Gus Baha Sebut Anak Sekarang Generasi 'Jumud', Apa Itu Gus?

Gus Baha ingatkan generasi muda zaman sekarang jumuud, apa itu? Bagaimana pula cara mengatasinya.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2024, 05:30 WIB
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak kalangan menyebut generasi muda saat ini sebagai Generasi Z, yang sering kali berkembang menjadi sebutan Generasi Strawberry karena dianggap rapuh dan mudah menyerah di tengah tantangan.

Namun, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, seorang ulama dan cendekiawan Islam, memiliki pandangan yang berbeda.

Ia menyebut generasi sekarang sebagai generasi "jumuud," yang berarti kurang kreatif dan cenderung stagnan. Menurut Gus Baha, generasi ini lebih banyak berkhayal dan terjebak dalam rutinitas yang tidak produktif, tanpa berusaha mengembangkan potensi diri atau berpikir kreatif.

Gus Baha mengkritik kecenderungan generasi muda yang hanya fokus pada hal-hal yang superfisial dan mengabaikan pengembangan diri yang sejati.

Ia melihat "jumud" sebagai tantangan utama yang harus diatasi oleh generasi saat ini.

Gus Baha dalam sebuah pengajian yang salh satunya diunggah di laman youtbe anal @Berkahsholawat232 mendorong anak-anak muda untuk tidak hanya berkhayal, tetapi juga memiliki visi dan tujuan yang jelas serta berusaha untuk mencapainya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Ini yang Penting Menurut Gus Baha

Ilustrasi muslimah belajar hadis, Islami. (Photo by Fotos on Unsplash)

Dengan demikian, mereka bisa menjadi individu yang lebih baik dan berkontribusi positif terhadap masyarakat. Pandangan Gus Baha ini mengajak generasi muda untuk lebih introspektif dan proaktif dalam menghadapi kehidupan, tidak hanya sekedar mengikuti arus tetapi juga menciptakan perubahan positif.

Sebagai ulama Gus Baha, memberikan pandangan kritis terhadap generasi muda zaman sekarang. Gus Baha mengingatkan pentingnya berpikir kreatif dan tidak terpaku pada kebiasaan yang monoton.

Ia menggambarkan generasi muda yang hanya sekadar berkhayal tentang hal-hal yang tidak realistis, seperti membayangkan surga dengan bidadari yang cantik dan tanpa kekurangan.

"Semuanya harus mengkhayal neng suwargo entuk widadari ayu, gak ngamukan, gak jaluk blonjo," ujar Gus Baha, mengkritik kecenderungan berkhayal yang tidak bermanfaat.

Namun, Gus Baha tidak hanya mengkritik, ia juga memberikan solusi positif. Ia mendorong anak-anak muda untuk memiliki mimpi dan harapan yang lebih konkret dan bermanfaat.

"Kalau kamu ndak bisa mujahadah semalaman, paling nggak kamu ngayal, 'Suatu saat aku jadi hamba yang baik, suatu saat jadi Wali,'" tambahnya.


Begini Ajakan Gus Baha

ilustrasi generasi muda saat ini. Puteri Modiyanti yang jadi idola untuk anak muda . (Liputan6.com/IG/@putmod)

Menurut Gus Baha, khayalan seperti ini dapat menjadi motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Tuhan.

Gus Baha juga menekankan bahwa rahmat Allah SWT tidak terbatas dan selalu tersedia bagi siapa saja yang berusaha.

"Fadlullah itu mafsud, fadlullah itu terhampar," jelasnya, mengingatkan bahwa karunia Allah tidak hanya diberikan kepada segelintir orang, tetapi kepada semua makhluk-Nya.

Ia mengajak generasi muda untuk tidak putus asa meskipun merasa berdosa atau bersalah. "Jangan sampai karena dosa kamu, salah kamu, kamu kemudian hanya angen-angen," katanya, mendorong agar setiap orang tetap berusaha dan berharap kepada rahmat Allah.

Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menekankan pentingnya keyakinan akan kemurahan Allah. "Angen-angen itu bukti yakin bahwa peparingnya Allah pemberian Allah itu tidak terbatas," ujarnya, mengajak generasi muda untuk selalu berpikir positif dan percaya bahwa dengan usaha dan doa, segala sesuatunya mungkin terjadi.

Ceramah Gus Baha ini memberikan inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda, untuk tetap optimis dan kreatif dalam menghadapi kehidupan.

Ia mendorong untuk tidak terjebak dalam kebiasaan yang monoton dan untuk selalu memperbaiki diri serta mendekatkan diri kepada Tuhan. Pesan ini menjadi relevan di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks dan membutuhkan pemikiran yang kreatif dan adaptif.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya