Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia dan Australia terus melakukan penguatan kerja sama di bidang transisi energi melalui program Kemitraan untuk Iklim, Energi Terbarukan, dan Infrastruktur (KINETIK) dengan menandatangani Exchange of Letters Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian (Prospera).
Program KINETIK merupakan tindak lanjut kesepakatan Australia-Indonesia Climate and Infrastructure Partnership (CIP) yang diumumkan Presiden Indonesia Joko Widodo dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese pada Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting 2022.
Advertisement
Penandatanganan Exchange of Letters Prospera dilaksanakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi bersama Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams, pada Kamis (25/07), di Jakarta.
“Perjanjian ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi pembangunan ekonomi antara Indonesia dan Australia yang telah berjalan lebih dari dua dekade dan menyoroti kolaborasi kedua negara pada transisi energi. Kedua negara berkomitmen untuk menerapkan Program KINETIK yang akan memperkuat kemitraan antara kedua negara, menarik lebih banyak investasi swasta pada energi terbarukan dan industri ramah lingkungan di Indonesia, dan menghasilkan berbagai proyek konkret untuk Indonesia,” ujar Deputi Edi, ditulis Jumat (26/7/2024).
Hibah Rp 3,2 Triliun
Pemerintah Australia mengalokasikan hibah mencapai USD 200 juta atau senilai Rp 3,2 triliun untuk program KINETIK yang akan berfokus pada pilar-pilar yang saling memperkuat.
KINETIK mendorong peningkatan investasi dalam transisi energi dengan mendukung reformasi kebijakan dan regulasi yang dijalankan Indonesia.
KINETIK membuka akses pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah yang berfokus pada iklim melalui Australian Development Investments, serta memberikan insentif bagi investasi pada proyek-proyek infrastruktur hijau berskala besar.
KINETIK juga mendorong transisi energi yang setara di mana perempuan, penyandang disabilitas, dan masyarakat terpinggirkan dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peralihan menuju nol emisi karbon.
“Prospera merupakan elemen penting dalam mempererat hubungan bilateral Indonesia dan Australia. Prospera tidak hanya menjadi simbol kerja sama yang erat antar kedua negara, namun juga menjadi landasan kokoh bagi kolaborasi yang lebih strategis antar Lembaga Pemerintah di Indonesia dan Australia, khususnya dalam bidang transisi energi dan iklim,” jelas Duta Besar Penny Williams.
Libatkan 32 Lembaga
Dengan diimplementasikannya salah satu pilar KINETIK, Prospera bermitra dengan Perusahaan Listrik Negara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai lembaga penerima manfaat yang secara total berjumlah 32 lembaga.
Dukungan Prospera dalam implementasi KINETIK akan mendorong peningkatan investasi dalam transisi energi dengan mendukung reformasi kebijakan dan regulasi yang dijalankan Indonesia.
Penandatanganan Exchange of Letters tersebut juga dirangkaikan dengan pelaksanaan Prospera Board Meeting yang dipimpin bersama oleh Co-Chair Prospera Deputi Edi bersama Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath untuk mengevaluasi pelaksanaan dan capaian Prospera tahun 2023-2024, serta memberikan persetujuan Prospera Activity Work Plan and Budget tahun 2024-2025.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Amerika dan Pasifik Irwan Sinaga, Minister-Counsellor for Economic, Investment, and Infrastructure Kedutaan Besar Australia Tim Stapleton, dan Direktur Prospera
Advertisement