macam-macam, karena (ikannya) enggak ada di sini dan tidak bisa digantikan (di Indonesia). Salah satu contoh adalah salmon atau ikan trout," kata Hendra dalam konferensi pers di Kantor KKP, Jakarta pada Rabu (24/7/2024).

Terkait impor ikan salmon, Hendra mencatat, impor ikan salmon mencapai USD 36,55 juta atau Rp 593,4 miliar. Kemudian ada impor ikan makarel senilai USD 30,13 juta atau Rp 489,1 miliar. ada juga impor rajungan sebesar USD 24,58 juta atau sekitar Rp 398 miliar. 

Selanjutnya, impor kod atau bakalau sebesar USD 16,42 juta atau Rp 266,6 miliar. Kelima, adalah tepung ikan sebesar USD 21,83 juta atau Rp 354,5 miliar.

Hendra lebih lanjut mengungkapkan, terjadi penurunan pada impor komoditas ikan dan bahan baku penolong pada semester I 2024 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan itu terjadi karena banyaknya temuan produk substitusi.

"Ini cukup menggembirakan di sektor perikanan di mana importasi kita mulai turun," ujar Hendra.

Dia merinci, impor ikan salmon turun 7,2%, ikan makarel turun 63,8%, rajungan turun 21,6%, dan ikan kod turun 10,9%.


KKP: Neraca Dagang Ikan RI Surplus Rp 40,76 Triliun di Semester I 2024

Pegawai Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Unit Natuna, Kepulauan Riau, tengah mengolah ikan hasil tangkapan nelayan lokal.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melaporkan neraca perdagangan perikanan Indonesia mendapatkan surplus sebesar USD2,49 miliar pada periode Januari sampai Juni 2024. Nilai surplus tersebut setara Rp40,76 triliun atau naik 6,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Neraca perdagangan kita mengalami surplus 2,49 miliar dolar Amerika," kata Staf Ahli Menteri Kelautan Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut KKP, Hendra Yusran Siry, dalam konferensi pers Kinerja KKP Semester I 2024 di Gedung KKP, Jakarta, Rabu (24/7/2024).

Dalam catatannya, surplus diperoleh dari realisasi kinerja ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 2,71 miliar. Realisasi nilai ekspor tersebut setara Rp44,24 triliun atau naik 1,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Sementara nilai impor perdagangan perikanan Indonesia mencapai USD 0,22 miliar. Nilai impor ini setara Rp3,58 triliun atau sekitar 8,09 persen dari total eskpor perikanan Indonesia.


Total Produksi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan ekspor hasil perikanan Indonesia tahun 2023 mencapai USD 7,66 miliar, jauh lebih tinggi dari realisasi tahun 2022 sebesar USD 6,4 miliar untuk hampir 1 juta ton ikan. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Secara keseluruhan total produksi ikan di semester I 2024 sebanyak 11, 81 ton. Di sisi lain, sumbangan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)dari sektor kelautan dan perikanan mencapai 963,64 miliar hingga semester I 2024.

Selanjutnya realisasi anggaran KKP hingga Juli 2024 mencapai Rp3,24 triliun. Hendra mengatakan, realisasi anggaran KKP tersebut setara 49,74 persen dari total anggaran sebanyak Rp6,52 triliun.

"Dengan demikian, ini beberapa capaian makro dari Kementerian Kelautan dan Perikanan," pungkas Hendra.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya