4 Faktor Penyebab Berat Badan Tidak Turun Meski Sudah Diet, Simak Penjelasan Ini

Menurunkan berat badan adalah proses yang sering kali penuh tantangan dan frustrasi, terutama ketika seseorang sudah berusaha keras dengan mengikuti program diet yang ketat namun tetap tidak melihat hasil yang signifikan.

oleh Mochamad Rizal Ahba Ohorella diperbarui 26 Jul 2024, 17:48 WIB
Ilustrasi Makanan Berprotein (Sumber: Louis Hansel/unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta Menurunkan berat badan adalah proses yang sering kali penuh tantangan dan frustrasi, terutama ketika seseorang sudah berusaha keras dengan mengikuti program diet yang ketat namun tetap tidak melihat hasil yang signifikan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas diet, dan memahami berbagai kemungkinan penyebabnya sangat penting untuk menemukan solusi yang tepat.

Dari ketidakseimbangan hormon hingga kesalahan dalam perhitungan kalori, ada banyak aspek yang dapat menghambat penurunan berat badan meskipun diet sudah dilakukan dengan maksimal. Ketika berat badan sulit turun meski sudah diet secara maksimal, penting untuk mengevaluasi kembali berbagai faktor yang mungkin berkontribusi.

 Dengan mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor ini, seseorang dapat memperbaiki pendekatan dietnya dan mencapai tujuan berat badan yang diinginkan secara lebih efektif. Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini faktor penyebab berat badan tidak turun meski sudah diet, Jumat (26/7/2024).


1. Metabolisme Tubuh yang Lambat

Binaragawan Ade Rai Bagikan 5 Cara Mudah Turunkan Berat Badan dalam Seminggu. foto: Youtube 'Dunia Ade Rai'

Setiap individu memiliki tingkat metabolisme yang berbeda, yaitu proses di mana tubuh mengubah makanan menjadi energi. Metabolisme yang lambat, sering kali dipengaruhi oleh faktor genetik, usia, dan massa otot, dapat memperlambat penurunan berat badan.

Ketika seseorang menjalani diet ketat, tubuh sering beradaptasi dengan mengurangi laju metabolisme untuk menghemat energi, sebuah mekanisme bertahan hidup yang diwarisi dari nenek moyang .

Adaptasi metabolik ini membuat tubuh menjadi lebih efisien dalam menggunakan energi, sehingga penurunan berat badan bisa melambat atau bahkan berhenti meskipun asupan kalori dikurangi.Penurunan berat badan yang lambat atau terhenti bisa sangat frustrasi, terutama ketika diet dan olahraga dilakukan secara konsisten.

Penting untuk memahami bahwa kecepatan metabolisme berbeda-beda antar individu, dan adaptasi metabolik dapat menjadi tantangan dalam proses penurunan berat badan. Meski demikian, dengan pola makan yang seimbang, olahraga teratur, dan konsistensi, tujuan penurunan berat badan tetap bisa dicapai.  4o mini


2. Ketidakseimbangan Hormon

Ilustrasi orang yang kelebihan berat badan atau obesitas. Credits: pexels.com by Towfiqu barbhuiya

Penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa hormon memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur berat badan . Hormon seperti leptin, insulin, dan kortisol dapat mempengaruhi nafsu makan, penyimpanan lemak, dan metabolisme tubuh .

Jadi, ketika hormon tidak seimbang, seperti pada kondisi hipotiroidisme atau sindrom ovarium polikistik (PCOS), penurunan berat badan menjadi lebih sulit meskipun telah berusaha keras menjalani diet. Namun, tahukah kamu bahwa kurang tidur juga dapat berdampak negatif pada berat badan ?

Tidur yang cukup dan berkualitas ternyata merupakan kunci untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan, termasuk dalam manajemen berat badan. Ketika kurang tidur, hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, seperti ghrelin dan leptin, akan terganggu.

Akibatnya, nafsu makan meningkat dan cenderung ingin makan makanan tinggi kalori, terutama di malam hari. Jadi, jika kamu sedang berusaha menurunkan berat badan, pastikan kamu mendapatkan tidur yang cukup setiap malamnya. Ini akan membantu menjaga keseimbangan hormon dalam tubuhmu dan mengendalikan nafsu makanmu. Jangan remehkan pentingnya tidur dalam mencapai tujuan berat badan yang sehat!


3. Stres

Ilustrasi berat badan. (dok.pexels.com/Ketut Subiyanto)

Stres berkepanjangan dapat mempengaruhi berat badan melalui peningkatan produksi hormon stres, yaitu kortisol. Kadar kortisol yang tinggi dapat meningkatkan nafsu makan, terutama untuk makanan yang mengandung banyak gula dan lemak. Akibatnya, lemak cenderung lebih banyak disimpan di area perut.

Namun, tidak semua kalori berdampak sama pada tubuh. Nutrisi yang terkandung dalam makanan mempengaruhi metabolisme, hormon, dan perasaan kenyang. Diet tinggi gula dan karbohidrat olahan dapat menyebabkan lonjakan insulin dan penumpukan lemak.

Sebaliknya, diet yang kaya protein, serat, dan lemak sehat dapat membantu mengontrol nafsu makan dan meningkatkan metabolisme tubuh. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kualitas dan jenis makanan yang dikonsumsi, memilih makanan bergizi untuk mengontrol nafsu makan dan mendukung metabolisme yang sehat.


4. Kurangnya Gerak Fisik

Ilustrasi turunkan berat badan. (dok. Ketut Subiyanto/Pexels/Brigitta Bellion)

Walaupun diet sangat penting dalam proses penurunan berat badan, jangan lupakan bahwa aktivitas fisik juga memiliki peran yang besar. Namun, jangan lupa bahwa jenis dan intensitas latihan juga memiliki pengaruh yang signifikan. Latihan kekuatan akan membantu membangun otot dan meningkatkan metabolisme tubuh.

Sedangkan latihan kardio akan membantu membakar kalori yang ada dalam tubuh. Selain itu, faktor psikologis juga dapat menjadi hambatan dalam proses penurunan berat badan. Emosi dan kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti stres, kecemasan, dan depresi, seringkali membuat makan berlebihan atau memilih makanan yang tidak sehat sebagai bentuk pelampiasan.

Hal ini menyebabkan sulitnya menurunkan berat badan meskipun sudah berusaha diet dengan maksimal. Perlu diingat bahwa proses penurunan berat badan adalah kompleks dan sangat individual. Jika kamu merasa kesulitan menurunkan berat badan meskipun sudah melakukan diet secara maksimal, sangat penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi perjalanan dietmu selama ini.

Konsultasikan dengan profesional kesehatan, seperti dokter atau ahli gizi, untuk membantu mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan ini. Ingatlah bahwa kesehatan secara keseluruhan lebih penting daripada angka di timbangan. Dan perubahan kecil yang berkelanjutan seringkali lebih efektif daripada perubahan drastis yang sulit dipertahankan. Semoga informasi ini bermanfaat untukmu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya