Liputan6.com, Jakarta PT Bank Jago Tbk kembali mencatatkan pertumbuhan bisnis pada semester I-2024. Sampai dengan akhir semester I-2024, DPK dan kredit Bank Jago terus bertumbuh dengan model bisnis yang mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital.
Advertisement
Total DPK Bank Jago mencapai Rp14,8 triliun atau tumbuh 47% dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp10,1 triliun. Dari total DPK tersebut, lebih dari 61% atau sebesar Rp9,1 triliun merupakan current account and savings account (CASA), sedangkan sisanya 39% atau Rp5,7 triliun merupakan simpanan nasabah dalam bentuk deposito.
Model bisnis yang mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital menjadi kunci keberhasilan Bank Jago dalam meningkatkan kinerja. Sampai dengan Juli 2024 Bank Jago telah memiliki nasabah funding melalui Aplikasi Jago lebih dari 10 juta dan jika dihitung termasuk nasabah lending, total nasabah Bank Jago mencapai 12,5 juta.
“Mitra ekosistem strategis, di antaranya ekosistem GoTo serta platform reksadana online Bibit yang terhubung secara seamless dengan Aplikasi Jago, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan bisnis Bank jago. Ini terlihat salah satunya dari jumlah nasabah funding Aplikasi Jago yang sebanyak 66% berasal dari mitra ekosistem,” ungkap Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung dalam siaran pers Jumat (26/7/2024).
Selain itu, lanjut Arief, skema partnership atau channeling yang semakin erat dengan ekosistem dan platform digital, perusahaan pembiayaan, dan lembaga keuangan lainnya, mendorong penyaluran kredit Bank Jago. Pada paruh pertama 2024, kredit Bank Jago tumbuh secara tahunan sebesar 40% atau mencapai Rp15,7 triliun dari Rp11,2 triliun pada semester I-2004.
Walaupun ekspansif, Bank Jago tetap menjaga kualitas penyaluran kredit. “Penyaluran kredit dilakukan secara berkualitas dan mengutamakan prinsip kehati-hatian. Ini tercermin dari rendahnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross yang sebesar 0,4%,” tutur Arief.
Cara Digital
Arief melanjutkan, pihaknya menggabungkan cara-cara digital dengan fundamental keuangan yang kuat. Cara ini berhasil menjaga konsistensi pertumbuhan yang positif dan berkualitas.
“Ini semakin memperkuat keyakinan kami bahwa inovasi dan kolaborasi dalam ekosistem digital merupakan model bisnis yang tepat buat Bank Jago,” tandasnya.
Dengan terjaganya pertumbuhan kredit yang berkualitas, Bank Jago sukses membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp50 miliar atau tumbuh 23% dari perolehan semester I-2023 yang sebesar Rp41 miliar.
Advertisement
Aset Bank Jago
Dengan berbagai pencapaian positif tersebut, total aset Bank Jago meningkat 29% menjadi Rp24,2 triliun dari posisi semester pertama tahun sebelumnya yang sebesar Rp18,9 triliun. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 50%, menunjukkan kuatnya tingkat permodalan untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan.
“Sebagai bank berbasis teknologi (tech-based bank) Bank Jago tidak akan berhenti melakukan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital. Kami percaya kombinasi kedua hal tersebut dengan manajemen risiko dan tata kelola yang baik, merupakan landasan yang kuat bagi Bank Jago untuk bertumbuh lebih tinggi lagi,” ujar Arief.