21 Juli 2024 Jadi Hari Terpanas di Bumi yang Memecahkan Rekor Global dalam 84 Tahun

Hari terpanas di Bumi ini sedikit melampaui rekor sebelumnya yang dicatat pada Juli tahun lalu, yakni 17,08 derajat celsius

oleh Asnida Riani diperbarui 25 Jul 2024, 13:02 WIB
Ilustrasi cuaca panas. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 21 Juli 2024 dilaporkan sebagai hari terpanas yang pernah tercatat secara global, menurut data awal dari Copernicus Climate Change Service Uni Eropa. Suhu udara permukaan rata-rata global pada Minggu mencapai 17,09 derajat celcius.

Itu merupakan hari terpanas sejak pencatatan dimulai pada 1940, kata pemantau iklim Uni Eropa dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera, Kamis (25/7/2024). Hari terpanas di Bumi ini sedikit melampaui rekor sebelumnya yang dicatat pada Juli tahun lalu, yakni 17,08 derajat celsius.

"Yang benar-benar mengejutkan adalah seberapa besar perbedaan antara suhu dalam 13 bulan terakhir dan catatan suhu sebelumnya. Kita sekarang berada di wilayah yang belum dipetakan dan seiring memanasnya iklim, kita pasti akan melihat rekor-rekor baru dalam beberapa bulan dan tahun mendatang," kata Direktur Pemantau Iklim UE, Carlo Buontempo.

Dalam beberapa pekan terakhir, gelombang panas telah "memanggang" sebagian besar wilayah Amerika Serikat, Eropa, dan Rusia. Gaza juga dilanda gelombang panas, membuat kondisi kehidupan semakin sulit bagi warga Palestina yang mengungsi akibat serangan militer Israel.

Setiap bulan sejak Juni 2023 kini menduduki peringkat terpanas di Bumi sejak pencatatan dimulai, dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Para ilmuwan mengatakan, pemanasan global yang disebabkan aktivitas manusia jadi penyebab suhu yang sangat panas.

Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa 2024 bisa mengungguli tahun 2023 sebagai tahun terpanas sejak pencatatan dimulai. Pasalnya, perubahan iklim dan fenomena cuaca alam El Nino, yang berakhir pada April 2024, telah mendorong suhu lebih tinggi tahun ini.


3 Kota Indonesia dengan Cuaca Panas Tidak Biasa

Warga menggunakan payung saat berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam bebrapa hari terakhir. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari dalam negeri, tiga kota di Indonesia: Makassar, Sulawesi Selatan; Semarang, Jawa Tengah; dan Jakarta masuk ke dalam daftar kota di dunia dengan suhu panas tidak biasa yang diperburuk perubahan iklim. Data itu diungkap Climate Central dalam laporan terbaru mereka, "People Exposed to Climate Change: March-May 2024," yang dirilis pada 6 Juni 2024.

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, 7 Juni 2024, Makassar menempati urutan teratas dalam daftar kota di dunia dengan suhu panas yang tidak biasa. Penyebabnya adalah perubahan iklim, dengan catatan 92 hari berada pada indeks pergeseran iklim (CSI) level tiga atau lebih tinggi dan anomali suhu mencapai 1,2 derajat celcius.

Disusul Jakarta di posisi ke-4 dengan catatan 77 hari pada CSI level tiga atau lebih tinggi dan anomali suhu tercatat 0,9 derajat celsius. Sementara, Semarang yang menduduki posisi ke-11 dengan catatan 88 hari pada CSI level tiga atau lebih tinggi dan anomali suhu menembus 1,4 derajat celcius.


Mengukur Suhu dengan Metode CSI

Prakiraan cuaca Jakarta hari ini, Jumat (14/4/2023), akan cerah dengan suhu udara sangat panas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jakarta hanya kalah dari Lagos, Nigeria, dengan 88 hari CSI tiga atau lebih tinggi; Kinshasa, Kongo dengan 79 hari CSI level tiga atau lebih tinggi; serta Mexico City, Meksiko, dengan 78 hari CSI level tiga atau lebih tinggi. Sebagai informasi, metode CSI digunakan untuk mengukur pengaruh perubahan iklim secara lokal terhadap suhu harian di seluruh dunia.

CSI level satu berarti perubahan iklim dapat dideteksi, dengan kenaikan suhu setidaknya 1,5 kali lebih mungkin terjadi, sedangkan CSI level 2 berarti kenaikan suhu setidaknya dua kali lebih mungkin terjadi, dan seterusnya. Climate Central dalam laporannya membahas tentang atribusi suhu global pada Maret sampai Mei 2024.  

Laporan itu menerangkan dampak perubahan iklim di hampir 500 kota dan lebih dari 150 negara, ditambah negara-negara bagian Amerika Serikat (AS) dan Puerto Riko. Dalam tiga bulan itu, tercatat rekor suhu global baru yang menyebabkan miliaran orang terkena panas yang dipicu oleh emisi karbon.


Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem?

Hal tersebut disebabkan perubahan musim yakni, curah hujan sudah mulai berkurang berganti musim atau akan segera masuk kemarau. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Maret, April, dan Mei 2024 masing-masing memecahkan rekor suhu global bulanan. Selama periode tersebut, dampak perubahan iklim karena aktivitas manusia, terutama akibat pembakaran bahan bakar fosil, terlihat jelas di seluruh wilayah di dunia, khususnya dalam bentuk panas ekstrem.

Di 58 negara, rata-rata orang merasakan dampak perubahan iklim yang kuat setidaknya dua dari tiga hari selama tiga bulan terakhir. Negara-negara ini termasuk Afrika Tengah, Timur, dan Barat; Asia Tenggara; Amerika Tengah dan Karibia; Amerika Selatan; serta negara kepulauan kecil di Polinesia dan Melanesia.

Akibat perubahan iklim, sekitar satu dari empat orang di dunia mengalami peningkatan suhu setidaknya tiga kali lipat setiap hari dari 1 Maret sampai 31 Mei 2024, dengan puncaknya pada 6 April 2024. Saat itu, 2,7 miliar orang, satu dari tiga orang di dunia, merasakan suhu yang tidak biasa dengan pengaruh kuat dari perubahan iklim.

Sekitar 44 persen penduduk Afrika dan satu dari tiga orang di Amerika Selatan merasakan panas ekstrem akibat perubahan iklim setidaknya selama 60 hari. Di Asia, rata-rata orang di sembilan negara, termasuk Indonesia, merasakan pengaruh kuat dari perubahan iklim setidaknya dua dari tiga hari dalam satu musim.

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya