Wacana Perpanjang Restrukturisasai Kredit, Bos BRI Buka Suara

BRI Telah mempersiapkan strategi untuk mengatasi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) usai kebijakan restrukturisasi kredit berakhir pada Maret 2024.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Jul 2024, 16:25 WIB
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah berencana melakukan perpanjangan restrukturisasi kredit Covid-19. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan pihaknya telah mempersiapkan strategi untuk mengatasi kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) usai kebijakan restrukturisasi kredit berakhir pada Maret 2024.

"BRI sudah sangat menyiapkan diri seandainya itu tidak diperpanjang. Oleh karena itu yang paling penting adalah kita menyiapkan segala macam bantalan yang kita sebut cadangan. Itu sudah kita lakukan dengan baik," kata Sunarso dalam konferensi pers, Kamis (25/7/2024).

Sunarso mengatakan saat ini masih ada tantangan terkait NPL. Namun terkait rencana pemerintah untuk memperpanjang masa relaksasi, BRI akan mengikuti ketentuan yang nanti diberlakukan. Meski, jika tidak ada perpanjangan BRI memiliki cadangan apabila terjadi pemburukan kualitas kredit, terutama di segmen UMKM.

"BRI pada prinsipnya, sepanjang sesuai ketentuan dalam artian aturannya yang dalam hal ini kita tunduk pada aturan OJK, karena itu domainnya OJK, kalau itu diakhiri ya kita ikuti, kalau itu diperpanjang sepanjang itu jelas ada aturannya kita ikuti. Jadi kalau memang rencana itu nanti dituangkan dalam bentuk peraturan, dalam hal ini peraturan OJK, maka BRI akan mengikutinya, akan mematuhinya," ujar Sunarso.

Hingga Juni 2024, penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tumbuh double digit. Penyaluran kredit BRI tercatat Rp 1.336,78 triliun atau tumbuh 11,20% year on year (yoy). Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI, dengan porsi mencapai 81,96% dari total penyaluran kredit BRI, atau sekitar Rp 1.095,64 triliun.

 


Penyaluran Kredit

Pekerja saat menyusun kursi dan meja di Jakarta, Jumat (20/11). Penyaluran kredit tersebut Melalui tiga Bank BUMN yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut membuat aset BRI meningkat. Hingga akhir Juni 2024 tercatat aset BRI tumbuh 9,54% yoy menjadi sebesar Rp 1.977,37 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut diikuti dengan penyaluran kredit yang selektif dan prudent sehingga Perseroan mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan. 

“Rasio Loan at R isk (LAR) tercatat membaik atau turun, dari semula 14,94% pada akhir triwulan II 2023 menjadi 12,00% pada akhir triwulan II 2024. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di kisaran 3,05% dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60%,” ujar Sunarso.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh 11,61% yoy menjadi sebesar Rp 1.389,66 triliun. Dana Giro dan Tabungan (CASA) tumbuh 7,66% yoy menjadi Rp877,90 triliun.

“Dana murah masih mendominasi struktur DPK BRI, dimana porsi CASA mencapai 63,17% dari total DPK BRI,” tambah Sunarso.

 


BRI Kantongi Laba Rp 29,90 Triliun pada Semester I 2024

Gedung PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI

Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan entitas perusahaan anak atau BRI Group berhasil mencatatkan kinerja positif dan berkelanjutan hingga akhir kuartal II 2024.

Dengan pertumbuhan yang selektif dan prudent, BRI secara konsolidasian berhasil mencetak laba Rp 29,90 triliun pada Juni 2024. Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan kinerja positif BRI Group tersebut tak terlepas dari pertumbuhan penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh double digit.

"Hingga akhir kuartal II 2024, penyaluran kredit BRI tercatat Rp 1.336,78 triliun atau tumbuh 11,20% year on year (yoy). Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI, denganporsi mencapai 81,96% dari total penyaluran kredit BRI, atau sekitar Rp 1.095,64 triliun,” kata Sunarso dalam konferensi pers, Kamis (25/7/2024).

Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut membuat aset BRI tercatat meningkat.Hingga akhir Juni 2024 tercatat aset BRI tumbuh 9,54% yoy menjadi sebesar Rp1.977,37 triliun.Pertumbuhan kredit tersebut diikuti dengan penyaluran kredit yang selektif dan prudent sehingga Perseroan mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkan.

"Rasio loan at risk (LAR) tercatat membaik atau turun, dari semula 14,94% pada akhir Triwulan II 2023 menjadi 12,00% pada akhir kuartal II 2024. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di kisaran 3,05% dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60%,” ujar Sunarso.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh 11,61% yoy menjadi sebesar Rp1.389,66 triliun. Dana Giro dan Tabungan (CASA) tumbuh 7,66% yoy menjadi Rp877,90 triliun.

"Dana murah masih mendominasi struktur DPK BRI, dimana porsi CASA mencapai 63,17% daritotal DPK BRI,” tambah Sunarso.

Sunarso menatap paruh kedua 2024 dengan optimisme. Hal tersebut tak lepas dari kondisi likuiditas dan permodalan BRI yang memadai, dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank sebesar 86,59% serta Capital Adequacy Ratio (CAR) di level 25,13%. Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, ke depan BRI masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik.

 


BRI Incar Laba Bersih Rp 60 Triliun pada 2024

Press Conference Paparan Kinerja Keuangan Kuartal II Tahun 2024.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI memproyeksikan laba bersih Rp 60 triliun pada 2024. Alhasil, paling tidak BRI bisa membagikan dividen sebesar 70 persen. 

Direktur Utama BRI Sunarso menuturkan,  apabila BRI bisa memproyeksikan laba Rp 60 triliun atau berapapun angkanya. BRI berupaya untuk bisa membaikan dividen 70 persen dari laba tersebut. 

"2024 misalnya bisa proyeksikan laba Rp 60 triliun atau berapa, 70 persen kita bagi dividen," kata dia dalam Public Expose 2023, Kamis (30/11/2023). 

Selain itu, BRI juga memproyeksikan pembagian dividen pada 2023 dan 2024 bisa mencapai 70 persen dari laba bersih. Sehingga teorinya adalah berapapun laba yang diraih oleh BRI memang layak dibagi dalam bentuk dividen. 

Ia melanjutkan, untuk tahun ini Bank Rakyat Indonesia optimistis mencetak laba Rp 55 triliun. Bahkan, sampai dengan kuartal III 2023 sudah mencapai sekitar Rp 44 triliun. 

Menurut ia, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) BRI berada di level 27,47 persen dan terbilang masih aman. BRI pun berpotensi memberikan dividen dalam jumlah besar lagi kepada para pemegang saham untuk tahun buku 2023.

Akan tetapi, hingga saat ini BRI sedang menunggu persetujuan agar bisa memberikan dividen interim kepada pemegang saham. Biasanya, BRI memberikan dividen sebanyak dua kali, yakni dividen interim dan dividen final. 

"Maka kami dengan senang hati akan memberikan dividen interim kepada pemegang saham, jadi paling tidak dua kali,  bayar dua kali interim dulu sebelum RUPS, dan kemudian setelah  RUPS kami bagikan," imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya