Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN mengumumkan kinerja paruh pertama tahun ini yang berakhir pada 30 Juni 2024.
Pada periode tersebut, BTN berhasil mencatat penyaluran kredit dan pembiayaan mencapai sekitar Rp 352,06 triliun sepanjang semester. Perolehan penyaluran kredit tersebut tumbuh 14,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 307,66 triliun.
Advertisement
“Di tengah kondisi ekonomi global yang sangat menantang, BTN tetap dapat menorehkan kinerja yang positif sepanjang semester I 2024. Bahkan penyaluran kredit dan pembiayaan BTN berhasil tumbuh signifikan. Kami optimistis hingga akhir tahun 2024, BTN tetap mampu membukukan kinerja keuangan yang positif,” ujar Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dalam keterangan resmi, Kamis (25/7/2024).
Nixon menjabarkan, penyaluran kredit dan pembiayaan perumahan masih mendominasi total kredit dan pembiayaan perseroan pada semester I 2024. Adapun kredit dan pembiayaan perumahan yang disalurkan BTN hingga akhir Juni 2024 mencapai Rp 299,24 triliun.
Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada semester I 2024 masih menjadi kontribusi terbesar dengan nilai mencapai Rp 171,01 triliun, tumbuh 12,4% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 152,16 triliun. Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 12% yoy menjadi Rp 101,76 triliun pada semester I 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 90,83 triliun.
“Kami memacu kredit dengan sangat memperhatikan prinsip kehati-hatian. Rasio NPL Gross kami masih terjaga dengan baik di level 3,1%. Hingga akhir tahun ini kami berharap bisa menurunkan rasio NPL di bawah 3%,” kata Nixon.
Kinerja Laba
Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), seiring ketatnya likuiditas pada industri perbankan, BTN berhasil meningkatkan DPK pada semester I 2024 menjadi Rp 365,4 triliun atau naik 16,6% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 313,3 triliun.
Dari jumlah tersebut perolehan dana murah atau CASA mencapai Rp 189,21 triliun naik sekitar 11,16% yoy dibandingkan akhir Juni 2023 sebesar Rp 170,21 triliun.
Sepanjang semester I 2024, laba bersih BTN tumbuh menjadi Rp 1,502 triliun atau naik 1,90% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,474 triliun. Sementara total aset BTN hingga akhir Juni 2024 naik 13,7% yoy menjadi Rp 455,60 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 400,54 triliun.
Advertisement
Kinerja BTN Syariah
Sejalan dengan pertumbuhan bisnis konvensional, laba bersih Unit Usaha Syariah (UUS) BTN (BTN Syariah) juga tumbuh positif pada semester I 2024.
Laba bersih UUS BTN tersebut tercatat melonjak mencapai 31,7% yoy menjadi Rp 370 miliar pada semester I 2024 dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 281 miliar. Capaian positif BTN Syariah tersebut didukung pertumbuhan bisnis yang stabil. Pada semester I 2024, pembiayaan syariah tercatat tumbuh sekitar 22% yoy menjadi Rp 41 triliun dibandingkan akhir Juni 2023 sebesar Rp 34 triliun.
Sementara total DPK yang berhasil dihimpun BTN Syariah sepanjang semester I 2024 mencapai Rp 46 triliun atau tumbuh 32% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 35 triliun. Dengan capaian tersebut, aset BTN Syariah berhasil tumbuh 20% yoy menjadi Rp 56 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 46 triliun.
Merger BTN Syariah dan Bank Muamalat Batal, Apa Rencana OJK?
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, mengaku belum menerima permohonan pengajuan mengenai rencana merger BTN Syariah dengan bank syariah lainnya, setelah batalnya akusisi dengan Bank Muamalat.
"Sampai dengan saat ini, OJK belum terdapat permohonan pengajuan kepada OJK mengenai rencana aksi korporasi BTN terhadap bank lain. Seluruh proses dan inisiatif mengenai rencana aksi korporasi yang dilakukan merupakan kewenangan manajemen bank yang bersangkutan," kata Dian dikutip dari jawaban tertulisnya, Selasa (16/7/2024).
Disamping itu, kata Dian, apabila terdapat permohonan pengajuan rencana aksi korporasi kepada OJK, maka selanjutnya OJK akan mengevaluasi dan memproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
"Rencana ini sudah beberapa didiskusikan dengan OJK. OJK menilai rencana konsolidasi ini dapat memperkuat sinergi antara kedua bank dengan menggabungkan," ujar dia.
Maka oleh sebab itulah OJK menyambut baik rencana akuisisi yang diajukan oleh BTN syariah dengan Bank Muamalat.
Buka Pintu Bank Syariah Lain
Namun, dengan batalnya akuisisi ini tentu masih dibuka peluang untuk bank atau lembaga lain untuk melakukan akuisisi terhadap Bank Muamalat dalam rangka untuk terus meningkatkan kinerja BMI dan perbankan syariah secara umum.
Oleh karena itu, OJK akan membuka peluang kepada investor domestik maupun asing yang memiliki komitmen untuk mengembangkan perbankan di Indonesia sesuai dengan Roadmap Perkembangan Perbankan Syariah.
Advertisement