Liputan6.com, Jakarta - Seorang jemaah Al Bahjah bertanya kepada KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya tentang bagaimana cara membedakan musibah yang datang dari Allah. Apakah musibah yang ditimpanya sebuah tanda Allah kasih sayang atau justru teguran karena dosanya.
Buya Yahya menjawab. Kaidah dalam memahami musibah yang menimpa seseorang adalah sederhana. Musibah bagi orang beriman berarti itu tanda Allah sayang kepadanya. Allah ingin mengangkat derajatnya dengan musibah sebagai ujiannya.
“Maka setiap Anda mendapatkan musibah atau bencana, maka katakan di dalamnya ada ujian, Anda akan naik pangkat,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (24/7/2024).
Baca Juga
Advertisement
Dengan berhusnudzon kepada-Nya, muslim akan melewati musibah dengan penuh harapan, bukan malah putus asa.
“Diuji dengan sakit husnudzon langsung bahwa Allah akan angkat derajatmu. Jadi ini kaidahnya. Maka lewati musibah itu dengan menyerah kepada Allah tanpa protes dan seterusnya,” tutur Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Jangan Menuduh Orang Banyak Dosa ketika Ditimpa Musibah
Buya Yahya mengatakan, musibah bertujuan untuk membuat perubahan seseorang. Ada beberapa makna jika seseorang tertimpa musibah.
“Pertama untuk menghapus dosanya. Kedua untuk pengangkatan derajat. Ketiga untuk tabungan pahala di akhirat. Itu kan jika musibah untuk orang beriman, tapi untuk orang yang tidak beriman, musibah di dunia merupakan mukadimah (permulaan) musibah di akhirat,” kata Buya Yahya.
Buya Yahya mengingatkan, untuk diri sendiri boleh menyadari banyak dosa dan musibah adalah teguran dari-Nya. Namun, tidak boleh menuduh orang lain yang terkena musibah banyak dosanya.
“Nunjuk sendiri boleh karena mengaku banyak dosa, (tapi) jangan menunjuk orang lain banyak dosa karena (diturunkan musibah) gempa,” Buya Yahya mencontohkan.
Advertisement
Hadis Musibah Tanda Kasih Sayang Allah bagi Orang Beriman
Sebagaimana dikatakan Buya Yahya, musibah bagi orang beriman merupakan tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Adapun hadis mengenai adalah sebagai berikut.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ)
Artinya: “Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai sebuah kaum niscaya Allah akan memberikan cobaan kepada mereka.
Maka barangsiapa yang ridha (dengan ketetapan Allah –pent), maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang tidak ridha, maka Allahpun tidak akan ridha kepadanya'.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2320 dan Ibnu Majah, no. 4021 dengan sanad yang hasan)
Ketika diberi musibah jangan putus asa karena setiap kesulitan pasti ada kemudahan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.
“Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Allah mengulangi ayat yang sama dalam surah ini. Isyarat menegaskan bahwa sesungguhnya dalam kesulitan pasti ada kemudahan.
Bacaan ketika Tertimpa Musibah
Ketika ada yang tertimpa musibah maka ucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn”, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an.
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali)." (Q.S Al-Baqarah: 156)
Wallahu a'lam.
Advertisement