Pancasila Bisa Jadi Panduan untuk Berkreasi di Ruang Digital

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi menyelenggarakan talkshow yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang berlangsung di Desa Wisata Akebay, Pulau Maitara, Kota Tidore, Maluku Utara bertajuk: "Konten Kreatif Berbasis Budaya Lokal".

oleh Tim News diperbarui 25 Jul 2024, 09:21 WIB
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi menyelenggarakan talkshow yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang berlangsung di Desa Wisata Akebay, Pulau Maitara, Kota Tidore, Maluku Utara bertajuk: "Konten Kreatif Berbasis Budaya Lokal" (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi menyelenggarakan talkshow yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang berlangsung di Desa Wisata Akebay, Pulau Maitara, Kota Tidore, Maluku Utara bertajuk: "Konten Kreatif Berbasis Budaya Lokal".

Talkshow ini menghadirkan para narasumber seperti Sasmita Abdurrahman (bersertifikat TOT Literasi Digital 2024), Muhamad Jamil (bersertifikat TT Literasi Digital 2024), Abdul Djalil Djayali (bersertifitat TOT Literasi Digital 2024), dipandu oleh Maaesara (moderator), serta M. Alief Zidane/Pricilia Charie (konten kreator) dan Rahman Muhammad/Tete Ko (konten kreator) selaku master of ceremony (MC).

Sasmita Abdurahman mengungkapkan bahwa Maluku Utara kaya akan kebudayaannya, memiliki 10 Kabupaten/Kota dengan 34 bahasa serta 34 suku bangsa dan etnis yang menjadikan negeri ini berkembang pesat sekaligus akan menghadapi berbagai tantangan terlebih di era multikultural dan era dimana kita tengah berada pada ruang transformasi digital dunia global.

"Pada konteks ini maka daya tahan budaya lokal akan ditantang untuk mampuh menjawab tantangan budaya global dengan transformasi digital yang telah membawa kita menjadi bagian dari tatanan tersebut, sehingga kita dituntut untuk mejadikan segala kemajuan jaman melalui transformasi digital tersebut sebagai sebuah peluang bagi kehidupan yang lebih baik," kata Sasmita.

"Untuk itu maka kita perlu memiliki strategi tertentu di tengah-tengah kemajuan jaman dan era yang begitu pesat saat ini yang serba digital yaitu dengan beberapa cara antara lain: Jauhi diri kita dari sifat dan kebiasaa untuk memaksa, tidak gampang menghakimi pihak lain atau pribadi dan golongan atau kelompok tertentu, selalu membiasakan diri untuk mengapresiasi kemampuan dan karya orang lain diluar diri kita sembari mempromosikan apa saja yang ada disekitar kita untuk terus saling berbagi sebagaimana berbagi informasi tentang kesejarahan, keindahan panorama alam dan kebudayaan serta manusia-manusia hebat yang terus berkontribusi membangun negeri seperti yang kita saksikan di Desa Wisata Akebay, disebuah pulau yang dapat kita lihat pada secarik kertas uang Seribu mata uang negara kita saat ini," tambah Sasi, sapaan akrab seorang mantan puteri Indonesia, Sasmita Abdurahman.

Sementara itu, Abdul Djalil Djayali mengajak para audiens untuk terus berusaha menjaga keamanan digital (digital safety) dalam bermedia sosial.

"Kemampuan seorang pengguna internet untuk melindungi data pribadi atau memproteksi diri dalam berbagai penggunaan platform digital melalui berbagai cara seperti mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, sembari meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan bermedia digital sehari-hari termasuk media sosial yang menjadi tren kaum milenial dan gen Z juga masyarakat luas saat ini. Lebih lanjut menurutnya pula bahwa sebagai langkah protektif, para pengguna internet diharapkan mengenali beberapa fitur pada perangkat keras berinternet seperti: kata sandi, baik melalui fingerprint authentication maupun face authentication," kata Abdul.

 


Nilai Pancasila Jadi Landasan

Lain lagi dalam pandangan, Muhamad Jamil yang lebih melihat pada tantangan budaya digital dalam realitas di kalangan para pengguna internet.

"Beberapa dampak yang dihadapi oleh para pengguna internet saat ini antara lain mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan, menghilangnya budaya Indonesia, media digital seolah menjadi panggung budaya asing melalui berbagai konten yang tersebar luas dikalangan para pengguna internet itu sendiri, minimnya pemahaman akan hak-hak digital, adanya fakta yang dapat secara luas kita temua dimana terjadinya kebebesan berekspresi yang kebablasan, dan juga makin berkurangnya toleransi dan penghargaan pada setiap perbedaan. Selain itu juga terjadi pula fakta dalam masyarakat kita sebagai para pengguna internet dimana melakukan pelanggaran hak cipta dan karya intelektual serta menjadi menghilaangnya batas-batas privasi dalam relasi sosial masyarakat kita," kata Muhamad Jamil.

"Menjawab persoalan tersebut, kita dapat menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital sekaligus menjadikannya sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital," tambahnya.

Infografis Mengenal Jenis-Jenis Kebaya. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya