Liputan6.com, Jakarta - Olimpiade Paris 2024 merupakan upaya bersejarah di antara rangkaian panjang pertandingan internasional, termasuk pembersihan Sungai Seine dan integrasi AI. Para pemimpinnya juga mengklaim terdapat persahabatan internasional di tengah kekacauan global, termasuk serangan terus-menerus terhadap Palestina oleh angkatan bersenjata Israel.
Delegasi atlet dari Israel dan Palestina akan bertanding di Paris, di bawah pengawasan ketat para aktivis di seluruh dunia. Kedua kelompok kontingennya muncul di opening ceremony Olimpiade 2024 di Paris, Prancis, Jumat malam, 26 Juli 2024, waktu setempat.
Advertisement
Melansir Mashable, Sabtu (27/7/2024), Delegasi Palestina, yang diakui sebagai bagian dari IOC pada 1995 dan memulai debutnya tahun 1996, mengirimkan delapan atlet ke Olimpiade 2024. Para atlet akan bertanding dalam cabang atletik, tinju, renang, judo, taekwondo, dan menembak.
Setibanya di Paris pada Kamis, 25 Juli 2024, rombongan atlet tersebut disambut kerumunan pendukung, banyak yang mendesak badan-badan internasional yang hadir untuk mengakui negara Palestina dan para atletnya. "Prancis tidak mengakui Palestina sebagai sebuah negara, jadi saya di sini untuk mengibarkan bendera," kata perenang Palestina Yazan Al-Bawwab pada Associated Press.
Ia menyambung, "Kami tidak diperlakukan seperti manusia, jadi ketika kami datang untuk berkompetisi dalam olahraga, orang-orang menyadari bahwa kami setara dengan mereka."
Di upacara pembukaan, seperti kontingen negara lain, kelompok itu berlayar menyusuri Sungai Seine sambil memegang bendera Palestina, yang merupakan kombinasi warna merah, hijau, dan hitam. Delegasi Palestina juga memakai keffiyeh tradisional yang telah jadi simbol perlawanan negara tersebut.
Makna di Balik Busana OIimpiade Kontingen Palestina
Kebanyakan mengenakan pakaian bersulam khas Palestina. Pembawa bendera Waseem Abu Sal, yang akan bertanding sebagai petinju Olimpiade Palestina pertama, mengenakan kemeja putih dihiasi gambar pesawat yang menjatuhkan bom ke seorang anak yang sedang bermain sepak bola di bawah langit yang cerah.
Ansambel Valerie Tarazi, perenang Olimpiade dan pembawa bendera kedua Palestina, mewakili keluarganya di Gaza. Sementara itu, khalayak di ruang publik Paris mencemooh delegasi Olimpiade Israel saat mengambil tempat di pusat parade Olimpiade.
Menurut Ynet News, delegasi Israel, yang mengenakan pakaian biru dan putih dalam siluet modern karya TERMINAL X, berpartisipasi dalam Olimpiade untuk ke-18 kalinya sejak Helsinki 1952. Terdapat lebih dari 50 atlet, termasuk 18 dari tim sepak bola, kembali ke panggung Olimpiade untuk pertama kalinya sejak Montreal 1976.
Disebutkan bahwa banyak atlet dari delegasi Israel terlibat dalam perancangan busana Olimpiade. Warnanya terlihat senada dengan bendera Israel, namun tidak ada keterangan lebih lanjut tentang narasi ansambel tersebut.
Advertisement
Komentar Komite Olimpiade Israel
Melansir France24, Presiden Komite Olimpiade Israel Yael Arad menyebut, kehadiran delegasi Israel di event multiolahraga internasional itu sebagai "kemenangan." "Kemenangan pertama kami adalah kami ada di sini dan terus maju. Kami tidak menyerah dan telah berkompetisi dalam ratusan kompetisi sejak 7 Oktober (2023)," kata dia.
Ia merujuk pada tanggal serangan Hamas di Israel selatan yang berujung pada serangan militer Israel dan memicu protes di seluruh dunia. Panitia penyelenggara telah meningkatkan keamanan di Paris, tempat delegasi Israel akan tunduk pada protokol keamanan yang ketat.
"Bukan rahasia lagi bahwa Olimpiade ini sedikit lebih sulit bagi kami. Namun, kami memiliki kepercayaan penuh pada penyelenggaraan keamanan," tambah Arad.
Berbicara di konferensi yang sama, judoka Inbar Lanir mengakui bahwa atlet Israel telah terperosok dalam kontroversi mengenai perang, tapi mengatakan bahwa ia merasa "aman." "Saya tahu bahwa orang Israel dan komunitas Yahudi tidak begitu disukai di seluruh dunia," katanya.
"Tugas saya adalah menghubungkan semua orang melalui olahraga. Ini lebih dari sekadar politik, perang, dan kebencian. Jadi, saya merasa aman dan bersemangat untuk mewakili negara saya."
Seruan Boikot Olimpiade Paris 2024
Di sisi lain, para pengunjuk rasa membentangkan spanduk dan menggantung poster di seluruh kota, menyerukan agar Israel dikeluarkan dari Olimpiade. Salah satu poster, yang menampilkan gambar podium Olimpiade berlumuran darah, bom, dan bendera Israel, berbunyi, "Jika menyangkut pembunuhan sebagai bagian dari olahraga, (israel) tidak punya pesaing."
Banyak aktivis menyerukan boikot Olimpiade ke-33 setelah mengikutsertakan tim Israel. Juga, ada preseden tindakan IOC terkait larangan atlet Rusia berkompetisi sebagai tim nasional di Olimpiade 2024 sebagai buntut negara asal mereka menginvasi Ukraina.
Anggota parlemen Prancis Thomas Portes memicu pertikaian politik selama akhir pekan kemarin dengan mengatakan bahwa atlet Israel "tidak diterima." Ia juga menyerukan "mobilisasi" di seputar Olimpiade selama demonstrasi untuk mendukung warga Palestina.
Namun, Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne mengatakan bahwa atlet Israel "diterima di Prancis." Pada Maret 2024, kepala komite koordinasi IOC untuk Paris 2024, Pierre-Olivier Beckers-Vieujant, mengatakan bahwa "tidak mungkin membayangkan" sanksi terhadap Israel atas perangnya di Gaza.
Advertisement