Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Provinsi Bali menetapkan PT. Bumi Indah Prima (BIP) sebagai Qualified Partner dan Lead Consortium of Investors untuk pembangunan transportasi massal berbasis kereta di Bali (Bali Urban Rail and Associated Facilities). Pembangunan subway Bali akan dilaksanakan dalam 4 tahap pengerjaan dengan total investasi mencapai USD 20 miliar.
Surat penunjukan diserahkan oleh PT. Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) selaku pihak yang diberi kewenangan dalam melakukan kurasi investor dan pengembangan proyek itu pada Rabu (24/7/2024) di Sanur, Denpasar. Turut hadir dalam acara itu Pj. Gubernur Bali S. M. Mahendra Jaya serta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas RI Suharso Monoarfa.
Advertisement
Dirut PT. SBDJ Ari Ashkara mengungkapkan tahap berikutnya dari proyek yang lebih dikenal dengan Subway/LRT (Light Rail Transit) itu adalah groundbreaking yang dijadwalkan pada bulan September 2024.
“Groundbreaking akan dilakukan di Kuta Parking Centre, yang nantinya juga akan menjadi management dan site office kami,” ucapnya.
Pembangunan LRT Bali akan dilakukan 4 tahap pengerjaan. Tahap satu Airport-Kuta Sentral Parkir-Seminyak-Berawa-Cemagi, tahap dua Airport-Jimbaran-Unud-Nusa Dua, tahap ketiga Kuta Sentral Parkir-Sesetan-Renon-Sanur dan tahap empat Renon-Sukawati-Ubud.
Fase Airport-Kuta dan Airport-Jimbaran-Unud-Nusa Dua ditarget rampung awal tahun 2028, dan keseluruhan fase satu dan dua diselesaikan pada tahun 2031.
Pembangunan koridor pada setiap fase meliputi infrastruktur transportasi berupa terowongan dan rel kereta bawah tanah, infrastruktur utilitas pendukung seperti telekomunikasi, tenaga listrik, air minum, sampah dan limbah serta pembangunan transit oriented development (TOD).
Percontohan Model Pendanaan Proyek Infrastruktur Tanpa APBN
Ari menyebut, meski investor utama telah ditetapkan, masih terbuka kemungkinan untuk masuknya investor lain guna berkolaborasi melengkapi rencana pengembangan proyek ini.
Pihaknya juga akan mempersiapkan SDM Bali menjadi operator dan pemilik dari proyek besar ini, sehingga nantinya warga Bali tak hanya menjadi penonton dari proyek ini.
Pj Gubernur Bali S. M. Mahendra Jaya mengaku awalnya sempat ragu bisa mewujudkan kerja besar pembangunan LRT Bali karena keterbatasan fiskal daerah maupun pusat serta belum ada model pembiayaan infrastruktur tanpa menggunakan anggaran APBN atau APBD. Namun ternyata keberadaan Bali sebagai daerah wisata internasional yang terus berkembang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.
Sebagai gambaran, pada semester 1 Tahun 2024 dibandingkan semester 1 Tahun 2023, jumlah flight internasional mengalami kenaikan 18%, jumlah penumpang naik 26% dan cargo naik 72%.
Advertisement
Menuju Bali Era Baru
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas RI Suharso Monoarfa menegaskan proyek LRT Bali harus jadi karena menjadi pertaruhan kementeriannya yang mendorong penerapan model pembiayaan pembangunan tak biasa ini.
Monoarfa mengatakan model pembiayaan pembangunan seperti ini baru pertama kali diterapkan di Indonesia. Bali menjadi percontohan karena merupakan daerah pertama di Indonesia yang punya konsep transformasi ekonomi yang diimplementasikan dalam Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru.
Monoarfa juga menjamin bahwa proyek LRT Bali tak akan terganggu oleh pergantian menteri dan kepala daerah karena sifatnya adalah kerjasama antara pihak swasta sebagaimana hal pembangunan Jak-Pro di Jakarta. Sebab, proyek ini sangat penting untuk mengatas permasalahan kemacetan di Bali.
“Apalagi proyek ini memberi jawaban nyata atas kebutuhan Bali untuk mengatasi kemacetan sehingga kalau sampai tidak terwujud, warga Bali yang akan dirugikan,” tegasnya.
(*)