Neraca Dagang Produk Perikanan Surplus, Tembus Rp 40,67 Triliun di Semester I 2024

Hingga semester I-2024 nilai ekspor perikanan naik, sementara nilai impornya mengalami penurunan. Nilai ekspor produk perikanan mencapai USD 2,71 miliar pada Semester I-2024.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Jul 2024, 19:15 WIB
Negara tujuan ekspor produk perikanan ternyata masih didominasi oleh Amerika Serikat nilai USD 889 juta. Kemudian disusul oleh China sebesar USD 556 juta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat hingga Semester I-2024 neraca perdagangan produk perikanan mengalami suprlus sebesar USD2,49 miliar atau setara Rp 40,67 triliun.

"Pada Semester I-2024 mengalami surplus USD 2,49 miliar atau naik 6,2 persen dibanding periode sebelumnya," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (PDSPKP KKP) Budi Sulistiyo, dalam konferensi pers Capaian Kinerja KKP Semester I-2024, di Kantor KKP, Jakarta, Jumat (26/7/2024).

Adapun hingga semester I-2024 nilai ekspor perikanan naik, sementara nilai impornya mengalami penurunan. Nilai ekspor produk perikanan mencapai USD 2,71 miliar pada Semester I-2024.

“Capaian ini bila dibandingkan dengan semester I 2023 itu mengalami peningkatan 1 persen atau sekitar USD 2,69 miliar. Sementara target yang dicanangkan untuk ekspor produk perikanan selama 2024 mencapai USD 7,2 miliar," ujar Budi.

Untuk rinciannya, negara tujuan ekspor produk perikanan ternyata masih didominasi oleh Amerika Serikat nilai USD 889 juta. Kemudian disusul oleh China sebesar USD 556 juta.

Lalu untuk kawasan ASEAN sebesar USD 353 juta, Jepang dengan nilai ekspor yang sebesar USD 285 juta, dan Uni Eropa sebesar USD 193 juta.

Berikut komoditas unggulan perikanan yang banyak diekspor diantaranya, udang dengan nilai mencapai USD 755 juta, tongkol tuna cakalang USD 456 juta, cumi sotong gurita sebesar USD 396 juta. Rajungan kepiting nilainya USD 275 juta, rumput laut USD 162 juta.

Sementara, untuk impor semester I-2024 hanya mencapai USD219 juta atau 8,09 persen terhadap nilai ekspor, dan mengalami penruunan sebesar 35,15 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.


Indonesia Masih Impor Ikan dengan Nilai Triliunan, Ini Alasannya

Salah satu cara untuk mencapai target tersebut, KKP bakal memperkuat pasar ekspor perikanan di Uni Eropa serta telah berlakunya undang-undang Penangkapan Ikan Terukur (PIT) yang diharapkan mencegah penangkapan ilegal dan memastikan sumber daya ikan berkelanjutan sekaligus menjadikan pelabuhan perikanan sebagai satelit ekonomi baru di wilayah pesisir. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sebelumnya, Indonesia masih mengimpor beberapa jenis ikan dari sejumlah negara. Namun di Semester I 2024 ini nilai impor ikan tersebut mengalami penurunan.

Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Hendra Yusran Siri menjelaskan, ikan yang diimpor ini belum tersedia di dalam negeri dan diperlukan untuk bahan baku penolong maupun substitusi. 

"Jadi dalam impor pertama ada yang menjadi bahan baku maupun penolong atau substitusi. Nilainya itu macam-macam, karena (ikannya) enggak ada di sini dan tidak bisa digantikan (di Indonesia). Salah satu contoh adalah salmon atau ikan trout," kata Hendra dalam konferensi pers di Kantor KKP, Jakarta pada Rabu (24/7/2024).

Terkait impor ikan salmon, Hendra mencatat, impor ikan salmon mencapai USD 36,55 juta atau Rp 593,4 miliar. Kemudian ada impor ikan makarel senilai USD 30,13 juta atau Rp 489,1 miliar. ada juga impor rajungan sebesar USD 24,58 juta atau sekitar Rp 398 miliar. 

 


Jenis Lain

Aktivitas nelayan melakukan bongkar muat ikan hasil tangkapan dari kapal saat berlabuh di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Selanjutnya, impor kod atau bakalau sebesar USD 16,42 juta atau Rp 266,6 miliar. Kelima, adalah tepung ikan sebesar USD 21,83 juta atau Rp 354,5 miliar.

Hendra lebih lanjut mengungkapkan, terjadi penurunan pada impor komoditas ikan dan bahan baku penolong pada semester I 2024 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan itu terjadi karena banyaknya temuan produk substitusi.

"Ini cukup menggembirakan di sektor perikanan di mana importasi kita mulai turun," ujar Hendra.Dia merinci, impor ikan salmon turun 7,2%, ikan makarel turun 63,8%, rajungan turun 21,6%, dan ikan kod turun 10,9%. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya