Liputan6.com, Jakarta - Robert Kiyosaki, penulis buku Rich Dad Poor Dad, membagikan prediksinya mengenai potensi dampak dari kemungkinan terpilihnya kembali mantan Presiden AS dan calon presiden Donald Trump pada berbagai aset di platform media sosial X pada Selasa.
Robert Kiyosaki memprediksi harga bitcoin dari USD 67.400 atau setara Rp 1,09 miliar (asumsi kurs Rp 16.215 per dolar AS) per koin menjadi USD 105.000 atau setara Rp 1,70 miliar pada Agustus 2025. "Mengapa harga emas, perak, dan bitcoin akan naik ketika Trump kembali menjadi presiden. Trump menginginkan dolar AS yang lebih lemah sehingga Amerika akan mulai mengekspor lebih banyak daripada mengimpor,” kata Kiyosaki dalam media sosial X nya, dikutip dari Bitcoin.com, dikutip Kamis (25/7/2024).
Advertisement
Kiyosaki menambahkan, dengan melemahnya dolar, lapangan kerja akan kembali pulih dan harga aset akan naik. Selain itu, ia mencatat Trump merencanakan pengeboran minyak besar-besaran, yang akan menurunkan harga minyak.
"Dolar AS yang lebih lemah akan meningkatkan ekspor, menciptakan lapangan kerja, membuka pabrik baru dan membuat emas, perak, bitcoin, saham, dan real estate, kenaikan harga,” tegas Kiyosaki.
Berbeda dengan kebijakan minyak Trump, Kiyosaki kritik Presiden Joe Biden, dengan menyatakan Biden justru melakukan hal sebaliknya. Tindakan pertamanya adalah mematikan pipa Keystone XL. Ketika Biden mematikan pipa Keystone, harga minyak melonjak dari USD 30 per barel menjadi USD 130 per barel.
Ia menjelaskan harga minyak yang tinggi menyebabkan inflasi besar-besaran yang memusnahkan masyarakat miskin dan kelas menengah. Kemudian Biden harus memanfaatkan cadangan minyak Amerika Serikat karena Amerika Serikat tidak mempunyai cukup minyak.
Robert Kiyosaki telah membuat beberapa prediksi tentang emas, perak, dan bitcoin. Awal bulan ini, dia memperkirakan kehancuran ekonomi akan segera terjadi yang diikuti oleh pasar bullish yang besar, di mana bitcoin bisa mencapai USD 10 juta per koin.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Penulis Robert Kiyosaki: Dolar AS Bakal Tergeser Jika BRICS Produksi Kripto
Sebelumnya, penulis ternama Robert Kiyosaki kembali mengingatkan tentang jatuhnya dolar Amerika Serikat. Ia mengutip kekhawatiran tentang blok ekonomi BRICS yang berpotensi mengembangkan mata uang kripto yang didukung oleh emas.
"Saat ini di Afrika Selatan adalah negara yang saya cintai. Menonton dan mendengarkan rumor tentang apa yang akan terjadi ketika negara-negara BRICS, Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan memproduksi kripto BRICS, yang kemungkinan didukung oleh emas," tulis Kiyosaki di platform X, dikutip dari news.bitcoin.com, Selasa (14/5/2024).
"Jika kripto emas BRICS terjadi, triliunan uang palsu, fiat dolar AS akan mengalir deras kembali ke Amerika menyebabkan hiperinflasi di Amerika, yang pada akhirnya menghancurkan dolar AS," sebutnya.
Kiyosaki kemudian merekomendasikan perpaduan investasinya yang biasa. "Lebih baik beli emas, perak, dan Bitcoin asli sekarang, dan lindungi diri Anda dari jatuhnya dolar AS," lanjut dia.
Tahun lalu, muncul spekulasi yang menunjukkan bahwa kelompok ekonomi BRICS mungkin akan membentuk mata uang bersama yang didukung oleh emas.
Meskipun awalnya diperkirakan akan menjadi topik diskusi pada pertemuan puncak para pemimpin BRICS pada bulan Agustus mendatang, fokusnya beralih ke promosi penggunaan mata uang lokal dalam penyelesaian perdagangan, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada USD.
Sebagai informasi, Robert Kiyosaki dikenal dengan buku tulisannya Rich Dad Poor Dad rilisan tahun 1997, yang ditulis bersama Sharon Lechter. Buku tersebut telah berada di Daftar Buku Terlaris New York Times selama lebih dari enam tahun.
Advertisement
Dugaan Pembentukan Mata Uang BRICS Berkurang
Saat ini, diskusi mengenai mata uang umum BRICS telah berkurang, dengan proyeksi yang menunjukkan jangka waktu realisasi yang lama.
Selain itu, koalisi ekonomi juga menyampaikan undangan ke lima negara baru pada pertemuan puncak para pemimpin. Anggota baru BRICS adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Iran, Mesir, dan Ethiopia.
Sementara itu, Kiyosaki secara konsisten menyuarakan kekhawatiran mengenai jatuhnya dolar AS.
Pada bulan Maret, dia mengajak investor untuk beralih dari USD ke Bitcoin, emas, dan perak. Dia memandang BTC sebagai "aset sempurna pada waktu yang tepat."
Kena Retas Rp 3,7 Triliun, Bursa Kripto India Terkatung-katung
Sebelumnya, bursa kripto terbesar di India, WazirX mengajukan aduan ke polisi setelah mengalami peretasan senilai USD 230 juta, atau setara Rp 3,726 triliun (kurs Rp 16.200 per dolar AS).
Perusahaan juga telah melaporkan kejadian tersebut kepada Tim Tanggap Darurat Komputer India (CERT). Dugaannya, perusahaan mencari bantuan dari lembaga utama India guna merespons insiden keamanan terkait komputer ini.
Perkembangan ini terjadi setelah terjadi penarikan dana keluar hingga USD 230 juta karena pelanggaran keamanan yang mempengaruhi salah satu wallet-nya.
WazirX mengatakan, banyak bursa kripto bekerjasama dengan pihaknya untuk melacak dana yang dicuri, memulihkan aset nasabah, hingga melakukan analisis lebih dalam terhadap serangan digital itu.
"Perusahaan juga berkolaborasi dengan pakar forensik dan lembaga penegak hukum untuk mengidentifikasi dan menangkap para pelaku," kata WazirX dikutip dari laman CoinDesk.
Adapun di India, usai pengaduan diajukan, laporan informasi pertama (FIR) disiapkan oleh polisi jika investigasi resmi memang diwajibkan. Keterlibatan polisi ini bisa berarti pengawasan lebih lanjut terhadap pembukuan, sistem operasi hingga standar keamanan milik WazirX.
Dalam masalah ini, Kementerian Keuangan India menolak berkomentar lantaran mata uang kripto tidak diatur tanpa adanya undang-undang yang disahkan pihak parlemen.
Sektor ini berada di luar jangkauan hampir semua otoritas, kecuali beberapa seperti Unit Intelijen Keuangan (FIU) di bawah Kementerian Keuangan India.
Namun, mengingat kasus WazirX merupakan pelanggaran keamanan, insiden tersebut pun tidak termasuk dalam lingkup FIU.
"Sejauh ini tidak ada peraturan khusus untuk kripto di India. Industri (kripto) seharusnya mendapat manfaat dari aturan yang jelas, mendapat standar keamanan, dan perlindungan nasabah," kata Associate General Counsel di Fireblocks, Joanna Cheng.
Advertisement