Liputan6.com, Jakarta - Ban menjadi salah satu komponen yang penting bagi sebuah kendaraan, karena memang berhubungan langsung dengan keselamatan berkendara. Si karet bundar, menjadi satu-satunya piranti dari mobil atau motor, yang bersentuhan langsung dengan jalanan, sehingga menentukan faktor kenyamanan dan keamanan pengendara dan penumpang.
Di sisi lain, tanpa mengurangi peran penting dari sebuah ban, komponen ini menjadi salah satu yang sulit untuk didaur ulang. Namun, salah satu produsen asli Indonesia, PT Bridgestone Tire Indonesia, memiliki cara tersendiri untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Advertisement
Dijelaskan Yunus Triyonggo, Human Resources and General Affairs Director Bridgestone Indonesia terkait dengan limbah ban bekas, memang dari pihaknya yang pertama adalah terkait penggunaan raw material, yang memang selalu dikembangkan di pusat teknologi pabrikan di Thailand.
"Kita berusaha mencari bahan-bahan yang kalau bisa didaur ulang. Kalau tahu, pembuatan ban ini, pasti menggunakan dua jenis, yaitu synthetic dan juga natural rubber," jelas Yunis, saat berbincang dengan Liputan6.com, di pameran GIIAS 2024, Kamis (26/7/2024).
Lanjutnya, untuk natural rubber memang pastinya akan terus berkurang, sehingga diusahakan untuk diperkecil penggunaannya untuk tidak merusak lingkungan dengan mengambil bahan tersebut untuk digunakan dalam proses pembuatan ban.
"Yang kedua, adalah kita cari bahan ban yang memang hemat bahan bakar. Dengan begitu, maka rolling resistance lebih ringan, sehingga konsumsi bisa lebih irit," tegasnya.
Sementara itu, terkait penggunaan ban bekas, yang memang selama ini masih menjadi masalah karena tidak mudah didaur ulang, pihak Bridgestone tengah bekerja sama dengan pihak akademisi untuk melakukan penelitian.
"Kita sekarang lagi kerja sama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor). Ada lima profesor yang terlibat di sana, dari jurusan teknik industri pertanian. Hal ini, untuk meneliti, apakan ban bekas bisa diproses lagi," tegasnya.
Manfaat Ban Bekas
Selama ini, ban bekas yang memang sering kali menumpuk di toko ban atau bengkel, dibawa oleh beberapa pihak. Kemudian, ban bekas tersebut dipotong menjadi empat bagian, dan kemudian dihancurkan kembali menjadi 80 mesh, dan hasil akhirnya berbentuk bubuk atau powder.
"Nah, itu dicetak lagi, jadi alas sepatu, sandal karena memang itu belum bisa bersentuhan langsung oleh kulit. Dan itu masih diteliti lagi," tegasnya.
Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan bersama akademisi, adalah terkait ban bekas ini bisa digunakan sebagai reclaimed rubber. Selama ini, pihak yang menggunakan material tersebut, masih mengambilnya dari Gujarat, India, dan ini sedang diteliti apakah bisa dihasilkan di Indonesia.
"Reclaimed ban ini, sebenarnya bahan baku untuk pembuatan ban juga. Memang komposisinya tidak besar, sekitar 0,25 persen. Tapi, selama ini kita belinya masih di luar negeri. Jadi, sekarang kita teliti, sekaligus kita juga mensukseskan program pemerintah," pungkasnya.
Advertisement