Liputan6.com, Gaza - Serangan udara Israel pada hari Sabtu (27/7/2024) menghantam sebuah sekolah yang digunakan oleh para pengungsi di Jalur Gaza tengah.
Setidaknya 30 orang yang berlindung di sekolah perempuan di Deir Al-Balah dibawa ke Rumah Sakit Al Aqsa dan dinyatakan meninggal setelah serangan, yang menurut militer Israel (IDF), menargetkan pusat komando dan kendali Hamas yang digunakan untuk menyimpan senjata dan merencanakan serangan.
Advertisement
Mereka mengklaim bahwa Hamas menggunakan kompleks itu sebagai tempat persembunyian untuk mengarahkan dan merencanakan berbagai serangan terhadap pasukan IDF serta mengembangkan dan menyimpan sejumlah besar senjata di dalamnya. Demikian seperti dilansir kantor berita AP.
Pekerja pertahanan sipil di Jalur Gaza menyebutkan bahwa ribuan orang berlindung di sekolah tersebut, yang juga berisi sebuah fasilitas medis.
Otoritas kesehatan Jalur Gaza mengatakan sedikitnya 12 orang tewas dalam serangan lainnya pada hari Sabtu.
Janji Netanyahu untuk Terus Berperang
Serangan pada hari Sabtu terjadi sehari sebelum pejabat dari Amerika Serikat (AS), Mesir, Qatar, dan Israel dijadwalkan bertemu di Italia untuk membahas negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Menurut pejabat dari AS dan Mesir yang berbicara dengan syarat anonim karena tidak berwenang membahas rencana tersebut, Direktur CIA Bill Burns diperkirakan akan bertemu dengan Perdana Menteri Qatar Mohammed Bin Abdul Rahman al-Thani, Direktur Mossad David Barnea, dan kepala mata-mata Mesir Abbas Kamel pada hari Minggu (28/7).
Namun, dalam pidatonya di hadapan Kongres AS pada Rabu (24/7), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak melunakkan kata-katanya dan malah berjanji untuk terus berperang sampai Israel mencapai "kemenangan total."
Pejabat Palestina dengan keras mengutuk pidato tersebut setelah serangan terhadap sekolah. Juru bicara Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh, mengatakan bahwa sambutan terhadap Netanyahu dari para pendukungnya di AS merupakan "lampu hijau" untuk melanjutkan serangan Israel.
"Setiap kali pendudukan mengebom sekolah yang menampung orang-orang terlantar, kami hanya melihat beberapa kecaman dan teguran yang tidak akan memaksa pendudukan untuk menghentikan agresi berdarahnya," ujarnya.
Baca Juga
Advertisement