Berapa Tarif Mengundang Ustadz Adi Hidayat? Jawabannya Mengejutkan

Sudah tahu berapa tarif untuk menundang pendakwah muda yang kharismatik Ustadz Adi Hidayat ini? Jangan sampai salah, simak sampai selesai.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2024, 01:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat (UAH) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Ketika mengundang ustadz atau mubaligh untuk berceramah, sering kali yang menjadi fokus perhatian adalah pelipur lelah atau bisyaroh yang harus dibayar. Dalam bahasa sederhana, pertanyaan yang muncul adalah, tarif-nya berapa?

Banyak orang berpikir tentang biaya sebagai pertimbangan utama dalam mengundang seorang ustadz atau mubaligh.

Memang, meskipun tujuan utama dalam mengundang ustadz atau mubaligh adalah untuk mendapatkan manfaat dari ceramah atau dakwah mereka, tidak dapat dipungkiri bahwa ada aspek praktis yang perlu dipertimbangkan, seperti biaya transportasi dan kebutuhan lainnya.

Pengorganisasian acara dakwah seringkali melibatkan berbagai pengeluaran, termasuk biaya transportasi, akomodasi, dan kebutuhan logistik untuk memastikan acara berjalan lancar dan nyaman bagi semua pihak yang terlibat.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa biaya atau bisyaroh bukan hanya sekedar harga untuk jasa, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan dan dukungan terhadap para ustadz atau mubaligh.

Biaya ini membantu mereka untuk melanjutkan tugas dakwah mereka dengan lebih baik, tanpa harus terbebani oleh masalah finansial.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) adalah sosok yang sering diundang untuk dakwah dimana-mana. Tahukah Anda berapa tarif yang harus dipersiapkan untuk mengundang sosok alim yang sering memberikan solusi permasalahan hidup keseharian alam ceramahnya?

 

Simak Video Pilihan Ini:


Reaksi Mengejutkan UAH saat Ditanya Tarif

Ilustrasi uang bisyaroh. (Gambar oleh Eko Anug dari Pixabay)

Ustadz Adi Hidayat, seorang pendakwah terkenal di Indonesia, pernah memberikan penjelasan mengejutkan terkait tarif dakwahnya.

Mengutip sebuah video pendek yang diunggah di kanal YouTube @videoberfaedah99, Ustadz Adi menegaskan bahwa ia tidak menetapkan tarif untuk kegiatan dakwahnya.

Pernyataan ini muncul saat ia ditanya tentang biaya yang diperlukan untuk mengundangnya dalam acara kajian.

Dalam video tersebut, Ustadz Adi mengungkapkan rasa tidak sukanya ketika ditanya soal tarif.

"Saya paling tidak suka kalau boleh saya katakan, saya paling benci jika ada seorang mengatakan, 'Berapa tarif mengundang Ustadz Adi?'," ujar Ustadz Adi dengan tegas.

Ia menambahkan bahwa ia tidak memiliki tarif untuk dakwahnya, menunjukkan komitmennya pada penyebaran ilmu agama tanpa pamrih.

Lebih lanjut, Ustadz Adi menjelaskan bahwa ia lebih memilih untuk datang tanpa harus dibayar.

"Kalau perlu Anda nggak usah bayar, ada tiket saya datang sendiri. Saya beli tiketnya," kata Ustadz Adi, menekankan bahwa kehadirannya dalam menyampaikan dakwah bukanlah untuk mencari keuntungan materi.


Ini yang Lebih Penting daripada Sekadar Tarif

Ilustrasi uang rupiah. (Gambar oleh iqbal nuril anwar dari Pixabay)

Ia juga menekankan pentingnya fokus pada kenyamanan jemaah daripada memikirkan biaya untuk ustadz.

"Saya lebih suka Antum, teman-teman Antum, belikan tuh yang antum mau, kasih amplop tuh untuk makanan, untuk macam-macam, supaya semua jamaah mendapatkan kenyamanannya," kata Ustadz Adi.

Dengan pendekatan ini, ia mengajak para jamaah untuk lebih memperhatikan kebutuhan bersama, bukan hanya kebutuhan ustadz.

Sikap Ustadz Adi yang mengutamakan kepentingan jamaah juga dianggap sebagai contoh baik bagi para pendakwah lainnya.

Ia memperlihatkan bahwa berdakwah seharusnya tidak dibatasi oleh aspek materi. "Saya yakin Allah pasti berikan kelengkapannya," tambah Ustadz Adi, menunjukkan keyakinannya bahwa segala kebutuhan dalam berdakwah akan tercukupi oleh Allah SWT.

Selain itu, Ustadz Adi juga mengingatkan para pengikutnya untuk tidak terjebak dalam urusan duniawi yang dapat menjerumuskan.

"Antum sibuk mencari sesuatu yang bisa menjerumuskan ustadznya," kata Ustadz Adi, mengingatkan agar jamaah tidak fokus pada hal-hal materiil yang dapat merusak niat dan tujuan berdakwah.

Kehadiran Ustadz Adi Hidayat yang tulus dan ikhlas ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan tanpa memikirkan imbalan materi.

Ia memberikan contoh nyata tentang bagaimana seorang pendakwah seharusnya bersikap dan berperilaku, yaitu dengan memprioritaskan kemaslahatan umat dan keikhlasan dalam menyampaikan ilmu.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa dakwah bukan hanya soal menyampaikan ilmu, tetapi juga tentang bagaimana ilmu itu disampaikan. Keikhlasan, ketulusan, dan fokus pada kepentingan umat adalah nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh setiap pendakwah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya